Pengertian akidah dalam konteks islam merujuk pada pokok-poko ajaran atau keyakinan dasar yang harus diyakini oleh setiap muslim. Akidah secara etimologi ialah bersal dari  bahasa arab, yaitu al-'aqdu yang berarti "ikatan". Kata akidah juga berupa kata masdar dari kata `aqda-ya`qidu-a`qidatan yang berarti simpul, ikatan, dan perjanjian yang kokoh dan kuat. Setelah terbentuk menjadi aqidatan (akidah) berarti kepercayaan atau keyakinan. Kaitan aqdan dengan `aqidatan adalah bahwa keyakinan itu tersimpul dan terikat dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Secara terminologi akidah adalah sebuah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh manusia yang secara ikhlas menerima perjanjian sui dengan Allah secara akal, keyakinan hati, wahyu (yang didengar) dan fitrah.
Akidah sendiri diilustrasikan sebagai tali. Dalam surat Al-Baqarah ayat : 256 "Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui".Tali yang diilustrasikan pun mengikat pikiran, perasaan dan ruhani. Ada pula tiga jenis ikatan yaitu ikatan yang kuat, ikatan yang longgar dan ikatan yang terputus.
- Iktan yang kuat berarti kesatuan dan keyakinan dan komitmen yang teguh terhadap ajaran agama islam, terutama yang terkait dengan tauhid (keesaan Allah), risalah (kenabiian), dan akhirat. Ikatan yang kuat dalam akidah juga berarti menjaga kosistensi dalam beriman, tidak terpengaruh oleh ajaran ajaran yang menyimpang. Senantiasa memelihara tauhid dalam setiap aspek kehidupan.
- Ikatan yang longgar adalah keadaan dimana seseorang atau kelompok kurang teguh atau kurang kosistensi dalam memegang prinsip akidah islam yang benar, terjadi karna biasanya kurangnya pemahaman tentang ajaran agama islam, terpengaruh oleh pandangan atau aliran yang menyimpang, atau kecenderungan untuk mengabaikan ajaran ajaran dasar islam. Ikatan yang longgar ini cenderung merubah sifat seseorang , yang mana orang itu memiliki sifat hedonisme, skuler, skeptis, matrealis, dan atheis.
- Ikatan yang putus ialah kondisi dimana seseorang atau kelompok sudah kehilangan atau meninggalkan akidah islam yang benar, sehingga keimanannya terputus atau tidak sesuai lagi dengan ajaran islam. Ikatan yang putus menunjukan bahwa seseorang itu tidak lagi memiliki hubungan yang sah dalam islam, baik karna murtad (keluar dari agama islam) dan syirik (mempersekutukan Allah).
Berbagai amal dan perbuatan akan memiliki nilai ibadah dan terkontrol dari berbagai penyimpangan jika diimbangi dengan keyakinan aqidah yang kuat. Oleh sebab itu keduannya tidak dapat dipisahkan seperti halnya atara jiwa dan raga.
- Akhlak tanpa akidah bagaikan layang-layang, menggambarkan bahwa akhlak yang baik tanpa akidah yang benar ibarat layang-layang yang terbang tanpa kendali. Layang-layang bisa terbang tinggi dan indah, tetapi jika tidak ada tali yang mengikatnya layang-layang itu pun akan terbang tak terarah yang nantinya akan jatuh. Memiliki akhlak yang baik tentu penting tapi tidak boleh lupa harus selalu berpijak pada akidah yang benar agar bisa tetap terarah dan memiliki tujuan yang jelas. Tanpa akidah yang benar akhlak seseorang bisa berubah-ubah.
- Akidah tanpa akhlak bagaikan pohon yang tidak subur, menggambarkan bahwa akidah atau keyakinan agama yang benar tanpa disertai dengan akhlak yang baik adalah seperti pohon yang tidak tumbuh dengan baik atau tidak menghasilkan buah. Pohon yang tidak subur mungkin memiliki akar yang kuat, tetapi ia tidak dapat memberikan manfat karna tidak tumbuh dengan baik. Akidah adalah keyakinan atau dasar agama yang benar, yang memberi arah dan tujuan hidup seseorang. Namaun, jika akidah tersebut tidak tercermin pada akhalak dalam akhlak,maka meskipun memiliki pemahaman yang benar tentang agama ,keyakinan itu tidak akan meberi dampak nyata bagi kehidupan. Tanpa akhlak, akidah hanya akan menjadu teori pemahaman yang tidak mengarah pada kehidupan dan perilaku positif.
- Akhlak yang diimbangi dengan akidah bagai ikan yang hidup di laut yang asin, tetapi jika dimasak rasanya tetap enak menggambarkan hubungan yang seimbang antara akhlak yang baik dan akidah yang benar dalam kehidupan seorang Muslim. Ikan yang hidup di laut asin meskipun berada di lingkungan yang keras atau sulit, tetap bisa menjadi makanan yang lezat ketika dimasak dengan baik. Begitu pula, seseorang yang memiliki akidah yang benar dan diimbangi dengan akhlak yang baik, meskipun menghadapi tantangan dan godaan dalam hidup, akan tetap mampu menjalani kehidupan yang penuh berkah dan menghasilkan kebaikan. Ikan yang hidup di laut asin, meskipun terkena air yang asin dan mungkin terasa sulit untuk bertahan, menunjukkan bahwa kehidupan di dunia ini penuh ujian, cobaan, dan kadang penuh dengan "kesulitan" yang mungkin disimbolkan oleh "laut asin". Namun, jika ikan itu dimasak dengan cara yang benar, ia tetap enak dan memberi manfaat. Begitu pula seseorang yang memiliki akidah yang benar (keyakinan yang kokoh tentang Tuhan dan ajaran agama), serta akhlak yang baik (perilaku yang sesuai dengan ajaran agama), meskipun dunia ini penuh dengan godaan dan ujian, mereka tetap dapat menghadapi hidup dengan bijaksana dan menghasilkan kehidupan yang bermanfaat.
Dengan demikian kita perlu melakukan proses internalisasi nilai-nilai akhlak melalui penguatan akidah. Adapaun internalisasi sendiri dapat diartikan sebagai usaha menggabungkan antara teori dan praktik kr dalam kepribadian atau nilai yang diwujudkan dalam sikap atau perbuatan.
Internalisasi nilai-nilai akhlak melalui penguatan akidah merupakan suatu proses untuk menanamkan nilai-nilai moral dan etika dalam diri seseorang berdasarkan prinsip-prinsip agama, khususnya Islam, dengan menguatkan keyakinan terhadap ajaran-ajaran pokok akidah. Proses ini melibatkan beberapa langkah penting yang saling terkait, yaitu:
- Pemahaman terhadap akidah islam Proses pertama adalah pemahaman yang kuat terhadap dasar-dasar akidah Islam, seperti tauhid (mengesakan Tuhan), risalah (kenabian), dan hari akhir. Pemahaman ini akan memberikan landasan spiritual yang kokoh dalam membentuk perilaku yang baik.
- Pengenalan nilai-nilai akhlak Setelah pemahaman akidah, langkah selanjutnya adalah mengenalkan nilai-nilai akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti kejujuran, kesabaran, kasih sayang, tanggung jawab, dan amanah. Nilai-nilai ini penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Penerapan akidah dalm kehidupan Penguatan akidah harus diinternalisasikan dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam beribadah, berinteraksi dengan sesama, maupun dalam berperilaku sehari-hari. Keyakinan akan adanya pertanggungjawaban di hadapan Allah akan mendorong seseorang untuk berbuat baik.
- Pembiasaan dan teladan Internalisasi akhlak memerlukan pembiasaan yang terus-menerus. Pembiasaan ini bisa dilakukan melalui rutinitas ibadah, seperti shalat, yang mengingatkan kita akan nilai-nilai akhlak. Selain itu, teladan dari Nabi Muhammad SAW sebagai sosok yang memiliki akhlak mulia menjadi sumber inspirasi yang sangat kuat.
- Refleksi dan evaluasi diri Proses penguatan akidah juga melibatkan refleksi diri secara berkala untuk mengevaluasi sejauh mana kita telah menerapkan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Ini juga termasuk mengoreksi kesalahan dan berusaha untuk memperbaikinya dengan niat yang tulus.
Melalui tahapan-tahapan ini, penguatan akidah akan membantu dalam internalisasi nilai-nilai akhlak, sehingga seseorang dapat menjalani hidup sesuai dengan tuntunan agama dan mencapai kesejahteraan dunia serta akhirat.
Kesimpulannya , akidah dan akhlak merupakan dua hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan seorang muslim. Akidah adalah keyakinan dasar yang kokoh terhadap  ajaran agama islam, yang menjadi landasan bagi setiap tindakan dan prilaku. Sementara akhlak adalah perwujudan dari nilai-nilai moral yang baik yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa akidah yang benar, akhlak bisa terombang ambing,dan tanpa akhlak yang baik, akidah menjadi tidak berdampak nyata dalam kehidupan.
Proses penguatan akidah dan internalisasi nilai-nilaiakhlak adalah suatu upaya yang terus-menerus dilakukan melalui pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama islam, pengenalan dan penerapan nilai-nilai akhlak, serta pembiasaan diri untuk menjadikan akhlak sebagai bagian dari perilaku sehari hari. Dengan demikian seseorang yang memiliki akidah yang kuat dan akhlak yang baik akan dapat menghadapi kehidupan dengan penuh berkah, menghasilkan kebaikan, dan mencapai kesejahteraan di dunia serta akhirat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H