Mohon tunggu...
Ali Husin
Ali Husin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - +62 tulen

konten ramah otak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jusuf Hamka dan Jalan Dakwahnya

5 Maret 2022   21:36 Diperbarui: 5 Maret 2022   21:46 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jusuf Hamka adalah seorang pengusaha yang populer dengan warteg nasi kuningnya yang hanya dihargai 3 ribu perbungkus. Selain itu, dia juga mendirikan masjid dengan desain yang cukup unik, bernuansa cina dan penuh warna merah. Melihat mesjid yang demikian memberikan karakter dan pesan yang cukup kuat, "Islam ramah terhadap semua ras". 

Apakah ini melebih-lebihkan atau penilaian yang masih dalam kewajaran saya kurang tau, namun desain mesjid yang selama ini begitu-begitu saja secara tidak langsung menamkan aturan bahwa mesjid itu harus bangunan persegi, punya kubah 1 di tengah, dominan berwarna putih, yang pada akhirnya memberikan kesan bahwa islam sangat kaku. Bahkan tanpa bicara, melalui desain mesjid jusuf hamka sudah ambil peran dalam upaya menjernihkan kesan agama Islam.

Ketika mendengar nama Jusuf Hamka, sebelum aku tau warteg murahnya, sebelum aku tau jalan tolnya, sebelum aku tau mesjid yang dibangun, aku terfokus ke nama Hamka. Hamka bukanlah nama populer di Indonesia, serta satu-satunya nama hamka yang cukup dikenal sebelumnya adalah buya hamka, ulama masyhur dengan wawasan agama luas dan pengalaman organisasi menonjol. 

Aku berusaha mencari lebih, kenapa bisa pada namanya jusuf hamka tersemat nama hamka, padahal dia seorang tionghoa, mualaf pula. Usut demi usut, dia kebenaran dimualafkan oleh seorang buya hamka serta diangkat menjadi anak angkat, bahkan nama hamka diwariskan juga.

Nama yang kelak membuat jusuf hamka berbuat cukup hati-hati. Tak lupa, Buya Hamka juga berpesan agar kelak Jusuf Hamka mendakwahkan islam ke saudaranya keturunan tionghoa, menurut Buya Hamka nenek moyang tionghoa juga merupakan Muslim.

Jusuf Hamka masuk Islam di usia 20-an, sebelumnya hampir tidak tau mengenai Islam kecuali dari lingkungan pertemanan muslimnya saja. Tiba-tiba diamanahi untuk mendakwahkan Islam adalah tugas yang tidak mudah, melihat rekam jejak para pendakwah biasanya nyantri dipondok beberapa tahun, nyantri kesana kemari, bahkan kadang sampai ke luar negeri, di usia yang beranjak dewasa tidak mungkin lagi seorang jusuf hamka melakukan itu semua.

Seiring berjalannya waktu seorang Jusuf Hamka menjadi pengusaha besar dan beraset trilyunan. Warteg murah untuk orang miskin, mesjid dibangun dari kantong sendiri, membuat namanya mulai terkenal dan seiring diajak ngobrol ke media-media besar. 

Menariknya, hal-hal yang disampaikan di sela-sela obrolan cukup mendidik dan berlandaskan prinsip-prinsip mendasar keagamaan. Bagaimana dia mengatakan bahwa suksesnya adalah karena Allah menghendaki, bagaimana dia menyampaikan dengan jelas bahwa jika ingin sukses harus berbakti kepada orang tua, dan masih banyak lagi. 

Perkataan tersebut cukup simpel bahkan tanpa membacakan ayat Qur'an atau Hadits, namun aku tidak bisa membayangkan seberapa banyak orang yang sadar untuk sholat dan berdo'a, seberapa banyak orang yang lebih mengharagi orang tuanya, ketika dia mengucapkan kalimat-kalimat tersebut.

Jusuf Hamka telah menemukan cara dakwahnya sendiri, dakwah by expert mungkin namanya. Orang yang bisa menyampaikan ajaran Islam bukan hanya orang yang nyantreb beberapa tahun, tapi juga oleh orang-orang lapangan yang sudah membuktikan kebenaran dari Islam melalui perbuatannya. Islam itu bukan hanya di Qur'an dan Hadits, Islam juga ada di perbuatan, Islam diturunkan untuk memperbaiki budi pekerti, perbuatan di keseharian. Jusuf Hamka telah berdakwah melalui perbuatan serta  sharing pengalamannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun