Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Tipisnya Jarak Antara Menebus Dosa dengan Bermuka Tebal

27 Februari 2019   16:07 Diperbarui: 27 Februari 2019   16:21 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sinilah yang kemudian, kita bisa melihat, apakah mereka yang eks-koruptor tersebut akan menjadi anggota legislatif yang sedang berupaya menebus dosa dengan memperbaiki kinerjanya di kesempatan selanjutnya. Atau malah semakin meng-upgrade kemampuannya untuk lebih hebat lagi dalam berkorupsi.

Inilah yang kemudian kita bisa menyebut mereka yang eks-koruptor dan tetap nyaleg itu sebagai orang-orang yang berada di antara pintu taubat atau di 'tembok bercat tebal'.

Di sini tidak menilai mereka dengan sudut pandang agama. Namun, lebih ke arah humanitas dan profesionalitas dalam mengemban tugas sebagai anggota legislatif. Kita harus mengakui bahwa diri kita tidak bisa serta-merta menilai secara mentah-mentah bahwa eks-koruptor itu 'wong edan'. Hanya merujuk pada aksi senyum-senyum pasca ditangkap dan sudah didandani dengan pakaian oranye.

Tapi, kita bisa mencoba menilai mereka seperti seolah-olah anak kecil yang menyimpan uang kembalian dari membeli gula di toko kelontong.

Artinya, si anak itu ada dua kemungkinan. Antara peluang menjadi penipu kelas kakap di kemudian hari, atau malah menjadi orang yang baik dan selalu jujur di saat sudah besar.

Ada kemungkinan bertobat karena ketangkap basah menyimpan uang kembalian itu dan kemudian mendapatkan hukuman, pada akhirnya membuat si anak tobat. Atau memang memilih taubat dan memahami bahwa itu hanya bagian dari kenakalan masa kecil dan sudah disadari bahwa itu tidak boleh diulangi lagi ketika sudah dewasa. Namun, bagaimana jika dewasanya menjadi seorang penipu kelas kakap dan mampu mengorupsi uang dalam jumlah besar?

Kemungkinan paling besar adalah orang tersebut dulunya anak baik-baik yang belum pernah merasakan dosa. Jadi ketika tahu bahwa berbuat dosa itu lebih mudah dan menyenangkan, maka, kenapa tidak untuk dicoba dan dilakukan lagi dan lagi?

Melalui penilaian yang demikian, kita bisa tetap tenang dan bersikap dewasa dalam menghadapi para caleg eks-koruptor yang tetap berani mengajukan dirinya sebagai calon wakil rakyat itu. Kita harus yakin bahwa Indonesia adalah negara hukum. Maka, kita tidak perlu secara militan dan sok suci untuk menjauhi mereka ataupun mengumpat-umpat mereka.

Tetap perlakukan mereka seperti manusia biasa yang bedanya, dia memiliki kesempatan besar untuk korupsi lagi dan lebih banyak. Toh, di antara kita juga pasti pernah menyimpan uang kembalian hasil beli gula ataupun sabun cuci ketika disuruh ibu.
Jadi, mari berangkat ke TPS!

Malang, 27 Februari 2019
Deddy Husein S.

Nasional.kompas.com
Nasional.kompas.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun