Ditulis oleh Deborah Ecclesia Shacharit Sinaga, Alya Rachma Diva, Rachel Graceya Epipania Junissi Pasaribu, Ryani Abigail Silalahi, Rashifa Nindya Putri, dan Siti Sarah Humairah.Â
Relevansi APEC di Asia Pasifik
APEC, atau Asia-Pacific Economic Cooperation merupakan sebuah komunitas perekonomian yang mengikat sebanyak 21 negara dalam lingkar Asia-Pasifik. Pembentukan APEC pada tahun 1989 didasari oleh kesadaran kolektif untuk terbentuknya sebuah bentuk kolaborasi dan kerjasama di antara negara-negara dalam level intraregional yang dapat berperan sebagai sebuah agen penggerak yang memacu integrasi ekonomi dan koperasi yang membangun di antara para negara anggotanya. Seiring dengan berkembangnya zaman, tentu saja agenda dan fungsi dari APEC perlu dikaji agar kita dapat memahami relevansinya dengan objektif-objektif perekonomian regional dan global kontemporer.
Fungsi utama dari APEC dapat dibagi menjadi tiga agenda-- promosi integrasi ekonomi, fasilitasi liberalisasi perdagangan, dan katalisasi kooperasi ekonomi. Dalam agenda promosi integrasi ekonomi, APEC berhasil menjadi sebuah bagan yang menginstrumentalisasikan advokasi dari unifikasi ekonomi negara-negara anggotanya. Melalui inisiatif-inisiatif nyata seperti Bogor Goals dan Free Trade Area of Asia-Pacific (FTAAP), APEC berupaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan serta memfasilitasi akses terhadap pasar bebas guna mempromosikan integrasi ekonomi. Melalui pembangunan lingkungan perekonomian yang mendukung untuk pengadaan investasi dan perdagangan, APEC berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi intraregional.
Dalam agenda fasilitasi liberalisasi perdagangan, APEC berperan melalui komitmennya untuk mencapai area bebas dagang yang diupayakan melalui berbagai regulasi dan persetujuan, dimana promosi integrasi ekonomi juga menjadi salah satu bagiannya. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan tugas APEC yang memfasilitasi katalisasi kooperasi ekonomi, dimana APEC kerap kali mengadakan pertemuan regular dan dialog antar anggota APEC guna membahas isu-isu ekonomi skala intraregional dan regional, seperti pengembangan infrastruktur, ekonomi digital, dan pertumbuhan berkelanjutan.
Dapat dilihat juga, bahwa kehadiran APEC mendorong pertumbuhan yang positif dalam skena ekonomi Asia Pasifik. Sehingga, relevansi APEC tidak hanya dilihat melalui apa yang telah APEC hasilkan dalam masa berdirinya kerjasama intraregional tersebut, namun bagaimana APEC berproses untuk menyelesaikan dan menginovasikan isu-isu ekonomi guna mendorong kesejahteraan kolektif. Melalui agenda-agenda yang telah diterapkan sebagai fokus utama APEC, dapat dilihat bahwa APEC masih sangat relevan dengan kondisi perekonomian kontemporer. Namun, bagaimanakah relevansi APEC berdinamika dengan tantangan-tantangan yang muncul dari berbagai aspek kemasyarakatan?
Tantangan Sosial dan Budaya
Salah satu tantangan yang dialami APEC di dalam kawasan Asia Pasifik adalah tantangan sosial dan budaya. Adanya target dan dorongan untuk mengintegrasikan ekonomi regional dalam kurun waktu yang terbatas menjadi tantangan tersendiri bagi APEC karena kawasan Asia Pasifik sangat krusial dalam peta ekonomi global. Masalah tingkat pengangguran yang tinggi, ketidaksetaraan gender, ketidakstabilan sosial, dan rendahnya pendidikan masyarakat di beberapa negara menghambat upaya yang dilakukan APEC dalam membangun kawasan. Meskipun beberapa negara anggota APEC di kawasan Asia Pasifik sudah mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan, kemiskinan dan kesenjangan sosial masih menjadi masalah krusial bagi beberapa negara. Ketimpangan pembangunan antara negara-negara anggota APEC di dalam kawasan Asia Pasifik seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang dan Vietnam, Filipina, Indonesia mempengaruhi akses tiap negara dalam meraih sumber daya dan peluang untuk berkembang sehingga muncullah ketidaksetaraan dalam kawasan. Oleh karena itu, APEC dituntut untuk mencari solusi yang inklusif bagi pembangunan sosial yang dapat diterapkan bagi seluruh negara anggota.
Perbedaan kepercayaan, adat istiadat, budaya, dan bahasa juga menjadi tantangan tersendiri bagi kerjasama yang dijalin oleh negara anggota APEC. Hal ini berpengaruh pada proses komunikasi dan negosiasi antara negara sehingga membutuhkan pendekatan yang berbeda dalam memecahkan masalah yang dihadapi untuk mencapai kesepakatan bersama. Selain itu, tergerusnya budaya tradisional juga tidak terlepas dari pengaruh globalisasi dan modernisasi. Ketika negara berusaha menyelesaikan masalah ekonomi, beberapa dari mereka harus menghadapi tekanan tambahan dari keharusan beradaptasi dengan gaya hidup dan nilai-nilai Barat. Hal ini tentu menjadi konflik baru yang menjadi hambatan bagi APEC untuk mencapai integrasi ekonomi kawasan. APEC dapat mengambil peran menjadi fasilitator dalam mempromosikan dialog, diplomasi, dan penyelesaian damai untuk menjaga stabilitas dan keamanan kawasan.
Salah satu tantangan sosial budaya yang dihadapi dalam kerangka kerja kerjasama APEC adalah keragaman segmen pasar yang dimiliki oleh 21 anggota APEC. Prinsip kerja sama APEC yang mencakup konsensus, sukarela dan tidak mengikat, serta pelaksanaan keputusan secara bersama-sama, berupaya untuk mencapai kebermanfaatan bagi semua anggota ekonomi yang terlibat. Prinsip konsensus di APEC menegaskan bahwa setiap keputusan yang diambil harus disepakati oleh 21 anggota ekonomi dan memberikan manfaat bagi mereka. Namun, penerapan prinsip ini cukup rumit karena beragamnya segmen pasar yang ditawarkan oleh setiap anggota. Perbedaan segmen pasar ini secara signifikan dipengaruhi oleh kebudayaan yang berkembang di masing-masing negara. Budaya yang ada di suatu negara memiliki pengaruh yang besar terhadap permintaan pasar dan membentuk tren perdagangan yang berbeda-beda.
Pengaruh budaya tidak hanya terbatas pada permintaan, tetapi juga memengaruhi pasokan barang dan jasa. Masing-masing ekonomi cenderung fokus pada pengembangan pasokan barang dan jasa yang memiliki permintaan pasar yang tinggi. Dalam konteks budaya, beberapa pengelompokan khusus terlihat, seperti Meksiko, Chili, dan Peru, serta Kanada, Australia, dan Selandia Baru, serta Indonesia, Malaysia, dan Singapura, dan masih banyak lagi. Meskipun perbedaan segmen pasar ini tidak sepenuhnya menghambat kerja sama ekonomi di APEC, namun fakta bahwa perbedaan tersebut ada menjadi tantangan dalam menciptakan kebermanfaatan dan partisipasi yang merata dan menyeluruh dari semua anggota ekonomi. Upaya untuk memenuhi prinsip-prinsip kerja sama APEC harus mempertimbangkan keragaman segmen pasar dan tren perdagangan yang berbeda-beda ini, agar dapat mencapai tujuan kebermanfaatan yang diinginkan oleh semua anggota APEC.
Dalam menghadapi tantangan ini, dialog dan negosiasi yang intensif diperlukan untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan bagi semua pihak. Selain itu, peningkatan pemahaman dan penghargaan terhadap budaya-budaya yang berbeda juga penting dalam menciptakan iklim kerja sama yang lebih efektif dan inklusif. Dengan demikian, meskipun keragaman segmen pasar menjadi tantangan dalam mencapai kebermanfaatan yang merata di APEC, dengan pendekatan yang tepat, kerja sama yang saling menguntungkan dapat tetap terwujud.
