Mohon tunggu...
Decky Wamea
Decky Wamea Mohon Tunggu... -

Decky Wamea Lahir di Pulau Mutiara Doom-Kota Sorong, Papua Barat. Menghabiskan masa kecilnya di Pulau yang sama. Sempat belajar dan tinggal selama 8 tahun di Jayapura, selama 9 tahun di Jakarta. Saat ini menekuni kajian perubahan sosial yang berorientasi pada pengembangan masyarakat (Community Development).Bekerja pada Papua Institute (2006-Sekarang). Menjadi peneliti/konsultan lepas pada beberapa lembaga/perusahaan nasional/internasional di Jakarta dan menjadi tenaga pengajar pada beberapa kelompok belajar anak-anak dan sekolah tinggi di Papua.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Adolof Mariai VS Ukiran Orang Wondama Papua

23 April 2011   14:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:29 1885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“.....dari alam liar, upacara leluhur, kehidupan normal hingga alam supranatural yang tidak bisa ditembus dengan logika akal sehat, semua terpahat dalam setiap relief ukiran...yang memberi isyarat dan beban nilai dan tujuan tersendiri dari setiap guratannya yang masih tetap cekatan menggenggam pisau ukirnya..Adolof Mariai sebuah fenomena seni yang membawa kehidupan pada titik tertentu.”

Pecinta seni ukir yang pernah mengoleksi ukiran asal Papua mungkin sudah familiar dengan ukiran asmat yang terkenal hingga manca negara. Australia adalah satu dari sekian negara diera 90-an pernah mempopulerkan ukiran samat ke dunia internasional. Meski dalam sejarah di Papua tercatat, kolektor besar  Don Richardson seorang missionaries terkenal asal Amerika yang menjelajahi  wilayah selatan Papua, khusunya Asmat dan Michael Clark Rockefeller, putra Nelson Rockefeller gubernur negara bagian New York-AS, yang hilang di pedalaman Papua, pernah mengoleksi ukiran dari wilayah selatan Papua tersebut. Dan koleksi ukiran mereka masih terawat  rapi menghiasi koleksi beberapa museum besar baik di Papua maupun di Amerika. Dalam hal ini ukiran asmat hampir pasti menjadi fenomena tersendiri yang mewakili dunia ukiran orang Papua. Walau masih banyak harta Papua yang belum tergali dari dunia model ini. Hampir pasti tidak banyak orang yang familiar dengan ukiran masyarakat dari Teluk Wondama-Papua Barat, sehingga perjalanan beberapa waktu lalu ke salah satu wilayah di Papua Barat ini bisa menambah pengalaman siapa saja tentang dunia ukiran di Papua.

Desember 2009, lebih dari satu tahun, sebelum banjir bandang mengahatam Wasior awal Oktober 2010, saya berkesempatan berjumpa Adolof Mariai-sang seniman ukir yang masih tekun mengawal warisan leluhurnya hingga saat ini, lewat guratan tangannya yang mengandung nilai supranatural yang kental. Hampir tiga hari saya dan beberapa teman mengahabiskan waktu di Wasior dan kami mendapat banyak pengalaman. Selain perupa kayu yang hebat, Kakek lanjut usia dengan semangat yang tinggi ini adalah penutur yang baik, meski ada  dari sejumlah istilah dan lafal dalam bahasa melayu yang terlupakan, dan sesekali berucap dalam bahasa daerah wondama.

Setalah beberapa waktu bercerita saya terinspirasi merekam kisah Adolof kedalam bait-bait kata yang lebih ilmiah, tertata dan berharap bisa mengungkapkan informasi Adolof menjadi sesuatu yang pantas dan layak untuk disimak.

Bagian tulisan dibawah ini merupakan kutipan dari tulisan di dalam sebuah buku dengan judul ‘Ukiran Orang Wondama Dalam Guratan Tangan Adolof Mariai’ yang saya kerjakan untuk didedikasihkan kepada beliau. Dan secara pribadi rasa berharap bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja untuk ikut memelihara asset budaya yang berharga. Disertai dengan sejumlah dokumentasi foto (lihat galeri foto dibawah ini) kira-kira informasi dari Adolof yang bisa saya tulis seperti ini.

