"Be With You" Menggambarkan Cinta dengan Usaha dan Keikhlasan
Mendengar pernyataan 'cinta tak harus memiliki', 'cinta sampai mati', dan 'cinta itu buta' sudah biasa, bukan? Begitu pula dengan film yang bertemakan cinta. Pasti tidak akan jauh-jauh dari tiga ucapan tersebut---yang kemudian menjadi bahan baku dalam membuat ceritanya. Berbicara soal cinta, konon seseorang perlu usaha keras untuk mendapatkannya (baca: memperoleh persetujuan).Â
Hal ini bisa terjadi karena, tidak ada satupun orang yang menginginkan cintanya hanya dirasakan oleh diri sendiri/dipendam sendiri. Namun, perasaan cinta itu harus juga dirasakan oleh orang yang sedang dicintai.Â
Artinya, cinta itu perlu usaha untuk meyakinkan orang lain, seperti orang yang dicinta, orangtua (orangtua kedua belah pihak), hingga orang-orang di sekitar yang telah mengenal di antara dua individu tersebut. Uniknya, hal ini tidak hanya terjadi di kehidupan nyata namun juga di film.
Berbicara soal film percintaan, mengisahkan perjuangan cinta itu sudah pasti. Tinggal bagaimana mengolah kisah tersebut menjadi seolah-olah nyata dan dapat 'menyerap' perasaan penontonnya.Â
Bagi penikmat film drama-romance, pasti sudah sangat hafal bagaimana alur dari kisah percintaan yang menjadi menu utamanya. Bahasa kerennya, mereka akan 'kebal' (terhadap pergolakan perasaan) dan tahu bahwa nanti akan 'bersatu' walau di awal terpisah. Inilah yang pada akhirnya disebut perjuangan dan keikhlasan.
Mengenai perjuangan dan keikhlasan, biasanya di dalam film tersebut akan dikisahkan bagaimana lika-liku perjuangan antara si pria dengan si perempuan untuk dapat saling mencinta. Atau salah satu di antara mereka ini---biasanya si pria---akan berjuang. Sedangkan satunya, akan terlihat hidup baik-baik saja, tanpa ada perasaan terhadap lawan jenisnya.Â
Hal ini membuat kisah perjuangan dan keikhlasan menumpuk di awal hingga pertengahan (puncak konflik). Hal inilah yang kemudian menimbulkan kebosanan bagi penontonnya atau biasanya penonton akan mampu menerka-nerka alur ceritanya tanpa pernah terkecoh atau bertanya-tanya tentang "kenapa dia bisa begitu?" atau "kok dia mati? Bukankah dia pemeran utama?"
Nah, pertanyaan-pertanyaan ini seharusnya wajib dijawab dengan alur cerita yang menarik dan cenderung misterius. Termasuk membolak-balikkan kisah perjuangan dan keikhlasan dalam percintaan itu. Inilah yang kemudian memunculkan pertanyaan bagi penulis secara pribadi setelah menonton salah satu film Korea berjudul "Be With You" yang memang full drama-romance tanpa unsur yang lainnya (sebenarnya ditambah fantasi). Pertanyaan ini sebenarnya lebih mengarah pada pencarian keberadaan film lain yang gayanya serupa.
Yaitu, tentang bagaimana jika film drama-romance ini digambarkan dengan perjuangan dan keikhlasan yang dibalik? Di awal cerita kita melihat si tokoh utama ikhlas dengan keharusan dia untuk ditinggal pergi orang yang dicintainya. Lalu dilanjutkan dengan adegan-adengan yang menggambarkan perjuangan/usaha si tokoh dalam merajut cintanya saat memasuki seperempat tubuh cerita (jika durasi filmnya 2 jam, maka saat ini kita berada di 30 menit awal). Di sanalah mulai akan ditimbulkan secara perlahan, bagaimana perasaan si tokoh utama terhadap orang yang dicintainya.
Nah dari sanalah, baru kita menghadapi pembangunan usaha-usaha dari si tokoh sampai jalannya cerita sudah melebihi separuhnya (masuk ke durasi 1 jam). Barulah selepas 1 jam itu, kita akan menonton pergolakan-pergolakan sampai hal-hal yang mendasari adanya perjuangan tersebut (alasan tokoh jatuh cinta).Â