Mohon tunggu...
Debora Sibarani
Debora Sibarani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hampir satu tahun melayani sebagai seorang guru bahasa Indonesia di sebuah sekolah internasional, mencintai membaca dan menari, tertantang untuk terus menulis karena dorongan para sahabat.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kesan Tiada Akhir dalam Perjalanan Terakhir

29 Agustus 2012   04:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:11 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu, saya dan tujuh orang teman lainnya bangun lebih awal dari biasanya untuk mengejar kapal pertama dari Muara Angke menuju Pulau Tidung. Salah satu pulau yang berada di Kepulauan Seribu tersebut menjadi pilihan kami untuk mengadakan acara perpisahan kelas sebelum mendapat gelar sarjana. Dengan mata mengantuk dan tubuh yang masih menginginkan kasur, kami memulai perjalanan menuju pulau kembar tersebut. Pulau Tidung Besar, yang luasnya hampir mencapai 50 hektar, memiliki duplikat yang berada tidak jauh darinya. Untuk mencapai Pulau Tidung Kecil, yang luasnya 30 hektar, kita dapat menggunakan sepeda atau berjalan menyusuri sebuah jembatan yang mendapat sebutan Jembatan Cinta oleh penduduk dan pengunjung pulau.

Hampir tiga jam perjalanan yang kami tempuh untuk menuju pulau yang indah itu tetapi tak pernah sedetikpun kami merasa bosan. Air laut yang semakin biru memanjakan mata kami segera setelah kami menjauh dari Jakarta. Udara pagi yang segar bercampur aroma air laut yang asin juga menambah nikmatnya perjalanan kami. Tak henti-hentinya kami mengabadikan setiap moment yang ada sambil terus bercengkrama dengan penumpang kapal yang lain. Tanpa terasa, kami pun sampai di Pulau Tidung Besar. Kuatnya batu-batu karang dan geliat ikan-ikan terlihat jelas menyambut kami melalui beningnya air di dekat dermaga. Kami siap menikmati pulau ini, kami siap berpetualang!

[caption id="attachment_195837" align="aligncenter" width="300" caption="Perjalanan menuju Pulau Tidung"][/caption]

Setelah sampai di penginapan yang bersih dan nyaman, kami menyewa beberapa sepeda dan meluncur bersama menuju arah timur Pulau Tidung Besar. Di sana, kami ingin melihat kuatnya Jembatan Cinta yang menghubungkan kedua pulau tersebut. Lima belas menit perjalanan menggunakan sepeda sama sekali tidak membuat kami lelah. Hal itu justru sebuah pemanasan yang baik untuk memulai hari di Pulau Tidung. Begitu sampai di lokasi, kami langsung memesan air kelapa muda dan menyantap habis makan siang kami di atas Jembatan Cinta. Kemudian tanpa pikir panjang, beberapa teman saya melompat dari atas Jembatan Cinta untuk benar-benar merasakan sensasi Pulau Tidung (tour guide kami bilang kalau belum melompat dari atas Jembatan Cinta, kami ‘belum pernah’ ke Pulau Tidung).

[caption id="attachment_195838" align="aligncenter" width="300" caption="Terjun bebas dari Jembatan Cinta"]

1346213194364236136
1346213194364236136
[/caption]

Ketika matahari mulai naik, kami melanjutkan petualangan kami dengan menjamah air lautnya. Snorkeling menjadi pilihan utama kami. Empat jam mengitari Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung kecil terasa kurang karena mata kami dimanjakan oleh cantiknya terumbu karang yang berwarna-warni. Tidak hanya terumbu karang, ikan-ikan besar dan kecil pun asyik berenang menemani aksi penyelaman amatir kami. Setelah lelah menyelam, kami kembali ke penginapan untuk mandi dan berganti pakaian. Pantai cantik lainnya, lima belas menit ke arah barat Pulau Tidung Besar, sedang menanti kami.

[caption id="attachment_195841" align="aligncenter" width="300" caption="Kami siap menyelam."]

13462132901500653991
13462132901500653991
[/caption] [caption id="attachment_195842" align="aligncenter" width="300" caption="Menikmati indahnya ikan-ikan dan terumbu karang yang cantik"]
13462133151535972904
13462133151535972904
[/caption] [caption id="attachment_195843" align="aligncenter" width="300" caption="Mari ikut menyelam!"]
13462133671643334465
13462133671643334465
[/caption]

Saat yang sangat tepat. Kami mengagumi indahnya matahari terbenam sambil merefleksikan perjalanan terakhir kami sebagai mahasiswa. Setelah ini, kami akan berpisah satu sama lain dan mengejar mimpi kami sebagai pendidik. Saya dan teman-teman saya akan berangkat menuju sekolah-sekolah di seluruh Indonesia dan mengaplikasikan ilmu yang telah kami pelajari. Matahari terbenam di Pulau Tidung tersebut menjadi peringatan bagi kami untuk terus memperbaiki diri dari hari ke hari dan berjuang menggapai cita-cita kami seperti matahari tak pernah lupa terbit dan terbenam dengan megahnya.

[caption id="attachment_195839" align="aligncenter" width="300" caption="Megahnya matahari terbenam"]

1346213238816415786
1346213238816415786
[/caption]

Malam harinya, kami berkumpul di pinggir pantai dekat penginapan untuk saling memaafkan satu sama lain dan berbagi kesan serta pesan selama empat tahun bersama. Ikan, cumi, udang, dan jagung bakar menambah meriah suasana malam di Pulau Tidung. Saya merasa, tidak ada kenikmatan yang dapat menandingi indahnya malam di pulau itu dan berkesannya acara terakhir kami. Persahabatan kami pun tak akan pernah pudar seperti kenangan perjalanan paling berkesan di Pulau Tidung. Kami tak perlu jauh-jauh ke negeri seberang atau ke belahan dunia yang lain, Pulau Tidung memberikan kami kesan mendalam dan tak akan terlupakan selama perjalanan terakhir bersama orang-orang terkasih.

Salam hangat,

Debora Sibarani

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun