Sejak dimulainya Sea Games 2019 di Filipina, di media sosial terdapat keriuhan tentang perhelatan ajang olahraga multievents se-ASEAN tersebut. Dimulai dari "kick-off" penyelenggaraan yang tertunda, pelayanan terhadap atlet-atlet dari negara lain yang kurang maksimal, hingga infrastruktur yang disebut-sebut masih belum sesuai harapan.
Terbaru, kabar tentang fasilitas penunjang di laga Timnas Indonesia U-22 melawan Laos telah mencuri perhatian warga-net. Dikabarkan bahwa timnas Indonesia hanya disediakan ruang kelas sebagai akomodasinya. Dari situlah tagar #SeaGames2019fail kembali menggema di media sosial dan pastinya membuat Presiden Filipina kembali kecewa dengan kritikan-kritikan tersebut.
Namun, keriuhan itu terasa dibalas kebijaksanaan dari pelatih cabor sepakbola putra (timnas) Indonesia, Indra Sjafri. Pelatih yang pernah mengantarkan timnas U-19 juara Piala AFF itu menyatakan bahwa "Fasilitas stadion tidak perlu dikeluhkan. Jangan sekali-sekali senang melihat aibnya orang dibuka. Kalau perlu ditutup, jangan diberitakan," dikutip dari bola.com (5/12). Pernyataan ini tentu terdengar bagus dan memperlihatkan bagaimana Indra Sjafri ingin mengajak masyarakat bersikap dewasa.
Namun, yang perlu dicermati adalah bagaimana jika dampak dari infrastruktur juga mengarah pada kekurang-optimalan terhadap kualitas pertandingan?
Jika merujuk pada pernyataan Indra Sjafri, kita diperlihatkan pada semangat bekerja membangun diri dengan dan tanpa adanya fasilitas penunjang yang memadai. Hal ini bisa saja dikarenakan etos kerja Indra Sjafri yang tinggi dan acapkali tak mempermasalahkan kekurangan-kekurangan teknis non-taktik semacam infrastruktur dan akomodasi.
Namun, dapat diyakini pula bahwa dengan infrastruktur yang memadai, pola kerja Indra Sjafri juga akan terdukung dan berjalan lebih maksimal. Hal ini dapat diperlihatkan dengan bagaimana Indra Sjafri tetap mampu mengelola mental para pemainnya agar tetap fokus bermain, fokus pada taktik, dan memberikan toleransi terhadap kesalahan-kesalahan kecil dengan peringatan yang solid -seperti menyentuh atau merangkul bahu pemain yang berbuat sedikit kesalahan.
Dari apa yang diperlihatkan dan dinyatakan oleh Indra Sjafri tersebut, kita dapat berpikir bahwa kedewasaan dalam menghadapi masalah dapat membuat kita lebih fokus dengan apa yang ingin dicapai. Kunci tersebut diharapkan dapat membuahkan hasil positif bagi timnas Indonesia U-22 di Sea Games 2019 ini, termasuk bagi warga-net yang harus lebih legowo terhadap kekurangan yang mereka lihat.
Bisa saja, apa yang terjadi pada Filipina dapat terjadi di Indonesia atau pernah dirasakan Indonesia. Sehingga, kita perlu mawas diri bahwa tidak selamanya ada kesempurnaan. Setiap negara pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, sama halnya dengan individu-individu, dan itu adalah keniscayaan.
Harapannya, dengan kekurangan-kekurangan yang terjadi di Filipina, kita dapat belajar dari situ. Begitu pula dengan Filipina yang diharapkan dapat kembali memperoleh kesempatan untuk menjadi tuan rumah ajang olahraga dengan perbaikan yang maksimal. Semoga!
Tetap semangat Filipina!
Terima kasih Coach Indra!