MotoGP 2018 Telah Usai
"Berakhirnya musim kompetisi balap motor paling bergengsi di jagad raya
Dan perpisahan yang harus terjadi pada Dani Pedrosa"
Motogp 2018 telah berakhir, semua publik pecinta balap motor kelas para raja balap ini tentu sudah mengetahui siapa yang merengkuh titel juara dunianya. Marc Marquez berhasil merengkuh titel World Championship di kelas MotoGP untuk kelima kalinya dan sekaligus diraih dengan tiga kali berturut (2016, 2017, dan 2018). Sebuah bukti nyata kehebatan pebalap asal Spanyol ini dalam menaklukan setiap lintasan dengan motor Hondanya. Bersama pabrikan Repsol Honda sejak 2013 lalu, Marc Marquez sukses menjadikan dirinya sebagai pebalap Spanyol masa kini yang terbaik.
Debut dengan titel juara dunia, lalu diikuti dengan musim keduanya dan hanya terpotong rangkaian juara dunianya dengan raihan titel juara dunia di musim 2015 oleh pebalap Spanyol lainnya yang (sebenarnya) lebih dulu berjaya, Jorge Lorenzo. Pebalap yang pada saat itu masih membela Yamaha factory, menjadi satu-satunya pebalap yang masih bisa muncul di era kejayaan Marc Marquez yang seolah-olah telah menjadikan pebalap kelahiran 1993 ini sebagai pebalap terbaik abad 21.
Faktanya memang kehadiran Marc Marquez di kelas MotoGP telah membuat peta persaingan menjadi berubah sekaligus memotong dominasi Yamaha yang berhasil meregenerasi mahkota raja dunia dari Valentino Rossi ke Jorge Lorenzo yang debut di musim kompetisi 2008. Titel terakhir dari Valentino Rossi telah berhenti di tahun 2009. Namun langsung dilanjutkan oleh Jorge Lorenzo di tahun 2010.Â
Meski kemudian, di tahun 2011 Casey Stoner yang akhirnya pindah dari Ducati ke Honda telah berhasil merengkuh titel juara dunia keduanya. Sekaligus mengikuti jejak Valentino Rossi sebagai pebalap yang berhasil juara dunia di dua pabrikan yang berbeda---Valentino Rossi juara dunia bersama Honda dan Yamaha.
Seperti yang diketahui bahwa keberadaan ECU juga mempengaruhi kinerja mesin terhadap ban yang digunakan. Apalagi musim kompetisi MotoGP awalnya mulai hanya menggunakan pasokan ban dari Bridgestone yang cenderung kuat di ban belakang lalu berpindah ke pabrikan ban Michelin yang lebih mengutamakan kualitas ban depan.Â
Hal ini kemudian menjadikan pabrikan Yamaha juga bermasalah dalam proses adaptasi bannya. Termasuk penggunaan mesin yang berbeda antara Yamaha (in-Line) dengan Honda (V4). Karena, dengan adanya perbedaan mesin yang digunakan maka ada perbedaan pula pada power yang dihasilkan dan tingkat akselerasinya. Yamaha yang sudah dikenal lebih smooth namun akselerasi bagus, harus bersaing dengan Honda yang lebih kompleks keunggulannya.Â
Meski terkadang Honda terlihat liar dan banyak bergetar ketika mengalami transisi dari lambat ke cepat maupun dari cepat ke lambat---perlu hard braking yang berpotensi menyebabkan kehilangan keseimbangan pada motor termasuk ban belakang yang gagal mendarat sempurna ke aspal.