Mohon tunggu...
Fery Deddy Fahriza
Fery Deddy Fahriza Mohon Tunggu... Lainnya - Music is my soul

Without deviation from the norm, progress is not possible by Frank Zappa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tinggalkan Batu Bara, Kawasan Industri Morowali Bangun PLTS 150 MW

17 September 2021   16:41 Diperbarui: 17 September 2021   16:55 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga surya. Sumber foto: CNNIndonesia.

Sebagai bahan bakar utama pembangkit tenaga listrik, batu bara menjadi kebutuhan primer kawasan industri. 

Namun, batu bara kini dinilai sudah tidak ramah lingkungan. Butuh sebuah energi baru terbarukan sebagai solusinya. Seperti yang tengah direncanakan salah satu pelaku industri Tanah Air, Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Peduli akan keberlangsungan kehidupan dan lingkungan sekitar, tenaga surya diyakini sebagai pengganti batu bara untuk pembangkit listrik. 

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang diketahui akan berkapasitas 150 megawatt (MW) akan secara bertahap menggantikan batu bara sebagai sumber energi utama untuk kegiatan produksi di kawasan IMIP. 

Diungkap oleh CEO PT IMIP, Alexander Barus, untuk pembangunan PLTS, perusahaannya telah menyediakan lahan 150 hektar (ha) guna mewujudkan penyediaan listrik dari tenaga yang lebih eco-friendly. 

IMIP harus segera berbenah persoalan pembangkit listrik. Karena maklum saja, kawasan industri ini memiliki 3 klaster utama produksi yang sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan industri negara hingga ekspor. 

Klaster yang pertama ialah klaster yang mengolah stainless steel dengan total produksi mencapai 3 juta metrik ton (MT) per tahun. Kedua, ada klaster carbon steel yang memproduksi baja dengan kapasitas produksi 3.5 metrik ton per tahun.

Dan klaster terakhir, yang membuat Indonesia mulai menjajaki kesempatan menjadi produsen kendaraan listrik dunia yaitu klaster baterai untuk kendaraan listrik (EV). Klaster ini akan dihuni oleh 4 perusahaan yang mengolah nikel sulfida dan nikel kobalt menjadi katoda baterai kendaraan listrik dengan total produksi ditargetkan mencapai 240.000 metrik ton per tahun. Jumlah tersebut bisa memenuhi seperempat kebutuhan dunia di masa depan jika kebutuhan  menyentuh angka 1 juta metrik ton. 

Dengan begitu banyaknya kegiatan produksi yang vital di IMIP, maka dibutuhkan bahan bakar yang ramah lingkungan untuk menggerakan pembangkit listrik sekaligus untuk mendukung program Indonesia yang kini sudah mulai menerapkan EBT (energi baru terbarukan). Proyek PLTS yang ditargetkan akan berjumlah sebanyak 23% pada 2025. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun