Tampuk kepelatihan berada di pundak Moyes, dan langsung disertai dengan pelaksanaan transfer pemain. Pembelian pemain yang menjadi sorotan kala itu adalah Marouanne Fellaini. Pemain asal Belgia ini merapat ke Old Trafford tak lepas dari performanya yang acapkali dianggap sebagai kartu AS di Everton yang sebelumnya dilatih juga oleh David Moyes.
Terjadilah 'duet' kontroversial antara Moyes dan Fellaini. Publik pun menganggap Fellaini akan menjadi anak emas. Uniknya, anak emas ini bukanlah pemain yang memiliki skill mumpuni sekelas Eden Hazard, Mohammed Salah, ataupun Raheem Sterling. Karena, David Moyes juga belum pernah bekerja sama dengan pemain sekaliber Eden Hazard. Sangat beruntung Moyes (ada di MU)!
Namun, mimpi indah Moyes tidak sesuai dengan pembuktian di lapangan. Tidak dapat dianalisis, apa yang menjadikan Moyes tidak mampu membawa MU seperti MU-nya Ferguson. Walau, semua juga akan mahfum terhadap rekam jejak Moyes yang mentok di level klub seperti Everton.
Meski demikian, secara performa, sebenarnya Everton di tangan Moyes saat itu juga kadangkala memberikan kejutan. Â Bahkan, mereka cukup konsisten berada di papan tengah setiap musim. Khususnya di 3-5 musim sebelum akhirnya Moyes 'diseret' ke Old Trafford.Â
Rekam jejak itulah yang pada saat itu sudah dinilai cukup bagus. Apalagi jika melihat Moyes mampu membuat Everton seperti itu (cukup konsisten), maka, dia pasti tidak akan kesulitan untuk meramu taktik di MU. Karena, di MU komposisi pemainnya jauh lebih baik daripada Everton. Betul?
Namun, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa menjadi pelatih juga bukan hanya mampu meramu taktik. Namun juga harus mampu mengelola pemain. Khususnya pemain-pemain bintang dan sok bintang, dan ini terjadi di MU. Suatu hal yang mungkin belum pernah dialami oleh Moyes kala masih berada di klub lamanya. Siapa pula pemain bintang di Everton?
Inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal keruntuhan dinasti kebesaran MU hingga saat ini.
Imbasnya, MU kini menjadi klub yang tidak lagi mampu menggaransi masa kerja pelatih untuk dapat membangun pondasi. Jangankan pondasi, untuk memperhatikan potensi pemain untuk direkrut saja, MU kini semakin bergantung pada faktor kedekatan pelatih dengan pemain.
Ambil contoh, ketika MU berhasil mendaratkan si talenta mantab-betul (mantul) Memphis Depay dari Belanda. Termasuk bonus Daley Blind yang juga pemain timnas Belanda. Apa yang membuat mereka ada di MU? Louis van Gaal.
Pelatih asal Belanda ini datang dan kemudian membawa pemain-pemain Belanda. Termasuk membawa pemain yang cukup dekat dengan mantan pelatih Barcelona itu. Yaitu, Sergio Romero, kiper timnas Argentina.
Artinya, faktor kedekatan pemain-pelatih menjadi andalan MU untuk menjalankan kebijakan transfer. Di sisi lain, ini cukup positif alias menguntungkan. Namun, situasi ini akan lebih condong ke perihal yang tidak menguntungkan. Yaitu, leadership.