Mohon tunggu...
Debora Audrey
Debora Audrey Mohon Tunggu... -

Desainer abstrak dari kalangan anak muda merangkap EXO-L modal wifi. Biasanya gemar memandangi yutup dari layar laptop sambil makan Koko Crunch yang sudah lembek. Masih berdoa suatu hari nanti bisa keliling dunia pake kartu gesek aja bersama orang-orang yang Tuhan tempatkan di hidup ini untuk selamanya sampai maut memisahkan Amin.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Syahril Ramadan, Tenggelam dalam Dunia Milik Sendiri

22 Desember 2017   02:19 Diperbarui: 22 Desember 2017   11:06 3919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syahril Ramadan mungkin masih terdengar cukup awam dibandingkan dengan seniman-seniman senior di Indonesia seperti Affandi dan Basuki Abdullah. Meski demikian, karya-karya manipulasi fotonya dalam akun Instagramnya, yakni @srdesignart, sangat menarik perhatian saya dalam waktu tidak lebih dari satu menit. 

Awalnya saya hanya menelusuri feeds akun Instagram di waktu selang yang ada di tengah-tengah kesibukan ujian akhir semester. Di antara sekian banyak foto yang ditampilkan, ada satu yang membuat jari ini berhenti untuk menggeser ke atas. Akun tersebut hanya membagikan ulang foto editan Syahril yang kocak dan akhirnya mengantarkan saya pada akun Syahril yang sesungguhnya.

Jenaka adalah kesan pertama yang saya dapatkan dari penelusuran super singkat ini. Betapa tidak, karena isi akunnya sarat akan foto editan bersama artis-artis papan atas, seperti Chelsea Islan, dan bahkan film Thor: Ragnarok dan Justice League yang baru saja tayang di layar lebar beberapa saat yang lalu. Selain punya keahlian manipulasi yang baik, ternyata laki-laki yang berasal dari Batam ini juga punya selera humor yang baik

Foto ini adalah foto pertama yang membuat saya tertarik untuk memencet tombol "Following" pada Instagram. Selain lucu, sebagai seorang desainer saya juga sangat kagum melihat kerapian manipulasi foto tersebut. Penempatan cahaya dan arah jatuh bayangan sangat diperhatikan, sehingga tidak ada distorsi yang biasanya timbul dalam foto manipulasi akibat kontras yang ekstrim, antara obyek asli dengan obyek manipulasi. 

Namun, ternyata 'keusilannya' tidak berhenti sampai di situ saja. Ia juga berfokus pada foto surealis yang  mengagumkan dan terlihat begitu nyata. Banyak foto surealis yang telah dia ciptakan, mulai dari 'menggeret' bulan, panjat cinta, dan melukis langit yang terpajang dalam website pribadi dan Instagramnya, tetapi  karya terfavoritnya bagi saya adalah Underwater, yang akan diulas dalam artikel ini.

Surealis sendiri adalah orang yang menganut aliran surealisme. Aliran tersebut tentunya bukan sebuah aliran sesat, melainkan aliran dalam seni sastra yang mementingkan aspek bawah sadar manusia dan nonrasional dalam citraan (di atas atau di luar realitas/kenyataan) menurut KBBI. 

Berarti, untuk menciptakan suatu karya realis, diperlukan lebih dari sekadar imajinasi. Mengapa saya katakan "sekadar imajinasi"? Umumnya imajinasi itu hanya angan-angan yang muncul dari suatu peristiwa yang sudah terjadi, alias mengayal. Saya yang masih kuliah ini pun hampir setiap hari berkhayal, nanti mungkin bisa pacaran dengan laki-laki idaman saya, mungkin nanti semua nilai ujian bisa bagus, atau bisa langsing meski banyak makan. 

Namun, tidak pernah terlintas dalam angan-angan saya menyelam di dalam kamar sendiri. Hal tersebut yang menjadi daya tarik tersendiri bagi saya: apa yang tak terbayangkan menjadi terbayangkan.

Ada pepatah berkata, sambil menyelam minum air. Pepatah tersebut yang pertama kali terlintas di benak saya ketika mengamati foto tersebut. Bukan hanya karena sosok Syahril yang sedang menyelam saja, tapi karena pepatah itu memang sering dipakai untuk menggambarkan dua aktivitas yang dilakukan secara bersamaan, terutama ketika sedang belajar. 

Pelajar memang sering belajar sambil melakukan hal lain, bukan? Seperti mendengarkan lagu atau membalas chat. Tetapi, semakin melihat foto tersebut, semakin saya sadar bahwa bukan itu yang dia maksud. Konsep yang diusungnya tidak menunjukkan suatu tanda-tanda aktivitas belajar. Seandainya dia sedang belajar, setidaknya sikap tubuhnya terlihat lebih serius dan kaku, mungkin bisa juga sembari memegang buku atau menatap laptop yang mengapung di atas meja.

Daripada menganggapnya sedang belajar, terasa lebih tepat untuk menganggapnya sedang terjun bebas dari suatu ketinggian ke dalam 'lautan' dalam kamarnya. Segala macam barang dan perabotan diletakkan secara acak dan tidak tertata dalam komposisi gambarnya, seakan menyiratkan bahwa dia tak terlalu memedulikan kerapian, dia menghendaki suatu ketidakteraturan, atau kebebasan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun