Mohon tunggu...
Heny Dwi Astutik
Heny Dwi Astutik Mohon Tunggu... Guru - Guru

Passionate about early childhood education

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dengan Metode "Experiential Learning" di Tingkat PAUD

7 Oktober 2022   11:14 Diperbarui: 9 November 2022   09:14 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Education is not preparation for life; education is life itself".

Suatu pernyataan yang memiliki makna yang dalam bagi saya sebagai seorang pendidik. Pernyataan tersebut merupakan pernyataan dari seorang tokoh yang kita percayai sebagai bapak filsafat sekaligus  reformasi pendidikan yakni John Dewey. Bagi saya pernyataan beliau mengarahkan saya sebagai guru untuk memandang proses pendidikan sebagai suatu proses yang hidup. Hal ini menjadi katalisator bagi saya dalam mengubah cara mengajar saya. Saya ingin murid-murid dapat memiliki nilai hidup yang berarti dalam prosesnya. Oleh sebab itu, saya tidak mau menjadi seorang guru yang sekedar mengkopikan ilmu  kepada murid-murid saya. Sebagai pendidik saya menjadi seorang fasilitator, katalisator dan mentor untuk mereka. Saya harus membimbing murid-murid saya yang masih dini untuk memahami kehidupan sesuai dengan kapasitas mereka. 

"Education must begin with psychological insights of child's  capacities, interests, and habits".

Salah satu cara yang bisa saya terapkan adalah experiential  learning.  Experiential Learning atau Hands on Learning merupakan metode pembelajaran yang memungkinkan murid belajar melalui pengalaman yang dirasakan secara langsung untuk memberikan suatu pengetahuan yang baru atau menambahkan pengetahuan yang sudah ada. Untuk tingkat PAUD, penerapan Experiential Learning ini sangat sesuai dengan tahap perkembangan anak. Pembelajaran untuk anak-anak di usia dini memang diharuskan untuk lebih dulu belajar bereksplorasi dengan objek-objek yang konkrit.

"The students must interact with their environment in order to adapt and learn".

Pernyataan tersebut benar adanya. Misalnya ketika saya mengajarkan tentang mahluk hidup, saya ajak murid-murid saya keluar kelas untuk mengamati lingkungan sekitar sekolah. Hal ini diharapkan agar mereka dapat mengetahui secara langsung objek yang dimaksud dengan mahluk hidup disekeliling mereka. Metode pembelajaran ini diharapkan memberikan makna atau pengertian yang lebih dalam bagi anak-anak usia dini. Bagi saya, metode ini sangat efektif karena tidak perlu dengan banyak kata atau ceramah. Anak-anak dapat dengan cepat membagikan pemahaman mereka kepada saya melalui observasi langsung.  Mereka dapat menyimpulkan bahwa bunga harus disiram agar tidak mati, kucing harus diberi makan agar tidak kelaparan. Pemahaman tersebut, kemudian menjadi pengantar untuk saya menjelaskan ciri-ciri mahluk hidup kepada mereka.Hal yang menurut orang dewasa sangat sederhana tapi mungkin berbeda di tingkat kognitif anak. Karena pendidikan itu adalah kehidupan, maka saya harus memastikan bahwa murid-murid saya menghidupi kehidupan tersebut secara bermakna. Suatu proses kehidupan yang tidak hanya saja mendengar tetapi juga mengalaminya secara personal dan kemudian dibawa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling berbagi. 

Referensi:

https://learn.uph.edu/pluginfile.php/1860216/mod_resource/content/1/John%20Dewey%20%20Philosopher%20and%20Education%20Reformer.pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun