Dalam gelap malam yang abadi,
Ia adalah bintang kecil, bersinar tanpa henti.
Tak pernah ia melihat langit biru,
Namun hatinya pelangi, penuh warna rindu.
Tak tahu ia warna daun di pepohonan,
Namun angin berbisik, membawa kedamaian.
Setiap bunyi adalah simfoni alam,
Mengiringi langkahnya, seperti alunan salam.
Tak melihat ia bunga yang mekar indah,
Namun harum semerbak, bagai ciuman surga.
Dunia baginya bukanlah yang terlihat,
Namun dirasakan, dengan hati yang lekat.
Ia berbeda, dari anak-anak yang lain,
Matanya tertutup, tapi jiwanya melambung tinggi.
Matanya mungkin tak melihat terang,
Namun jiwanya lentera, sinarnya tak hilang.
Dalam kegelapan, ia menemukan cahaya,
Mengajarkan kita, cinta yang nyata.
Tanpa warna, ia melukis hidup dengan rasa,
Sentuhannya lembut, bagai sutra.
Walau buta, semangatnya seperti api,
Membara, menghangatkan, penuh energi.
Cita-cita terlukis dalam mimpi,
Tak ada yang bisa menghalangi.
Ia berjuang, seperti anak lainnya,
Menggapai bintang, meraih cita-citanya.
Dalam kebutaan, ia ajarkan kita,
Melihat dunia, dengan mata hati yang peka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H