Mohon tunggu...
Deby Satara
Deby Satara Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar sekolah

saya mendeskripsikan diri saya sebagai orang yang sangat pemalu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Batu Menangis

11 Januari 2024   15:12 Diperbarui: 11 Januari 2024   15:19 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Batu Menangis.

Pada suatu ketika, di sebuah desa kecil di Pulau Kalimantan, hiduplah seorang ibu dan anak perempuannya. Putrinya populer di kalangan penduduk desa karena wajahnya yang cantik, namun perilakunya buruk. Dia selalu menghabiskan waktunya di depan cermin sambil mengagumi wajah cantiknya. Dia tidak pernah membantu ibunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Putrinya selalu membuat ibunya sedih. Meski begitu, sang ibu tetap sangat menyayanginya.

Suatu hari, gadis itu meminta ibunya untuk membelikannya gaun baru. Sang ibu menolaknya karena dia tidak punya uang. Karena sang ibu sangat menyayangi putrinya, akhirnya dia membelikannya gaun baru.

Keduanya pergi ke pasar. Namun sang putri meminta ibunya berjalan di belakang karena malu jika dilihat orang-orang bersama. Sekali lagi, karena cintanya, sang ibu menuruti permintaan putrinya.

Sepanjang perjalanan pulang, sang putri masih berjalan di depan ibunya. Orang-orang yang lewat bertanya tentang wanita di belakangnya. Putrinya menjawab bahwa dia bukanlah ibunya, melainkan pembantunya. Sang ibu tetap diam. Namun di lubuk hatinya yang terdalam, dia berdoa kepada Tuhan agar menghukum putrinya.

Tiba-tiba kaki putrinya berubah menjadi batu. Putrinya sadar bahwa itu karena dia telah menyakiti perasaan ibunya. Dia memohon pada ibunya untuk memaafkan tetapi sudah terlambat.

Perlahan, tubuhnya pun berubah menjadi batu. Meski putrinya telah menjadi batu, namun air matanya masih terlihat, itulah sebabnya batu itu dinamakan Batu Menangis.

Pesan moral dari cerita ini: Jangan pernah menyakiti perasaan orang tuamu, karena karma akan menjemputmu dengan cepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun