Mohon tunggu...
Dessy Fatmawati
Dessy Fatmawati Mohon Tunggu... Tentor Kimia -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Keragaman dan Penyimpangan

16 Juli 2018   14:48 Diperbarui: 16 Juli 2018   14:55 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam kosakata perbedaan ada keragaman dan penyimpangan. Terlihat serupa padahal memiliki konotasi makna yang berlawanan. Yang satu berkonotasi positif sedangkan yang lain berkonotasi negatif. Yang satu bertujuan untuk merangkul yang lain untuk menegasikan. Jelas dan tidaknya sesuatu disebut beragam atau menyimpang bergantung pada standar yang digunakan.

Kaum pelangi keragaman atau penyimpangan? Pacaran keragaman atau penyimpangan? Perbedaan jumlah raka'at sholat tarawih keragaman atau penyimpangan? Islam Nusantara keragaman atau penyimpangan?

Tak jarang sebagian dari kita terlalu bingung sehingga menggambil sikap yang impulsif opportunistik. Insting manusia pertama pasti mengirimkan sinyal cari aman. Sikap cari aman yang termudah adalah mengikuti sebagian besar manusia atau mengikuti yang berkuasa. Padahal tidak selalu benar.

Kembali lagi, sebutan beragam atau menyimpang bergantung dari standar yang digunakan. Kapitalis memandang segala sesuatu dengan standar manfaat. Segala sesuatu berpusar pada kepentingan. Titik kritis dalam pandangan ini adalah sandaran kepentingan dan terbatasnya akal manusia. Keduanya merupakan kombinasi mematikan sebab tidak ada standar pasti. Bisa dikatakan bahwa kapitalis hampir-hampir tidak memiliki definisi baik dan buruk yang sesungguhnya. Istilah dalam bahasa jawa sak karepe dhewe.

Sehingga tidaklah mengherankan pada era 70-an, kaum pelangi dianggap penyimpangan. Tahun 2015 kaum pelangi masuk keragaman. Era 50-an yang pacaran sama dengan nakal(penyimpangan). Tahun 2015 pacaran sama dengan keren(keragaman). Perbedaan ini memiliki efek yang tidak kecil. Penyimpangan identik dengan eliminasi sedangkan keragaman identik dengan pembiaran. Ini juga berlaku juga pada kasus-kasus yang lain. Bisa dipastikan selama masih ada yang diuntungkan sesuatu yang sangat keji dan menjijikan sekalipun akan selalu dicari cara agar masuk dalam definisi keragaman.

Barat tidak memiliki standar pasti dan ini berakibat fatal. Cara pandang sangat tidak layak dijadikan acuan dalam berfikir terlebih bagi muslim. Jauh diatas standar barat yang serba relatif, Islam memiliki standard yang pasti dan komphehensif. Standar yang dimiliki Islam mampu menjawab tantangan ruang, waktu dan kompleksitas. Ini menjadikan keragaman dan pernyimpangan menjadi jelas. Baik (khair) adalah apa-apa yang diridhoi Allah. Buruk (syar) adalah apa-apa yang dimurkai Allah.

Perkara kaum pelangi Islam telah jelas menerangkan lewat kisah Nabi Luth AS. Perkara pacaran Islam telah menerangkan dalam ayat-ayat terkait zina. Pun dalam masalah munculnya istilah-istilah yang mencoba dikompromikan dengan Islam. Ketika masih dalam koridor yang dibolehkan syara' maka ia masuk ke keragaman. Ketika sudah keluar dari koridor syara' maka jelas masuk penyimpangan. Ketegasan inilah yang menjadikan Islam mampu memberikan aturan yang layak bagi seluruh alam. Maka cukuplah istilah Islam bagi muslim seluruh dunia tanpa disandingkan dengan istilah-istilah yang justru menyempitkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun