Mohon tunggu...
Decky Wamea
Decky Wamea Mohon Tunggu... -

Decky Wamea Lahir di Pulau Mutiara Doom-Kota Sorong, Papua Barat. Menghabiskan masa kecilnya di Pulau yang sama. Sempat belajar dan tinggal selama 8 tahun di Jayapura, selama 9 tahun di Jakarta. Saat ini menekuni kajian perubahan sosial yang berorientasi pada pengembangan masyarakat (Community Development).Bekerja pada Papua Institute (2006-Sekarang). Menjadi peneliti/konsultan lepas pada beberapa lembaga/perusahaan nasional/internasional di Jakarta dan menjadi tenaga pengajar pada beberapa kelompok belajar anak-anak dan sekolah tinggi di Papua.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

'Melewati Waktu' Sesuatu untuk Dikenang

15 April 2011   15:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:46 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melewati Waktu

Kala senja datang, aku terperangkap dalam

Kebekuan jiwaku sendiri...

Aku mencoba pergi dari lamunanku dalam

Senja itu, namun yang kutemukan hanya bayangan

tegas dari mimpiku yang terus merajut anganku..

Aku berharap waktu mau bercerita tentang rindu

Namun yang kutemukan hanya catatan-catatan kelam

Dengan garis kaku yang hampir putus...

Apakah harapan itu ada? Aku bertanya pada garis senja...

Dalam hitungan jari kananku senja itu menghilang

Dibalik redupnya cakrawala....

Aku ingin sekali menahannya dalam genggamanku

Agar senja itu tetap ada, ada disini, didekatku...

namun yang aku dapati hanya senyum dan tawa sinisnya yang pudar

Apakah aku sanggup lewati malam-malam panjang ini

Dalam kesendirian? Aku bertanya pada sang malam

Yang menyapaku dengan sayap hitamnya...

Hinggaaku tersadar dari lamunanku yang kaku...

Aku ingin jujur pada senja tentang harapanku

Namun tidak sempat aku berjumpa dengannya

Diujung malam itu......

Aku ingin dia tahu, kalau di garis bayang-bayang senja yang bergerak perlahan aku merasakan rindu yang bergetar

dengan seribu rindu yang tertahan, bahkan bertambah.

Aku merindukanmu.........

LNG Tangguh, Papua, 27 Maret 2008

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun