"Masa-masa awal selalu tak mudah (bagi Unai Emery)"
---
Semua penggila (sepak) bola, atau gibolers, tentunya tidak tertinggal oleh berita dari pertandingan besar antara Liverpool vs Arsenal dini hari tadi (WIB). Skor mencolok 5-1 adalah hasil akhir sekaligus penegasan terhadap superioritas Liverpool terhadap Arsenal di musim ini. Betul, Arsenal gagal menundukkan The Reds dua kali di Premier League musim ini (imbang di laga pertama dan kalah di pertemuan kedua). Puncaknya, adalah laga di pekan 20 ini yang ternyata menjadi kado perpisahan yang buruk bagi Arsenal dengan tahun 2018.
Hasil laga ini bagi kubu Arsenal dapat dikatakan sebagai hasil dari faktor kesialan. Namun, benarkah ini murni karena kesialan?
Mari kita bahas secara rinci!
Arsenal di musim ini sedang memulai masa transisi dari kepelatihan Arsene Wenger ke Unai Emery. Taktik si orang Prancis ke taktik si orang Spanyol. Berbeda? Tentu saja berbeda. Walau keduanya memiliki kesamaan gaya main possession football. Namun, taktik Unai Emery terlihat lebih fresh, cepat, dan tajam.
Segar, karena, skuad Arsenal kembali diisi oleh beberapa pemain muda yang dinilai sudah pantas untuk tampil membela The Gunners di tim utamanya. Ada Mateo Guendouzi, Lucas Torreira, Maitland-Niles, dan juga keberhasilan Alex Iwobi untuk tampil lebih reguler pasca kepergian para pemain sayap seperti Alexis Sanchez dan Alex Oxlade-Chamberlain .
Cepat, karena, di sini Arsenal memiliki para pemain cepat di lini tengah dan depan. Ada Iwobi dan pemain muda yang di laga lawan Liverpool dini hari tadi mencetak gol tunggal Meriam London. Yaitu Maitland-Niles. Sebenarnya lini belakang juga memiliki kecepatan. Karena di sana ada Bellerin yang selalu ampuh dalam membantu serangan. Namun, yang paling mengesankan adalah dua pemain depannya yang sama-sama memiliki kecepatan dan kemampuan individu yang sangat baik. Yaitu, Alexandre Lacazette dan Pierre-Emerick Aubameyang.
Tajam, karena, Arsenal memiliki duet penyerang yang sama-sama mampu mencetak gol, yaitu Lacazette dan Aubameyang. Bahkan, pemain yang disebut terakhir ini merupakan salah satu pemain di Premier League yang berhasil cetak 13 gol---sama seperti torehan Mo Salah dan Harry Kane (30/12). Sehingga, Arsenal sudah tidak terlalu perlu khawatir ketika ditinggal pergi oleh Olivier Giroud dan Alexis Sanchez yang sama-sama telah menyeberang ke klub rival (Chelsea dan MU).
Lalu, bukankah itu artinya Arsenal sudah berada di masa transisi yang bagus? Jika melihat soal torehan gol, Arsenal memang salah satu tim peringkat 5-6 besar yang bisa disebut sebagai tim yang produktif. Namun, ada suatu hal lainnya yang rupanya menjadi permasalahan yang sangat serius, khususnya di musim ini. Yaitu, gawang yang sering kebobolan!
Seolah menjadi citra yang buruk bagi Arsenal yang menariknya tak hanya terjadi di separuh awal musim ini, namun juga di musim-musim sebelumnya. Bahkan, di masa-masa akhir jabatan Arsene Wenger di kubu Merah London ini, Arsenal seringkali menelan hasil buruk dengan dibantai oleh klub-klub besar dengan skor mencolok. Tragis dan klasik.
Arsenal bukannya tak punya bek dan kiper yang tangguh. Bahkan, sudah bisa disebut sebagai salah satu klub papan atas yang tak hanya mampu mengorbitkan pemain belakang, tengah, dan depan saja, namun juga posisi penjaga gawang.