Manusia tidak pernah luput dari kesalahan. Sebesar dan sekecil apa pun, itu pasti ada di dalam segala praktik kehidupan manusia. Tidak peduli pula apa gelar yang tersemat pada manusia, kesalahan akan tetap mengikuti segala gerak-geriknya.
Begitu pula pada para penulis. Mereka juga akan selalu tidak lepas dari kesalahan. Salah satu kesalahan yang selalu membayangi tindakan para penulis, adalah salah ketik dan juga bisa disebut salah tulis. Kalau dulu, banyak tulisan yang masih diwujudkan dengan goresan tinta dan gerakan (ayunan dan geseran) dari tangan. Namun, kini sudah berbeda. Tulisan sudah dapat dihasilkan dengan ketukan jemari pada keyboard (di gadget) dan menghasilkan tulisan. Bahkan, kini tulisan itu tidak perlu dicetak (printed) namun juga cukup dengan dipublikasikan melalui media online (uploading) atau juga dibagikan melalui perpesanan (chatting) antar orang/kelompok.
Inilah yang membuat kesalahan tulis mulai disebut salah ketik (saltik)--berasal dari aktivitas mengetik di gadget (pc/mobile). Saltik bahkan sering dijumpai pada aktivitas chatting. Baik itu di grup maupun dalam obrolan personal.
Mengapa orang bisa saltik?
Pertanyaan ini tepat diungkap. Meski jawabannya akan sangat variatif, sesuai dengan keuletan seseorang dalam menciptakan alibi terhadap tindakan yang sebenarnya tak disengaja itu. Ada yang mengatakan bahwa saltik bisa disebabkan jempol "kebesaran" (hehehe). Memangnya, seberapa besar jempol kita?
Jawaban pertama itu masih dapat digolongkan sebagai lelucon. Karena, tentu bukan itu yang membuat saltik terjadi. Toh, di zaman now, perangkat gadget kita semakin lebar. Betul? Jika tidak percaya, coba bandingkan ponsel Anda di masa sekarang dengan ponsel Anda beberapa tahun lalu.
Lalu, apa yang sebenarnya membuat orang (tanpa sengaja) menghasilkan tulisan saltik?
Ada dua hal yang mendasari salah ketik.
Pertama adalah kecepatan menulis. Kedua adalah si penulis tidak membaca saat sedang menulis.