Ukiran Sebagai Media Komunikasi

Secara umum setiap hasil karya yang pernah, bahkan yang sedang diciptakan dan dikerjakan oleh manusia lahir dari sebuah pengalaman panjang. Hal ini dilakukan untuk memenuhi maksud dan tujuan tertentu. Sama halnya secara khusus dalam seni ukir sebagai hasil karya. Diciptkan untuk memenuhi maksud dan tujuan tertentu pula. Ukiran dalam konteks seni yang esensial berakar dari emosi jiwa manusia secara individual maupun kelompok dan lahir dari naluri alami, karya cipta dan kemudian ditransfer kedalam bentuk fisiologik dengan narasi tersendiri. Visualisasi kedalam bentuk-bentuk motif adalah kareakter yang sengaja diberi makna dan  dan mewakili hidup objeknya. Hasil transformasi ini kemudian dipelihara oleh generasi pendahulu dan  kemudian diwariskan kepada generasi berikut sebagai bentuk komunikasi antar generasi.

Ukiran telah mewakili setiap artikulasi dari benda-benda yang ada, termasuk alat-alat penunjang hidup manusia bahkan alam supranatural yang tidak mampu di adaptasi akal dan logika manusia dapat ditembus secara fisiologis dengan karakter tersendiri. Sehingga semua yang gambarkan akan secara tepat dan tetap akan  mewakili kehidupan pemiliknya dengan deskripsi narasi secara lisan dan diterima sebagi warisan bersama bahkan menjadi pusaka yang mampu mewakili dan menjelaskan keberadaan suatu suku bangsa atau generasi tertntu. Dalam pengertian umum lain setiap karya seni budaya yang dihasilkan ras manusia sebagai palaku seni budaya memerlukan orang perorang, lembaga-institusi atau media tertentu untuk dapat mendukung hasil budaya tersebut agar tetap eksis atau bertahan dalam setiap perubahan. Perubahan yang terjadi secara global dan cepat  bisa saja membawa dapak positif maupun negatif terhadap bertahan atau tidaknya suatu hasil karya seni budaya.  Sehingga para pendukungnya  sendirilah yang harus berpikir secara ekstra untuk menjaga dan melestarikan apa yang telah mereka hasilkan di masa sebelumnya agar tetap ada dan berguna bagi generasi berikutnya. Karena secara fisiologis karya-karya seni budaya besar maupun pelaku pelaku seni budaya telah ikut membangun kebanggan dan martabat satu suku bangsa maupun sebuah Negara. Dan seni budaya telah menjadi ukuran sekaligus indikator majunya manusia di suatu komunitas dunia. Dengan demilkian semua yang telah dihasilkan, terutama hasil karya seni budaya perlu secara cermat mendapat perhatian sehingga dengan berjalannya waktu yang membawa perubahan tidak secara langsung dapat menguburkan apa yang telah dihasil generasi sebelumnya untuk dijadikan warisan bagi generasi yang akan datang. Demikian apa yang telah dihasilkan oleh ras manusia dari bergai suku di tanah Papua, perlu mendapat perhatian serius, sehingga akan tetap hidup dari generasi ke generasi dan menjadi warisan pusaka orang Papua.

Karakter Ukiran Orang Wondama.

Ukiran orang Wondama memiliki karakteristik tersendiri dari ukiran Papua lainnya. Disajikan secara halus, mewakili kedamaian dan memenuhi unsur feminis sebagai penghoramatan terhadap kelembutan, digurat dari pokok kayu pilihan sehingga mewakili kekuatan tertentu dan memenuhi unsur maskulin sebagai pengormatan terhadap keperkasaan.  Jika suku Asmat di selatan pulau Papua dalam karya ukirnya lebih menunjukan unsur magis dalam ritus ritus keagamaan dan totem, ukiran orang Wondama lebih menonjolkan unsur kehidupan dalam konteks manusia sejati, manusia dengan manusia, manusia dengan makluk hidup lainnya, manusia dengan alam bahkan secara supranatural menonjolkan keesaan sang pencipta alam semesta dalam setiap bentuk dan karakter ukiran  tertentu. Ukiran Orang Wondama lahir dari sebuah tradisi budaya foklor lisan (sejarah dan budaya lisan yang dibuat dalam berbagai artefak termasuk ukiran mereka) yang panjang dari pengalaman para leluhur orang Wondama yang menjalani hidup di ratusan tahun silam, dimana mereka menemukan konsep lain tentang dunia  dalam peta kepercayaan (agama suku) mereka dimana hal itu dalam konteks akal sehat leluhur orang Wondama dapat diingat sebagai simbol, tanda dan peringatan akan suatu kejadian kehidupan, binatang, tumbuhan dan manusia. Dimana hal-hal yang terjadi bersentuhan langsung dengan kehidupan mereka.  Sehingga dapat dipastikan bahwa setiap guratan dalam hasil karya ukir orang Wondama akan mewakili setiap segi kehidupan mereka.

