Efek perpindahan ibu kota tidak hanya dirasakan di bidang lingkungan, ekonomi, dan sosial. Efek perpindahan tersebut juga dapat dirasakan di dunia sepak bola Indonesia dengan melunturkan prestis Persija sebagai klub ibu kota.Â
Mereka harus rela menjadi klub regional saja selayaknya Surabaya yang menjadi klub ibu kota Jawa Timur ataupun Persib sebagai klub ibu kota Jawa Barat dan klub-klub ibu kota provinsi lainnya.
Perubahan status ini membuat posisi Persija akan digantikan oleh Mitra Kukar. Klub asal Tenggarong Kutai Kartanegara tersebut yang dapat dipastikan akan seperti Persija. Hal ini dikarenakan sebagian wilayah Kutai Kartanegara akan dijadikan teritori ibu kota.
Walau demikian, tidak akan menutup kemungkinan jika ibu kota baru tersebut akan memiliki klub yang dapat disebut "murni" sebagai klub ibu kota. Mengingat wilayah ibu kota ini tidak sepenuhnya berada di Kutai, maka ada peluang bagi ibu kota baru tersebut akan membentuk klub baru yang benar-benar berbasis di tengah ibu kota.
Apabila hal ini terjadi, maka status Mitra Kukar akan seperti Tira-Persikabo dan Bhayangkara FC. Mereka (Mitra Kukar) akan menjadi rival atau tetangga bagi sang klub ibu kota baru.Â
Namun, sebagai sebuah wilayah yang baru dibangun, tentu akan cukup sulit untuk memunculkan sebuah klub apalagi jika harus langsung bertengger di Liga 1.
Meski ada peluang praktik pembelian lisensi ataupun merger antara klub lokal dari Penajam Paser Utara (Penajam Utama) dengan sebuah klub yang sudah mapan, namun opsi itu tentu tidak akan sebagus dengan mengembangkan Mitra Kukar yang notabene sudah ada dalam waktu yang lebih lama. Maka dari itu, keberadaan Mitra Kukar akan lebih berpotensi untuk menjadi klub yang dapat menyandang sebagai klub ibu kota.
Sebenarnya, apa pentingnya sebuah klub berstatus sebagai klub ibu kota?
Jika merujuk pada semua klub sepak bola yang ada di dunia ini, mereka yang menjadi klub ibu kota rata-rata memiliki prestis. Baik itu dihitung dengan sejarah, prestasi, dan kepopuleran. Kepopuleran ini kemudian juga akan menarik minat bagi investor untuk menjadi pemilik klub asal ibu kota tersebut.
Contoh paling nyata adalah Paris Saint Germain (PSG). Klub asal ibu kota Prancis (Paris) tersebut berhasil menarik minat investor asing (dari Qatar) untuk menjadi pemilik klub dan membuat klub tersebut memiliki modal besar untuk bersaing dengan klub-klub papan atas (dengan belanja pemain bintang) baik di level domestik maupun di level konfederasi (UEFA Champions League).