".. Apapun Gagasan dan Pendapat dari Para Tokoh, Pengamat, Politisi maupun Media, sedemikian hebatnya, hingga sulit dimengerti.., Sungguh! Negeri Ini Hanya diperintah Sekelompok Kecil Orang.."
Mengikuti perkembangan sepakbola Nasional bukan hanya menarik dan unik saja, melainkan banyak sekali misteri dan konspirasi didalamnya, dan itu bisa kita katakan sebagai 'Tiki-Taka' sepakbola Nasional. Berbeda halnya dengan Klub Barcelona yang menggunakan 'Tiki-Taka' sepakbola ini didalam lapangan dengan mengedepankan tingkat Profesional disiplin, kekompakan dan sportifitas yang tinggi sehingga akhirnya mereka pun menjadi jawara Eropa, 'Tiki-Taka  Sepakbola nasional kita tidak dilakukan didalam lapangan, melainkan didalam ruangan, dan uniknya disini adalah Media, Pengamat dan Para Politisi yang menjadi pemain intinya bukan pemain sepakbola. Tiki-Taka sepakbola Nasional yang diawali dari Rezim NH yang memimpin PSSI dari balik jeruji besi dan Memanipulasi Statuta FIFA secara berjamaah, hingga puncaknya ketika KN (Produknya FIFA yang sudah Expired ini) gagal menyelenggarakan Kongres PSSI lalu karena adanya silang pendapat dengan pemilik suara(Dalam suatu kongres, tidak ada yang namanya KN dan K-78, yang ada hanyalah, Pimpinan dan Peserta Kongres.--- Simpelnya ; Jika Pimpinannya tidak bisa menjadi memimpin, ganti saja dengan yang bisa memimpin.., dan jika Peserta tidak bisa menjadi peserta, Ganti saja dengan yang bisa menjadi peserta.--- Pertanyaannya adalah, Mengganti 1 orang atau mengganti 103 orangkah, agar kongres PSSI ini bisa berjalan ?? Gitu aja ko repot, kata Pa Gus---) Terlepas dari apa, siapa dan bagaimana permasalah 'Tiki-Taka' sepakbola Nasional tersebut, saat ini sepakbola kita membutuhkan suatu Solusi dan perbaikan, yang mendasar dan terarah yang bisa memberikan harapan dan kepastian positif untuk sepakbola Nasional, dan salah satu solusi yang bisa dilakukan untuk menggelar kongres lanjutan adalah, kembali kepada aturan-aturan dasar, yakni Statuta FIFA ( yang sudah menjadi hukum Internasional dalam sepakbola ) dan Statuta PSSI ( yang menjadi pedoman dasar dalam lingkup Nasional ) serta mengembalikan kedaulatan kongres kepada Pemilik Suara dan pemerintah bertindak sebagai Fasilisator/Mediator didalamnya. Pernyataan Presiden FIFA mengenai kongres ; Blatter: " Only the congress itself, that's three-quarter of voters, who can change the agenda of congress. " ( Hanya kongres itu sendiri, Itu tiga perempat pemilih, yang dapat mengubah agenda kongres. ) Bukan berpedoman kepada Argumentasi seseorang ( yang kredibilitasnya ) dan selembar kertas ( yang validitasnya ) masih dipertanyakan. Bagaimana pun juga setiap warga negara Indonesia, selama tidak melanggar aturan yang berlaku ( Statuta FIFA dan PSSI dalam hal ini ) dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, mempunyai hak yang sama di mata hukum dan sesuai dengan pedoman kita yang semakin dilupakan, yakni Pancasila dan UUD Dasar RI. Akhir kata, "... Dari Jamannya Kuda Gigit Besi, sampai Jamannya kuda Gigit Roti, Itu..Itu.. saja yang jadi permasalahannya dan kalau seperti ini terus, mungkin sampai Lebaran Kuda juga, sepakbola Nasional kita Tidak akan Maju!..." Salam Perubahan!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H