"Perempuan memang menarik " sebuah kalimat yang sempat menjadi perdebatan  antara saya dengan seorang rekan saya,  yang menganggap pernyataan saya itu mengandung unsur pendiskreditean ke arah seksis.
Perdebatan itu sebenarnya tidak mengherankan, terlebih dengan situasi budaya patriarkhi yang sangat kental dan dominan dalam masyarakat kita. Pun persoalan gender selalu lekat bahkan diidentikkan  dengan peran perempuan. Juga terkait  perbedaan,pembedaan dan kebedaan diantara kedua insan ciptaan Tuhan ini.
Padahal saya berbicara dalam konteks studi mengenai perempuan mengalami perubahan yang sangat besar, sebagaimana diungkap oleh Patricia A. Cain dalam bukunya "Feminism and the Limits of Equality" yang dikutip D. Kelly Weisberg (ed.), Feminist Legal Theory (halaman 237-247). D Studi perempuan bukan sekedar perspektif akademis mengenai berbagai persoalan perempuan dalam masyarakat.Â
Studi perempuan merupakan epistemologi yang mengandung berbagai konflik ideologi, teori dan metode. Karena itu berbagai bentuk diskriminasi sosial terhadap perempuan akan ditafsirkan dan diatasi secara berbeda oleh Feminisme Liberal, Feminisme Radikal (Marxis), Feminisme Kultural, dan Postfeminisme.
Sehingga menjadi sangat menarik bicara mengenai peran perempuan termasuk dalam perpolitikan, termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) . Setidaknya 52 % pemilih dai Provinsi NTT adalah perempuan. Sehingga jelas sekali potensi pemilih perempuan dapat menentukan nasibnya melalui pilihannya kelak.
Persoalan utama yang dihadapi oleh kaum perempuan di Indonesia, termasuk NTT adalah ketimpangan dalam pembangunan yang kurang mengakomodir perempuan untuk berperan serta aktif dalam pembangunan dan menikmati pembangunan yang ada.
Hal ini terjadi karena dalam pembuatan keputusan publik, terutama dalam penganggaran , keterlibatan perempuan baik di legislatif maupun eksekutif masih sangat rendah. Â Padahal keputusan publik akan efektif jika dibuat dengan skema pengarusutamaan gender. Kondisi ini hanya dapat dicapai jika keterwakilan perempuan besar dan berpengaruh dalam pengambilan keputusan publik, terutama di eksekutif.
Hal ini lah yang ditandaskan oleh jurkam tingkat Provinsi sekaligus Ketua Penggerak PKK Provinsi NTT, Lusia Adinda Lebu Raya pada hari kamis (1/3), bersama tim kampanye paket Marhaen,juga didampingi Rafael Nanggur (anggota DPRD Kab Manggarai Fraksi PDI Perjuangan), Perjuangan Kristofora Bantang Anggota DPRD Provinsi NTT dari Fraksi PDI serta Relawan Srikandi untuk Marhaen kampanye di Desa Compang Cibal, Kecamatan Cibal Barat. Dimana kedatangan mereka disambut dengan adat Curu dan Kapu oleh tokoh adat dari rumah Gendang Compang Cibal.
Lusia Adinda selaku jurkam bukan hanya memperkenalkan pasangan Marhaen kepada massa tetapi memaparkan pula program-program yang ditawarkan Paket Marhaen dengan titik berat pada pengembangan infrastruktur, Kesehatan, Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi masyarakat.
" Paket Marhaen adalah satu-satunya paket yang telah berkomitmen melanjutkan program Desa Mandiri Anggur Merah, dimana pembangunan dengan titik berat di desa menjadi perhatian utama" ujar istri Frans Lebu Raya, Gubernur NTT. "Jangan biarkan Ibu Emi berjuang sendiri, mari berjuang bersama Mama Emi sampai finish," tegas Lusia.
Sebuah pernyataan sikap untuk mengajak pendukung MS -Emi untuk Masih Setia memilih Emi. Karena  sudah saatnya perempuan NTT menjamin masa depan mereka dengan memilih perempuan sebagai pemimpin eksekutif mereka. Karena persoalan perempuan hanya dapat jauh lebih dipahami oleh perempuan itu sendiri, dengan dukungan para laki-laki tentunya.Â