Mohon tunggu...
Deddy K. Sandi
Deddy K. Sandi Mohon Tunggu... -

Orang kecil, tidak suka politik, senang membaca dan belajar I'm Dyren97@gmail/yahoo/hotmail/skype/crawler/4shared/twitter/youtube/aol.. etc

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lambaian Janur Kuning (2)

29 September 2011   21:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:29 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sinar matahari pagi mulai menerangi Desa Rangkat yang damai. Firman terlihat sudah rapih, tidak seperti biasa pagi itu dilihatnya mbak Dorma sedang lari pagi melintas di jalan depan masjid. "Selamat pagi mbak Dorma, tumben, olah raga pagi-pagi begini", sapa Firman dengan senyum ramahnya. "Ah.. mas Firman, iya mas, harus latihan agar nanti bisa ikut lomba makan rujak di perayaan Ultah Rangkat, katanya nanti Mommy juga akan mengadakan lomba makan tumpeng, jadi harus fit dong.  Eh.. mas Firman juga kok udah rapih gitu, mau kemana mas ?", sambil duduk istirahat Dorma menjawab sapaan mas Firman, sementara tangannya sibuk membuka coklat Cadburry.

"Hari ini rencana saya akan ke tempat tugas orang tua di Borneo, tapi  mampir dulu ke kota Buol. Insya Alloh hanya 2 hari saja kok. Ini juga sedang nunggu ojek mbak", jawab Firman sambil duduk dekat mbak Dorma. "Oh.. kangen orang tua ya mas ?", Dorma menjawab sambil menawarkan Cadburrynya. "Kangen, pasti mbak Dorma, sekalian mau mohon restu danmeminta mereka datang ke Desa Rangkat", Firman menerangkan sambil menggelengkan kepala atas tawaran coklat mbak Dorma dan tersenyum ramah.

Tiba-tiba mbak Asih dan Acik terlihat berjalan bersama, Firman langsung berdiri dan mengangguk pada mereka "Assalamu'alaikum, bagaimana kabarnya ?" Acik, nampak berjalan seperti bersembunyi dibelakang mbak Asih tetapi pandangannya tertuju pada Firman, keduanya menjawab hampir bersamaan "Wa'alaikumsalam mas Firman. Baik". Mbak Asih cepat melanjutkan " Sebaliknya bagaimana ? Wah sepertinya hendak pergi jauh ya ?" "Iya mbak, akan ke tempat orang tua di Borneo. Insya Alloh nanti mampir dulu ke rumah bu Kades di Buol"

Sesaat suasana menjadi hening, semua terdiam, kecuali mbak Dorma yang tampak asik dengan Cadburrynya. Firman, mendekat pada mbak Asih dan berkata "Mbak Asih, insya Alloh sepulang dari Borneo, saya akan kerumah mbak Asih dan mas Erwin. Mungkin dua hari lagi. Saya harap, mbak Asih, mas Erwin dan Acik ada dirumah" "Memang ada apa mas ?" Acik mendahului mbak Asih bertanya dengan penuh penasaran "Kita lihat saja nanti ya. Mohon doanya semoga perjalanan dan urusan saya dimudahkan Alloh", Firman menjawab dengan menganggukkan kepala sambil tersenyum penuh rahasia "Insya Alloh, amiin. Mudah-mudahan lancar mas" mbak Asih berusaha membatasi kepenasaran Acik. Kemudian, mengajak Acik melanjutkan perjalanan setelah berpamitan pada mas Firman.

Entah mengapa, Firman cepat melihat pada mbak Dorma yang berhenti menikmati Cadburrynya dan melihat pada Firman dengan wajah serius tak berkedip.  Firman kemudian duduk didekat mbak Dorma, sambil menunduk Firman berkata pelan "Sepertinya, mbak Dorma tahu sesuatu. Gini aja mbak Dorma, kalau mbak bisa merahasiakan apapun yang saat ini mbak pikirkan, yang berhubungan dengan saya barusan, nanti saya pesankan kue tart special. Gimana mbak ?" "Tart ? Wah.. ok deh. Tapi,.. emang akan ada apa sih mas ?" mbak Dorma, mencoba mencari tahu mengapa dia akan mendapat tart dengan diam merahasiakan sesuatu yang dia pun belum tahu.

Kemudian muncul ojek yang telah disms mas Firman, dan dengan senyum ramahnya Firman mengalihkan pembicaraan "Alhamdulillah, ojek sudah datang, saya harus segera berangkat ya mbak. Sampaikan salam untuk mas Hans, kemarin sore saya sudah berpamitan pada pak RT dan RW, tapi tadi malam lupa pamit pada mas Hans"

Mbak Dorma hanya bisa menjawab salam mas Firman, kemudian melanjutkan lari paginya. Hanya saja kali ini tujuannya jelas ke pos ronda. Sarapan.

===> ^^^<===

Dua hari kemudian, sekitar pukul 4 sore,  Firman datang ke rumah mbak Asih dan mas Erwin dengan pakaian yang rapih. Meski hanya baju koko, tapi jelas baju ini masih baru dan bagus, terlihat dari bentuk bunga dan warnanya yang serasi. Langkahnya mantap, hingga didepan rumah mas Erwin dan mbak Asih, Firman tampak berhenti sejenak, menunduk dan memejamkan mata, kemudian mengetuk pintu  dan mencoba menyapa penghuni rumah dengan mengucap salam" Assalamu'alaikum" Belum turun tangannya dari mengetuk pintu, tiba-tiba pintu terbuka dan Acik muncul dengan senyum ramah "Wa'alaikumsalam. Oh.. mas Firman, mari silahkan masuk. Kami sudah menunggu dari tadi, kan mas Firman tempo hari bilang akan kerumah, tapi tidak menyampaikan kapannya"

"Terimaksih Acik, maaf, saya tidak berani menjanjikan sesuatu yang sayapun tidak tahu pasti", Firman menjawab sambil tersenyum malu. Firman tetap berdiri didepan pintu hingga mas Erwin terlihat muncul diruang tamu. "Wa'alaikumsalam. Silahkan masuk mas Firman, silahkan duduk", mas Erwin mempersilahkan Firman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun