Seperti di musim 2011/12, ketika juaranya Manchester City tidak bisa dipastikan dari pekan-pekan sebelumnya selayaknya Juventus, Barcelona, ataupun PSG di musim ini. Manchester City di musim ini harus menantikan laga terakhir Liga Inggris sebagai laga penentuan juara. Hal ini terjadi, karena masih ada Liverpool yang dapat menjadi peraih gelar juara jika mereka menang di laga terakhir sedangkan City gagal menang.
Peluang Liverpool juara sebenarnya bisa membesar seandainya Manchester City hanya meraih hasil imbang di pekan 37. Yaitu ketika The Citizens menjamu Leicester City. Namun, keberuntungan anak asuh Pep Guardiola rupanya masih besar ketika gol tunggal Vincent Kompany sukses mengembalikan Tim Biru Langit ke puncak klasemen.
Unggul 1 poin atas Liverpool membuat situasi di puncak klasemen akhir musim masih diperebutkan. Ini yang membuat trofi Premier League diprediksi akan 'terbelah' lagi.
Kejadian 'trofi terbelah' sebenarnya sudah menjadi pembelajaran bagi federasi sepakbola Inggris (The Football Association/FA) di musim 2011/12. Karena di musim itulah Liga Inggris harus ditentukan juaranya di pekan terakhir. Terdengar kabar jika trofi Premier League sedang melaju ke Old Trafford (markas Manchester United). Namun, ternyata bukan MU yang menjadi juara melainkan 'si tetangga berisik', Manchester City.
Situasi ini kembali terjadi di musim ini, namun FA sepertinya akan belajar dari kejadian 7 musim lalu. Artinya, trofi Premier League akan 'digandakan' jika memang ada kemungkinan bahwa Manchester City terpeleset dan Liverpool juara.
Secara hitung-hitungan matematis, Liverpool yang hanya tertinggal 1 poin bisa menjadi juara jika City kalah ataupun hanya meraih hasil imbang. Sedangkan The Reds dapat memenangkan pertandingan terakhirnya yang digelar di Anfield Stadium. Artinya, Liverpool bisa menjadi juara dan langsung merayakannya di kandang sendiri.
Namun, hal ini akan berbeda jika Manchester City dapat menggebuk tuan rumah Brighton-Holve Albion. David Silva dkk tetap akan menjadi juara apapun hasil yang diperoleh Liverpool. Keunggulan 1 poin dan keunggulan agresivitas gol membuat Manchester City tetap terdepan sebagai peraih gelar juara.
Oleh karena itu, trofi asli Premier League akan melangkah ke Falmer Stadium, markas Brighton. Sedangkan yang imitasi, kemungkinan akan mengarah ke Anfield---sebagai jaga-jaga seandainya Liverpool yang juara. Situasi ini normal, karena secara statistik (catatan di atas kertas) City unggul dari Liverpool. Maka, secara rasional, pihak Premier League juga akan mengarahkan trofinya ke Manchester City. Lalu, apakah Liverpool bisa mengulangi sejarah yang dilakukan oleh City yang menggagalkan MU juara pada saat itu?
Kemungkinan Liverpool juara masih terbuka. Meski, ada suatu hambatan jika Mohamed Salah akan kembali absen di laga terakhir ini. Hal ini berkaca pada cedera Mo Salah yang tergolong berbahaya. Petr Cech (di masa lalu) saja yang pernah mengalami benturan di kepala, akhirnya harus menggunakan pelindung kepala (ketika bermain) di sisa karirnya sampai saat ini. Maka dari itu, kalaupun Mo Salah sudah fit dan siap dimainkan, mungkin permainan Salah tidak akan langsung kembali ke performa biasanya---kemungkinan ada trauma.
Namun, kalaupun Mo Salah absen ataupun bermain kurang maksimal, Liverpool masih memiliki beberapa pemain depan yang masih dapat diandalkan. Situasi ini juga sebenarnya masih cukup rumit, karena pemain andalan di lini depan lainnya juga sedang kurang bugar. Yaitu, Roberto Firmino. Sehingga, langkah Liverpool untuk menggapai juara masih sangat diperlukan adanya persiapan yang super maksimal dari para pemain Liverpool.
Selain itu, faktor lainnya untuk membuka peluang Liverpool juara adalah mereka bermain di kandang. Sehingga, dukungan suporter terhadap tim akan besar. Situasi ini berbanding terbalik dengan yang dihadapi oleh Manchester City. Mereka harus bertandang ke Brighton dan Brighton merupakan klub yang tidak bisa dianggap remeh.