Model kepemimpinan dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat significant, tantangan abad 21 membutuhkan pola-pola pikir kepemimpinan yang lebih maju, dimana segala persoalan yang mengemuka perlu dijawab oleh kerja tim yang seimbang dan bersinergi antara laki-laki untuk menghasilkan jalan keluar yang luar biasa dalam menghadapi persolan yang dihadapi. Model kepemimpinan ini hany dapat dilakukan dengan pola Integrated Leadership.
Hal ini juga berlaku dalam menghadapi persolan ekonomiakibat kesenjangan pembangunan. Memerlukan pemerataan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan memiliki untuk membangkitkan perekomian mulai dari keluarga yang akan menggerakan perekonomian masyarakat yang lebih besar.
Pun persoalan perekonomian yang dihadapi masyarakat bawah, bukan hanya dijawab dengan solusi yang bersifat topdown, tetapi memerlukan keterlibatan masyarakat baik laki-laki maupun perempuan untuk mengawalnya secara bottom up.
Demikian pula dalam menjawab persoalan angka kemiskinan yang ada di Pulau Sumba. Pulau Sumba sebagai bagian dari NTT provinsi yang diketahui hingga saat ini belum mencapai kesejahteraaannya, sehingga memerlukan upaya luar biasa untuk menerobos berbagai persoalan yang mereka hadapi saat ini, sebagai diakibatkan oleh pola pembangunan yang belum merata.
Masyarakat Sumba, termasuk perempuannya adalah masyarakat pejuang yang tidak mudah menyerah, kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia meski di tengah keterbatasan sarana dan prasarana, mereka tetap berkarya untuk tetap survive.
Mereka mampu memberdayakan diri melalui ekonomi kerakyatan, dari usaha kecil dan mikro. Salah satu bentuknya dapat dilihat pada mereka yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang yang telah mengorganisir diri dalam kelompok kelompok perempuan nelayan Sumba Timur di Kampung Bugis.
Di tengah keterbatasan alat produksi mereka tetap dapat memanfataakan sumber daya yang tersedia untuk melakukan pemberdayaan ekonomi perempuan melalui beragam usaha pengelolaan ikan dan juga belalang, salah satunya adalah usaha abon ikan yang di dapat dari para nelayan sekitar tempat tinggal mereka.
Dalam kunjungannya ke Sumba Timur pada hari Rabu tanggal 21 Februari 2017 kemarin sore, Calon wakil gubernur NTT, Ir. Emelia Nomleni (Emi) menyempatkan diri untuk berbincang dengan komunitas ini.
Dari hasil diskusi ini terungkap bahwa persoalan yang paling besar mereka hadapai adalah ketersediaan bahan baku serta pola pemasarannya masih terbatas sehingga home industrymereka sulit maju.
Menanggapi hal ini , Emi menegaskan bahwa kelompok nelayan perempuan ini bukan hanya butuh kapital berupa alat produksi, kemasan, merk, serta pola promosi dan pemasaran terpadu agar dapat terus berkembang, tetapi menjadi membutuhkan daya dukung sarana dan prasarana yang lebih memadai agar pola distribusi bahan baku dan pemasaran produk dapat menjadi lebih baik. Apalagi usaha ini bagus ya Membantu nelayan dengan membeli bahan baku langsung dari nelayan dan meningkatkan gerakan gemar makan ikan meningkatkan gizi anak