Sejak status Indonesia positif sebagai salah satu negara yang terdapat kasus coronavirus disease 2019 (Covid-19), kita semakin dihantui dengan kecemasan. “Bagaimana jika saya, saudara saya, orang tua saya, hingga sahabat saya terkena virus itu?”
Bagaimana pula jika orang-orang yang kita percaya sebagai penggerak roda kehidupan di negara ini juga terkena? Wah, semakin berbahaya bukan?
Pada kenyataannya hal itu memang terjadi. Meski tidak secara bersamaan, orang-orang di sekitar kita hingga yang kita ketahui sosoknya, secara perlahan harus berada di situasi berbahaya tersebut.
Termasuk kita, yang tidak semuanya dapat stay at home. Karena, kita masing-masing tentu punya jenis pekerjaan yang harus dilakukan dengan metode tersendiri, alias berbeda-beda.
Itulah mengapa, ketika imbauan Work from Home (WFH) telah disiarkan, tak serta-merta kehidupan kita berubah total. Masih ada yang berkeliaran di jalan, karena mereka juga masih harus ngantor, piket, hingga mencari pelanggan sebagai pengguna layanan jasa antar yang semakin populer dewasa ini.
Begitu pula ketika kebijakan lebih tegas melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Nyatanya, masih ada orang-orang yang diperlukan keberadaannya di lapangan.
Begitu pula dengan tenaga medis, yang tak lagi dapat melarikan diri dari tanggung jawabnya. Justru, saat ini mereka sedang berada pada masa menjalani tugas negara, alias bukan lagi hanya berlabel penolong kesehatan dan masyarakat tertentu.
Melihat fakta di atas tentu kita paham, bahwa masih banyak aktivitas yang terus dilakukan meski tak seperti biasanya. Bahkan, bagi orang-orang yang sudah WFH dan Learning from Home (LFH), mereka juga tetap harus waspada. Mengapa?
Pertama, virus corona diduga dapat mengincar tubuh-tubuh yang minim daya tahan, alias imunitasnya rendah.