Tantangan Ekonomi
Pandemi COVID-19 yang terjadi sejak 2019 tentu memberikan dampak yang cukup parah terhadap dinamika perekonomian dunia, terkhususnya APEC sebagai salah satu organisasi kawasan. Berdasarkan laporan, terdapat enam tantangan fundamental yang mengganggu laju perekonomian meliputi a) gangguan dalam mengakses barang esensial, b) gangguan dalam perdagangan jasa; c) kesulitan dalam proses logistik rantai pasokan; d) transformasi digital; e) transparansi, dan f) hambatan regulasi yang memengaruhi perdagangan barang esensial. Didorong dengan berbagai kebijakan lockdown yang diimplementasi negara-negara APEC dalam rangka mitigasi penyebaran virus COVID-19, banyak bisnis yang terpaksa tutup sementara atau bahkan bangkrut. Pembatasan tersebut berkontribusi besar terhadap penurunan laju belanja konsumen secara keseluruhan. Dengan demikian, pertumbuhan perekonomian APEC mengalami kontraksi sebesar 3,7% di enam bulan pertama tahun 2020, berbanding terbalik dengan pertumbuhan sebesar 3,4% yang terjadi pada periode yang sama di tahun sebelumnya (APEC, 2020). Dalam mencoba mengatasi hal tersebut, pemerintah negara kawasan dengan sigap mengimplementasi kebijakan fiskal melalui dukungan likuiditas bagi bisnis, UMKM, dan rumah tangga.
Tantangan Politik
Walaupun APEC merupakan komunitas ekonomi, tentu saja permasalahan dan tantangan politik tidak bisa dihindari. Adanya banyak negara anggota dengan perbedaan keadaan politik menyebabkan perbedaan kepentingan yang dapat menjadi rintangan dalam integrasi dan kerja sama kawasan meskipun berdekatan secara geografis. Seperti halnya forum kerja sama regional lainnya, APEC dihadapkan dengan ketidakpastian geopolitik tersebut.
Salah satu tantangan terbit dari adanya Cina dan Amerika Serikat sebagai negara-negara adikuasa di kawasan tersebut. Keputusan yang dibuat dalam forum APEC selalu dicapai dalam suatu konsensus dan komitmen dibuat atas dasar sukarela, namun ketegangan antara Cina dan Amerika Serikat terus-menerus menjadi suatu penghalang bagi negara-negara Asia Pasifik untuk mempertahankan diplomasi, salah satunya dalam kasus Laut Cina Selatan, yang menyebabkan beberapa negara-negara anggota seperti Indonesia, Malaysia, dan Sri Lanka telah mempertimbangkan kembali perjanjian infrastruktur dengan Cina. Hal ini bagaikan pedang bermata dua, di mana negara-negara anggota seperti Filipina tergabung dalam forum ini dan bekerja sama dengan Cina, namun juga mempertahankan kerja sama dalam bidang keamanan dengan Amerika Serikat. Tidak hanya antara negara-negara anggota, persaingan strategis yang terjadi dalam skala global seperti rivalitas Rusia-Ukraina yang sedang hangat juga mempengaruhi kepentingan politik yang ditempatkan negara-negara anggota dalam menyusun strategi kerja samanya terlebih melalui APEC. Para pemimpin Asia Pasifik menyerukan diakhirinya invasi tersebut dengan mengklaim "sebagian besar" dari mereka mengutuk keras perang dan kekacauan ekonomi global yang ditimbulkannya melalui forum APEC 2022 di Thailand.
Selain persaingan strategis antara kedua negara adikuasa tersebut, terdapat juga peristiwa sengketa wilayah seperti konflik Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan yang memperkeruh hubungan antara Cina dan Taiwan serta hubungan Cina dengan negara-negara anggota APEC lainnya. Untuk mencegah memburuknya hubungan antarnegara tersebut dan dampaknya terhadap APEC, Laut Cina Selatan diputuskan untuk tidak diangkat dalam APEC ke-25 silam untuk memfokuskan konsensus yang tercapai dibangun mutlak atas dasar kepentingan dan kerja sama ekonomi antarnegara kawasan Asia Pasifik.
Dari adanya berbagai kepentingan nasional setiap negara anggota APEC dan rivalitas geopolitik yang terjadi pada kawasan Asia Pasifik, APEC menjadi salah satu upaya untuk mengusahakan integrasi demi berlangsungnya kerja sama ekonomi dalam kawasan tersebut.
Kesimpulan
Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) merupakan sebuah komunitas ekonomi yang terdiri dari 21 negara di kawasan Asia Pasifik. Perwujudan APEC memiliki peran penting dalam mempromosikan integrasi ekonomi, memfasilitasi liberalisasi perdagangan, dan mengkatalisasi kooperasi ekonomi di antara negara-negara anggotanya. Melalui inisiatif seperti Bogor Goals dan Free Trade Area of Asia-Pacific (FTAAP), APEC berusaha menghilangkan hambatan perdagangan dan memfasilitasi akses pasar bebas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan.
Namun, dalam pelaksanaannya, APEC dihadapkan pada berbagai tantangan yang mempengaruhi relevansinya dalam menghadapi dinamika sosial, budaya, ekonomi, dan politik di kawasan Asia Pasifik. Dalam dimensi sosiall budaya, tantangan-tantangan ini meliputi ketimpangan pembangunan, perbedaan kepercayaan, adat istiadat, budaya, dan bahasa antara negara-negara anggota. Tantangan ini membutuhkan pendekatan yang inklusif dan dialog yang intensif untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Jika dilihat melalui perspektif ekonomi, APEC juga memiliki tantangan yang signifikan, seperti pandemi COVID-19 yang telah mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi di kawasan. Adanya pembatasan yang diterapkan untuk memitigasi penyebaran virus telah berdampak pada pertumbuhan bisnis dan perdagangan, serta menurunkan belanja konsumen secara keseluruhan. Dalam menghadapi tantangan ini, pemerintah negara-negara anggota APEC telah mengimplementasi kebijakan fiskal untuk mendukung likuiditas bisnis, UMKM, dan rumah tangga. Sementara dalam bidang politik, adanya rivalitas dan ketegangan geopolitik antara Cina dan Amerika Serikat turut menjadi salah satu tantangan yang mempengaruhi APEC. Perbedaan kepentingan politik dan sengketa wilayah di kawasan mempengaruhi integrasi dan kerja sama di APEC. Namun, upaya dipertahankan untuk menjaga diplomasi dan kerja sama ekonomi di kawasan, meskipun tantangan politik yang ada.
Dalam kesimpulannya, APEC tetap memiliki relevansi dalam mengatasi tantangan-tantangan di kawasan Asia Pasifik. Dengan pendekatan inklusif, dialog yang intensif, dan penyelesaian damai untuk perbedaan politik dan sengketa wilayah, APEC dapat terus memainkan peran penting yang dimilikinya untuk membangun kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan bagi negara-negara anggota.
Referensi
1, A. (n.d.). SEJARAH APEC DAN TANTANGAN YANG DIHADAPINYA.
APEC pledges to boost trade as geopolitical rifts hijack regional summits. (2022). Reuters. https://www.reuters.com/world/asia-pacific/apec-host-thailand-targets-progress-trade-amid-geopolitical-tensions-2022-11-19/Â
APEC. (2020). APEC Regional Trends Analysis - New Virus, Old Challenges and Rebuilding a Better Asia-Pacific; APEC amid COVID-19: Navigating Risks and Opportunities toward Resilience. APEC Secretariat.
Covid-19 trade challenges a chance to refresh asia-pacific integration: Report. APEC. (2023, May 26). https://www.apec.org/press/news-releases/2022/covid-19-trade-challenges-a-chance-to-refresh-asia-pacific-integration-report
'Most' Asia-Pacific nations condemn Russia's war in Ukraine. (2022, November 19). Breaking News, World News and Video from Al Jazeera. https://www.aljazeera.com/news/2022/11/19/most-apec-members-strongly-condemn-russias-war-in-ukraine
The challenges facing APEC leaders. (n.d.). Lowy Institute. https://www.lowyinstitute.org/the-interpreter/challenges-facing-apec-leaders
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H