Dalam beberapa pertemuan di era yang baru, kubu "Biru langit" lebih terlihat unggul dibandingkan kubu "Merah" ketika derbi Manchester tersajikan. Termasuk dalam hal peraihan trofi Premier League yang diraih The Citizens yang lebih aktual (2019) dibandingan The Red Devils yang terakhir berpesta pada 2012/13.
Namun, di musim yang baru, 2019/20, derbi Manchester terlihat unik. Karena sulit diprediksi siapa yang akan menang. Manchester City awalnya terasa akan mudah mengalahkan rival sekotanya. Namun, jika menilik pada performa terbaru, maka prediksi itu akan cukup mudah digulingkan.
Pertama, karena Manchester United selalu tampil bagus ketika berhadapan dengan lawan-lawan klasik seperti Chelsea (menang), Liverpool (seri), dan Tottenham Hotspur (menang) di musim ini. Faktor inilah yang perlu diwaspadai oleh tim asuhan Pep Guardiola. Mereka harus menyambut kedatangan tim legenda dengan sinyal kewaspadaan tinggi.
Kedua, karena Manchester City dalam separuh awal musim ini sudah dapat dikalahkan tiga kali, khusus di Premier League. Artinya, mereka sudah dapat ditemukan celah untuk ditaklukkan. Bahkan, sekelas Wolverhampton saja sudah mampu menaklukkan David Silva dkk di Etihad Stadium, maka tak ada kemustahilan bagi klub lain untuk melakukan hal yang sama.
Ketiga, faktor kemonceran performa Marcus Rashford ketika berhadapan dengan klub-klub besar (Arsenal, Chelsea, Spurs, Liverpool) yang tentunya juga Manchester City. Artinya, pasti ada semangat yang luar biasa bagi Rashford untuk kembali unjuk ketajaman pasca melakukan hal yang serupa ketika berhadapan dengan Spurs.
Dari ketiga hal ini dapat membuat kekalahan Manchester City (7/12) menjadi suatu fenomena yang wajar alias sangat logis. Artinya, kemenangan MU bukan sepenuhnya kejutan meski banyak orang lebih menjagokan Man. City untuk menang. Hal ini maklum untuk terjadi, karena faktor kandang dan kekayaan taktik Pep Guardiola (pengalaman) menjadi alasan.
Namun, situasinya berbeda di laga yang digelar di pekan 16 tersebut. Manchester City gagal menundukkan sang tamu, dan malah menelan kekalahan. Skor 1-2 menjadi hasil akhir dan memberikan sinyal bahwa Liverpool semakin besar peluangnya untuk juara di musim ini.
Memang, perjalanan kompetisi masih sangat panjang. Namun, dengan jarak lebih dari 10 poin membuat Liverpool dapat lebih leluasa dalam mengelola momentum dalam meraih kemenangan di pekan-pekan selanjutnya.
Meski demikian, hasil di derbi Manchester ini tidak serta-merta membuat Manchester City akan kehilangan daya saing untuk berebut gelar dengan Liverpool. Mereka masih diprediksi akan dapat memberikan perlawanan sengit di sisa pekan paruh pertama dan separuh akhir musim. Sehingga, kewaspadaan bagi Liverpool tetap harus dijaga. Sedangkan bagi Manchester City, ini akan membutuhkan banyak upaya untuk mengejar jarak poin agar tidak semakin jauh.
Lalu, siapakah yang diuntungkan dari hasil pertandingan ini?
Pertama, tentunya adalah Manchester United. Karena dengan kemenangan ini, secara komunal gengsi mereka terangkat. Di saat tim-tim lain mulai stagnan atau malah mengalami degradasi performa, maka di Manchester United (seolah) sudah mengalami perbaikan. Setidaknya ini dapat dibuktikan ketika menghadapi klub-klub besar seperti Manchester City. Sehingga, bagi klub yang sedang selevel dengan David Silva dkk, patut mewaspadai performa tim asuhan Ole Gunnar Solskjaer.
Kedua, sosok yang diuntungkan dengan hasil ini adalah sang manajer, Solskjaer. Pelatih asal Norwegia tersebut sejak awal musim sebenarnya sudah didengungkan oleh media massa akan dipecat oleh tim manajemen MU. Namun, hingga pekan 16 ini ketika Arsenal, Everton, dan Spurs sudah melengserkan para manajernya (pelatih), MU dan Ole masih bekerjasama. Melalui hasil laga ini pula, kerjasama keduanya dipastikan masih berlanjut.
Ketiga adalah Marcus Rashford. Melalui performanya saat berhadapan dengan tim-tim besar, maka namanya akan sangat diperhitungkan di tiap laga. Produktivitasnya memang diakui sangat baik ketika berhadapan dengan tim besar dan mengingatkan publik pada Harry Kane dan Jamie Vardy di masa awal mereka mencuri perhatian -hingga saat ini.
Harapannya, dia dapat lebih konsisten, baik secara individu maupun tim. Artinya, kehebatannya secara individual dapat membuat MU semakin baik dan mengembalikan kualitas MU sebagai salah satu klub yang disegani di Premier League.
Begitu pula dengan menaiknya pamor Rashford sebagai striker haus gol di MU. Harapannya dengan performa yang konsisten, dapat pula membawa dirinya setara dengan Harry Kane di timnas Inggris. Sehingga, The Three Lions memiliki banyak opsi di lini depan dan kualitas bagus ketika harus bersaing dengan negara-negara lain untuk meraih prestasi.
Semoga hasil derbi ini tidak hanya berhenti sebagai momen adu gengsi antara kedua klub se-Manchester tersebut. Begitu juga dengan anggapan bahwa kemenangan ini hanya sebagai wahana peningkatan pamor bagi Marcus Rashford sebagai "the (man) giants killer". Namun, harapannya kemenangan MU ini juga dapat menjadi momen kebangkitan mereka sebagai tim legenda yang seharusnya selalu berada di papan atas dan selalu memperebutkan peluang untuk juara Premier League.
Selamat (datang kembali) Manchester United!
Malang, 8 Desember 2019
Deddy Husein S.
Berita terkait:
Detik.com 1, Bola.com, Ligaolahraga.com, Bola.net, Detik.com 2.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H