Sepak bola putri di Indonesia sudah mulai menemukan gaungnya. Pasca meluncur pada pertengahan akhir tahun 2019, kompetisi Liga 1 Putri akhirnya resmi menghadirkan juara perdananya, yaitu Persib Bandung Putri. Persib Putri pun mencatat sejarah sebagai kampiun pertama di kompetisi level perempuan dengan mengalahkan Tira-Persikabo Kartini pada 29 Desember 2019.
Lalu apa istimewanya?
Selain karena Persib juga diisi oleh para pemain dan eks timnas, juaranya Persib juga akan membuka kesempatan bagi timnas untuk menggaet bibit-bibit unggul dari klub tersebut. Minimal dengan pengalaman pernah bermain dengan jangka waktu cukup lama (4 bulan) secara berturut, tentu akan memberikan perubahan terhadap kualitas bermain para pesepakbola putri tersebut, dan itu bagus untuk timnas Indonesia wanita.
Lalu, bagaimana dengan yang lain?
Sebenarnya inti dari keberadaan Liga 1 Putri adalah untuk penumbuhan dan pengembangan pesepakbola perempuan di Indonesia. Hal ini juga membuat masyarakat semakin tahu bahwa tidak hanya ada Todd Ferre dkk di Persipura namun juga ada Astri Yigibalom dkk yang juga punya kualitas untuk bermain untuk Persipura (putri) dan timnas Indonesia (wanita).
Keberadaan Liga 1 Putri juga untuk menghapus sentralisasi terhadap persiapan timnas Indonesia wanita. Bagi yang cukup melek terhadap rekam jejak tim asuhan Rully Nere, kita akan sering melihat bahwa program pelatihan untuk timnas wanita hanya ada di antara Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Padahal jika dirunut pada latar belakang para pemainnya, mereka juga berasal dari penjuru negeri.
Inilah yang kemudian dapat dilunturkan dengan keberadaan Liga 1 Putri. Meski secara kompetisi masih belum dihadirkan secara reguler layaknya sepak bola pria -dengan perjalanan satu musim penuh dan home-away. Namun, dengan kemunculan klub-klub putri secara resmi dan langsung diwadahi dengan kompetisi, maka Stadion Mandala di Jayapura tidak lagi hanya untuk perkembangan kualitas Boaz Solossa dkk. Begitu pula dengan Stadion I Wayan Dipta, Gelora Bung Karno ataupun Gelora Bung Tomo. Stadion-stadion besar itu bukan lagi hanya untuk latihan Stefano Lilipaly, Andritany ataupun Ruben Sanadi.
Inilah yang paling penting dari keberadaan Liga 1 Putri. Begitu pula dengan juaranya Persib Bandung Putri. Karena, awalnya prediksi paling menonjol ketika Liga 1 Putri bergulir adalah Persija akan cukup mudah untuk melenggang ke final. Mengingat klub ibukota itu diisi oleh sebagian besar pemain berpengalaman di level timnas sepak bola maupun klub-klub futsal.
Namun, faktanya tidak demikian. Bahkan, klub Tira-Persikabo Putri adalah salah satu yang mampu bersaing sengit selain Persipura Putri yang memang bisa diprediksi sebagai penyeimbang kualitas prianya yang sudah dikenal sebagai gudangnya pesepakbola berkualitas. Lalu, apakah kompetisi ini akan berkembang?
Itulah pertanyaan yang paling tepat untuk disasarkan ke federasi. Harapannya, Liga 1 Putri dapat berkembang, khususnya pada sistem yang merugikan Persipura Putri di fase semifinal. Mumpung masih baru, marilah buat kompetisi ini dapat menjunjung tinggi fair play.