Mohon tunggu...
Deddy Kristian Aritonang
Deddy Kristian Aritonang Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Alumnus Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Pecinta Bahasa, Pendidikan, Sosial dan Olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Wahai Stasiun-Stasiun TV, Didiklah Anak Indonesia Melalui Siaran-siaran yang Berkualitas!

31 Mei 2014   17:30 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:53 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di era tahun 90-an, stasiun televisi di Indonesia banyak menyuguhkan program-program yang relevan dan edukatif bagi anak-anak. Siapa yang tak kenal dengan penyanyi-penyanyi cilik seperti Joshua, Chikita Meidi, Trio Kwek-Kwek, Giovanni, Saskia, Kak Ria Enes dan Susan dan masih banyak lagi. Mereka juga membawakan lagu-lagu yang mengandung pesan-pesan yang mendidik bagi anak-anak. Tayangan-tayangan musik untuk anak-anak saat itu juga dikemas dengan sangat menarik dan kreatif, mulai dari presenternya yang juga anak-anak hingga wawancara dengan anak-anak lain terkait hobi dan kegiatan-kegiatan positif diluar sekolah. Tayangan-tayangan Kartun dan Superhero seperti Ksatria Baja Hitam, Ultraman dan Power Rangers juga mengisyaratkan nilai-nilai keberanian membela yang benar dan memberantas kejahatan meskipun perlu adanya bimbingan dari orang tua karena tayangan-tayangan ini menyuguhkan pertarungan fisik. Akhirnya, para orangtuapun ‘dipaksa’ untuk meluangkan waktu mendampingi anak-anaknya dalam menonton televisi sehingga terjalin waktu berkualitas antara orang tua dan anak-anak, sesuatu yang agaknya mulai langka di masa sekarang. Adalagi tayangan Keluarga Cemara dan Si Doel Anak Sekolahan yang juga memberi nuansa kekeluargaan yang mementingkan nilai-nilai kejujuran dan kesederhanaan. Masih banyak lagi tayangan-tayangan mendidik lainnya seperti yang dulu ditayangakan di TPI (Televisi Pendidikan Indonesia).

Kalau sekarang, stasiun-stasiun TV tanah air kebanyakan lebih mementingkan komersialitas dan mengabaikan tayangan-tayangan edukatif. Hati saya cukup miris melihat tayangan-tayangan yang menghiasi layar kaca saat ini. Saya mulai dari tayangan Dahsyat di RCTI yang disiarkan secara Live mulai Senin sampai Jumat pukul 08.30-10.30 WIB dan Sabtu-Minggu pukul 09.00-11.00 WIB kemudian acara Inbox di SCTV yang juga Live setiap hari mulai pukul 07.00-09.00 WIB. Dua acara ini memiliki konsep yang sama yakni tayangan musik yang dipandu oleh presenter, mengundang artis-artis untuk bernyanyi dan juga ditonton oleh masyarakat yang datang langsung ke acara tersebut. Yang menjadi kegelisahan saya adalah tayangan tersebut disiarkan setiap hari dan di pagi hari, waktu yang produktif bagi kaum muda untuk sekolah, kuliah dan bekerja. Sementara penonton yang hadir justru didominasi oleh kaum muda. Apakah mereka tidak sekolah atau tidak kuliah? Adalagi tayangan YKS (Yuk Keep Smile) di Trans TV dan Pesbukers di ANTV yang ditayangkan setiap hari dan berjam-jam. Kedua tayangan ini hadir di sore hingga malam hari yang bagi saya mengganggu jam belajar anak-anak. Harusnya KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) melakukan evaluasi yang tegas terhadap acara-acara ini, khususnya terkait jam tayang dan frekuensi penayangannya yang setiap hari.

Menjamurnya sinetron-sinetron, tayangan-tayangan FTV dan infotainment juga banyak mensuggesti hal-hal negatif. Tayangan-tayangan seperti ini justru sangat diminati kaum remaja yang masih dalam proses mencari jati diri sehingga cenderung mudah untuk mengadopsi gaya hidup para selebritis. Sinetron dan FTV sangat menonjolkan aspek-aspek yang jauh dari kata edukatif seperti kehidupan asmara kaum muda di sekolah yang dihiasi dengan kemewahan yang belum pantas untuk ukuran anak-anak sekolah, kekerasan dan dendam akibat masalah percintaan dan cara memakai seragam sekolah yang tidak wajar, seperti baju seragam yang dikeluarkan, terlalu ketat dan rok yang terlalu pendek. Hal-hal semacam ini yang rawan ditiru para remaja yang mengaggap hal-hal tersebut sebagai sebuah trend dan gaya masa kini yang harus diikuti demi memunculkan kesan tidak ketinggalan jaman dikalangan mereka.

Memang masih ada acara-acara mendidik seperti Laptop si Unyil dan Buku Harian Si Unyil di Trans 7 dan tayangan-tayangan di DAAI TV dan TVRI yang menurut saya banyak menampilkan sisi kemanusiaan dan pembelajaran. Namun sepertinya tayangan-tayangan edukatif semacam ini kalah pamor dan terpinggirkan oleh tayangan-tayangan yang hanya mengedepankan komersialitas seperti yang saya sebutkan di atas. Orangtua juga harus turut serta mengawasi anak-anak dalam menonton televisi dan memonitor jam-jam belajar mereka. Kalau dulu anak-anak (termasuk saya) banyak mengingat lagu-lagu, ci-cit-ci-cit-cuitnya Joshua atau si Komonya Kak Seto misalnya, sekarang jangan heran kalau anak-anak SD saja fasih menyanyikan lagu Cinta Satu Malam, Sik Asik atau lagu-lagu bernuansa cinta lainnya ala boyband atau girlband (tepuk jidat).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun