Inilah yang kemudian melahirkan banyak tindakan besar (kerusuhan) di Inggris yang diakibatkan oleh suporternya. Namun, yang perlu menjadi catatan adalah kerusuhan itu sudah terminimalisir di Inggris.Â
Bahkan, stadion-stadion di Inggris juga tidak lagi memasang pagar pada tribun suporter. Ini membuat Inggris sudah mulai melunturkan identitas hooligan terhadap suporternya.
Situasi ini yang sayangnya tidak terjadi di Indonesia. Bahkan, bukannya semakin berkurang, kerusuhan suporter di Indonesia semakin sering terjadi. Ini yang membuat sepakbola Indonesia terus memanas.Â
Di satu sisi, masyarakat mengecam federasi. Di satu sisi lainnya, masyarakat juga tidak menyukai tingkah-laku suporter Indonesia yang tidak jarang merugikan pemerintah (merusak infrastruktur), federasi (sanksi/denda internasional), juga klub (image dan finansial makro-mikro).
Apa yang dilakukan kelompok suporter di Indonesia bisa saja tak lepas dari pola peniruan. Mereka tak hanya menganggap kerusuhan adalah media ekspresi, namun juga media globalisasi.Â
Artinya, dengan kerusuhan, mereka dapat diperbincangkan secara luas dan tak menutup kemungkinan untuk dikenal oleh masyarakat internasional.
Hal ini tentu sama seperti yang terjadi di Inggris beberapa masa yang lalu. Mereka juga meroketkan atmosfer sepakbolanya dengan berbagai hal.Â
Seperti prestasi dan persaingan klub-klubnya hingga hooliganisme pada kelompok suporternya yang kemudian juga terjadi di daratan Eropa lainnya (Italia, Turki, dan Jerman) hingga ke (benua) Amerika -yang saat ini masih dikenal sebagai penghasil suporter "keras".
Jika pada akhirnya kerusuhan suporter ini banyak disinyalir pada peniruan, maka yang patut dinantikan adalah kapan suporter Indonesia memasuki masa pendewasaannya.Â
Akankah ada peluang suporter Indonesia seperti di Inggris yang hanya akan ber-chant "boo-boo" saja atau masih akan tetap mengandalkan cara rusuh seperti saat ini yang tentunya tidak hanya membuat klubnya rugi, namun juga pemerintah setempatnya yang harus kembali merogoh kocek untuk merenovasi kerusakan-kerusakan infrastrukturnya.
Let's wait and still see!