Indonesia sedang bersiap menjadi produsen electric vehicle (EV) dunia. Dengan sumber daya alam yang kaya seperti nikel, bauksit, tembaga, mineral kunci tersebut bisa digunakan untuk pengembangan industri EV di Indonesia.Â
Selain itu, Indonesia juga berkomitmen menurunkan tingkat emisi di tahun 2030. Pada 2060 mendatang, penggunaan kendaraan listrik terutama kendaraan bermotor ditargetkan telah menyeluruh.
Selain berkontribusi terhadap penanggulangan climate change, diharapkan Indonesia dapat memaksimalkan potensi industri dalam negeri. Sebuah potensi yang dapat tercapai apabila hilirisasi industri baterai hingga kendaraan listrik terwujud.
Terlebih permintaan baterai EV global akan meningkat seiring dengan pertumbuhan permintaan EV. Pasca 2027, pasar baterai kendaraan listrik global akan mencapai 777Â GWh. Sedangkan kebutuhan baterai dalam negeri mencapai 9,8-11,9 GWh pada 2023-2030.
Seperti yang kita ketahui bersama, bangsa ini bangsa besar. Dan, berpotensi besar di kemudian hari. Indonesia berpotensi menjadi global supply chain-hub di industri baterai kendaraan listrik hingga industri kendaran listrik itu sendiri.
Sektor perindustrian kita sedang bersiap menyambut tantangan besar ini. Sebagaimana halnya yang terjadi di salah satu kawasan industri yang terletak di Sulawesi Tengah. Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali berpotensi mengolah SDA mineral menjadi baterai EV dan kendaran listrik. Kapasitas daur ulang baterai di Morowali pada fase 1 mencapai 20.000 ton per tahun dan fase 2 sebesar 40.000 ton per tahun.
Kawasan industri seluas 141.700 meter persegi ini diketahui telah memiliki nilai investasi sebesar US$91 juta atau sekitar Rp1,3 triliun. Sembari menyiapkan industri EV, Indonesia juga tengah mengejar pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Pada 2030 Indonesia ditargetkan memiliki SPKLU sebanyak 31.859 unit. Sedangkan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) sebanyak 67.000 unit.
Selain di kawasan IMIP, Indonesia juga telah memiliki pabrik baterai listrik yaitu PT HKLM Battery di Karawang. Pabrik ini mempunyai kapasitas produksi di tahap 1 sebanyak 1 GWh yang kemudian bia menghasilkan 150.000 buah baterai.
Komponen baterai yang diproduksi berasal dari NCMA (nikel, kobalt, mangan dan aluminium) yang merupakan 90 persen dari nikel.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H