Kelemahan Tradisi lisan

Tradisi lisan yang dianut sejumlah suku di Papua memiliki pengaruh tersendiri dalam pelestarian nilai-nilai seni budaya. Tradisi lisan berkemabang pada masyarakat prasejerah maupun hingga masa sejarah. Masyarakat dengan tradisi lisan yang kental adalah satu masyarakat dengan tingkat kepekaan yang sangat tinggi. Dimana semua tatanan hidup tidak ditulis untuk dijalankan, tetapi hanya melalui penyampaian ferbal dan kemampuan menginat dan menyimpan setiap detail dari apa yang menjadi aturan dan pegangan hidup mereka.  Metode lisan dengan cara kerja yang hanya  memaksimal daya ingat memungkin setiap generasi yang hidup di dalam tradisi tersebut ikut pula mewariskan setiap hasil budaya mereka kepada generasai baru dengan cara yang sama. Atau dengan bahasa sederhana disebut warisan turun temurun, dimana semua ditransfer dengan cara lisan.  Dalam sistem kerjanya tradisi lisan tidak terlepas dari sejumlah kelemahan besar. Diantarnya sedikit banyak tradisi lisan telah ikut menguburkan maha karya para leluhur yang belum sempat ditransfer dari satu generasi pendahulu ke satu generasi baru.  Konkritnya jika seorang penutur telah mangkat secara mendadak dan belum sempat mewariskan tradisi maupun  informasi kepada generasi berikut maka dengan sendiri generasai baru akan sedikit mengalami kesulitan bahkan mungkin tidak mendapat warisan apapun. Hal ini juga terjadi dalam kehidupan orang Wondama seperti yang diungkapkan Adolf Mariai, satu dari seniman ukiran yang memiliki bakat sangat luar bisaa dan hingga saat ini masih produktif berkarya. Adolof menuturkan bahwa  almarhum ayahnya pada tahun 1915 telah menjadi seniman besar dikampungnya, di Waropen Ambumi, wilayah selatan Teluk Wondama. Sambil menujukan salah satu karya almarhum ayahnya, Adolof menjelaskan bahwa cerita tentang lahirnya ukiran wondama tidak dapat dipastikan karena semua orang tua telah wafat sebelum mereka menceritakan semua ini, dan Adolof sendiri hanya bisa belajar dari apa yang dikerjakan sang Ayah. Orang Wondama yang sarat dengan tradisi lisan dapat memungkinkan sejumlah hasil karya mereka menjadi tak terwariskan kepada generasi baru. Untuk perlu adanya proses mediasi yang memungkinkan hasil karya seni ukir ini akan tetap hidup dalam budya orang Wondama dari generasi ke generasi.

Mengapa orang Wondama Membuat Ukiran?

Secara umum telah disinggung diatas bahwa orang Wondama membuat ukiran tidak lain karena  maksud dan tujuan tertentu. Dalam kehidupan orang Wondama telah digariskan bahwa ukiran adalah ungkapan sebuah nilai yang membawa makna tertentu dan perlu dipertahankan dari generasi ke generasi. Ukiran orang Wondama mewakili hidup mereka sendiri. Dari dunia nyata hingga dunia supranatural yang tidak bisa dijangkau dengan akal sehat manusia.

Contoh yang bisa dilihat adalah ukiran hantu laut yang mewakili dunia supranatural laut. Dalam Ukiran ini Hantu laut dilukiskan naik ke permukaan air laut untuk menunjukan wujudnya dalam cahaya yang memancar hingga laut disekitar menjadi terang benderang, seakan memperlihatkan kemegahan penghuni sang laut. Dalam konsep ini mungkin agak sulit untuk dipahami secara sederhana, karena  konsep ini kemudian menjadi penjelasan alam dunia laut yang hanya bisa di tembus dengan daya khayal yang super tinggi.  Hantu laut dalam ukiran yang ditutrkan oleh Adolof adalah penguasa laut yang tidak bisa disentuh oleh manusia karena kesuciannya disaat akan mencapai permukaan laut dan benar-benar berada diatas permukaan laut.

Dalam dalam penjelasan yang sama, hingga masa para misionaris atau zending menyentuh wilayah ini di tahun 1920 konsep cahaya hantu laut itu kemudian dipersepsikan kedalam kisah Kristus Yesus yang memiliki kekuatan dashyat dan mampu berjalan diatas permukaan laut dan cahayanya terpancar ke mana-mana, sehingga generasi sesuadah ayah dari Adolof Mariai meyakini bahwa kisah didalam ukiran tersebut adalah konsep supranatural yang menyajikan cerita Kristus Yesus.

Hal ini membuktikan daya kreasi dan kemampuan berimajinasi orang Wondama dalam kondisi saat itu yang begitu jauh dari moderninsasi layak mendapat apresiasi yang bisa memposisikan dan membawa orang Wondama ke dalam bentuk budaya yang wajib mendapat perlindungan dan dilestarikan demi generasi berikutnya.

Wondama Hari ini?

Wondama kini, terutama Wasior tempat tinggal Adolof Mariai, dalam satu tahun terakhir ini mulai membenahi diri dari bencana banjir bandang tahun 2010 lalu.  Berharap masih bisa bertemu sang gurator untuk bercerita lebih banyak tentang ukiran Orang Wondama. Agar bisa dilestarikan untuk generasi Papua selanjutnya dan Indonesia pada umumnya. Salam hormat selalu untuk seniman besar milik Teluk Wondama, yang masih dikubur oleh pemerintahnya sendiri.

Salam Damai dari Papua

Decky Wamea,

Untuk Sasako Wondama Tim. Theo W, Teman Willy, Stiker, Mesak, Appolo, Mariai mudah, Marani muda, Kiki dan semua Tim Sasako Wondama.

Galeri Foto Adolof Mariai:

Adolof Mariai yang tenang dengan gaya rambutnya yang khas.

13035653631218113857
13035653631218113857

Ukiran Hantu Laut yang naik ke permukaan dan cahayanya terpancar.

1303567553397796665
1303567553397796665

Ukiran Janin-menceritakan proses pembuahan manusia di dalam rahim, manusia Wondama.

1303567952673826606
1303567952673826606

Pisau Ukir milik ayah dari Adolof Mariai yang dibuat pada tahun 1912. Terbuat dari besi dan pegangannya (hulu) terbuat dari tulang ikan Duyung Putih. Masih digunakan oleh Adolof untuk mengukir hingga hari ini.

Beberapa koleksi dari ukiran burung Cenderawasi, Ikan terbang hingga Penyu (kura-kura)

1303568172852828551
1303568172852828551

Koleksi Perisai yang terbuat dari tiga jenis kayu. Dari atas, 1. Kayu Besi Pantai ukiran Kelelawar, 2. kayu linggua sepasang kekasih. 3. Kayu Putih ukiran Gurita atau octopus.

1303568525805690350
1303568525805690350

wadah Tempat menyimpan makanan, terbuat dari kayu pilihan yang dapat mengawetkan makanan.

1303568664571271998
1303568664571271998

Ukiran pelampung penangkap ikan, dipakai untuk menahan ikan setelah tangkap, di tandai diatas laut.

13035687911753514735
13035687911753514735

Beberapa koleksi haluan perahu atau kapal yang berusia lebih dari 100 tahun. Sesuai informasi dibuat oleh kakek dari Adolof Mariai. Haluan perahu dibuat untuk menentukan status sosial pemilik perahu atau kapal tersebut.

13035693261258973454
13035693261258973454

Saya dan Adolof Mariai yang fenomenal

Saya, Adolof dan dua koleksi Favoritnya-Wadah Penyimpan Makanan dan Perisai/tameng perang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun