Artinya, di sini permainan timnas Indonesia dapat terindikasikan tidak ada tujuan pasti. Entah minimal mampu mencetak satu gol ataupun menahan imbang lawan. Karena, dengan tujuan pasti itu, minimal dua-tiga pemain akan ingat bahwa di menit ke berapa mereka harus bermain seperti strategi A, di menit berapa mereka harus bermain dengan strategi B, dan seterusnya.
Pola ini jika dilakukan dengan cukup baik, maka timnas Indonesia -meskipun kalah- akan memberikan bukti kepada pendukung timnas bahwa mereka telah melakukan sesuatu. Lalu, apakah Tim Garuda Nusantara telah berusaha membuktikan sesuatu?
Jika patokannya gol, maka timnas Indonesia tidak memiliki apa-apa di sana. Namun, jika itu soal peluang, maka Indonesia masih punya meski tidak seberapa dibandingkan tim tuan rumah dan itulah yang kemudian menjadi catatan ataupun pekerjaan rumah bagi pelatih baru Yanto Basna dkk.
Sang pelatih tidak hanya memperbaiki efektivitas bermain menyerang timnas Indonesia, namun juga harus memperbaiki kekuatan timnas dalam bertahan. Pekerjaan rumah yang berat dan sepertinya akan ditanggung oleh salah satu kandidat pelatih timnas, Shin Tae-yong.
Pelatih sepakbola asal Korea Selatan (Korsel) itu dikabarkan ada di Bukit Jalil, memenuhi undangan PSSI. Ini menjadi indikasi bahwa ada komunikasi nyata yang terjalin antara eks pelatih Korsel di Piala Dunia 2018 dengan PSSI. Selain itu, keberadaan pelatih sekaliber Shin Tae-yong akan membuat masyarakat Indonesia melabuhkan harapan.
Akankah timnas Indonesia (senior) menjadi lebih baik?
Jawabannya jelas iya. Namun, soal seberapa besar perbaikan itu, kita lihat saja nanti.
Malang, 20 November 2019
Deddy Husein S.
Referensi:
Bola.Okezone.com, Bola.com, Cnnindonesia.com, dan Kompas.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H