Akhirnya tuntas juga kompetisi Piala Indonesia 2018 pada Selasa, 6 Agustus 2019. Laga final leg kedua telah digelar di Stadion Andi Mattalata Makassar dan mengeluarkan nama PSM sebagai pemenang. Tim yang juga merupakan tuan rumah leg kedua itu berhasil mengalahkan Persija dengan skor 2-0. Skor itu membuat PSM merengkuh trofi juara dengan agregat 2-1.
Gol pertama sudah dapat dicetak di awal-awal babak pertama melalui skema bola mati (sepak pojok) yang berhasil dimanfaatkan oleh Aaron Evans. Bek asal Australia itu mengantarkan PSM unggul sekaligus menyamakan agregat (1-1).
Gelombang serangan PSM tak segera berakhir, hingga kesalahan dari Sandi Dharma Sute membuat Persija harus bermain dengan 10 pemain. Pelanggaran keras yang dilakukan Sandi Sute terhadap Wiljan Pluim membuat sang wasit memberikan kartu kuning kedua sekaligus menjadi kartu merah bagi si gelandang bertahan. Persija pun akhirnya harus memaksakan gaya bermain mereka untuk lebih berhati-hati dan fokus bertahan hingga babak pertama berakhir.
Di babak kedua, pergantian pemain dilakukan khususnya bagi Persija. Mereka tentu harus berani berjudi dalam strategi agar dapat mencuri gol tandang dan mempersulit langkah tuan rumah berpesta di rumahnya. Ramdani Lestaluhu dan Bambang Pamungkas masuk dan membuat Persija masih membangun asa agar dapat meraih juara meski tak harus menang.
Namun, kesulitan kembali menyelimuti tim ibukota. Mereka kembali harus kebobolan dan PSM unggul 2-0 setelah Zulham Zamrun sukses mencetak gol. Gol yang dilesakkan tak mampu dibendung oleh kiper timnas Indonesia, Andritany Ardhiyasa. Skor 2-0 bertahan hingga peluit akhir pertandingan berbunyi. PSM JUARA!
Juaranya PSM tentunya menjadi kebahagiaan dan kebanggaan bagi masyarakat Indonesia pendukung PSM. Namun di sisi lain, juaranya PSM sebenarnya adalah keniscayaan. Mengapa?
Tanpa merendahkan tim tamu yang sebenarnya unggul agregat (1-0) di leg pertama, namun Persija memang sudah diprediksi akan sulit untuk mempersulit PSM di leg kedua.
Pertama, karena jadwal final leg kedua kali ini tidak begitu ideal bagi Persija. Bahkan bagi PSM pun sebenarnya tidak ideal. Karena kedua tim ini bertanding di Liga 1 pada 3-5 hari sebelumnya dan lokasi pertandingan tersebut pun jauh. PSM harus bertandang ke Bali, sedangkan Persija menjamu Arema FC di Jakarta.
Otomatis di laga ini Persija tidak memiliki banyak energi untuk fokus sepenuhnya di laga ini. Apalagi ada kabar sebelumnya, jika tim Persija tidak akan mengujicoba lapangan sebelum laga final digelar (Senin). Sehingga ini akan membuat para pemain tidak begitu mengetahui kondisi lapangan secara aktual. Bagi pemain dan tim tamu, hal ini sangat krusial. Inilah yang menjadi faktor keduanya -mengapa Persija akan sulit meraih hasil ideal.
Di persepakbolaan Eropa, kondisi lapangan bagi tim-tim yang bertandang biasanya sangat mempengaruhi permainan mereka. Sebut saja klub-klub yang identik bermain bola-bola pendek seperti Barcelona dan Arsenal. Mereka yang terbiasa bermain bola-bola datar akan merasa kesulitan jika kondisi lapangan tidak mendukung pola tersebut.