10. BUat surat pemberitahuan sbg sarana komunikasi resmi ke orangtua/sekolah formalnya (SD/SMP/SMA), karena terkadang waktu pertandingan bisa bentrok dengan jam pelajaran/ekstrakurriler.
11. Lengkapi biodata pemain dan coach. Kenalilah tempat tinggal mereka. Kenali hobby pemain.Â
12. kenali ketahanan fisik pemain
13. Lengkapi coach dengan alat kerja, termasuk video youtube, komputer, agar bisa membuat laporan latihan/pertandingan, evaluasi pemain, progress team, dan mempertanggungjawabkan hasil ke ketua SSB.
14.Jalin komunikasi periodik dengan orangtua, pengurus SSB, sesama coach, coach dr SSB lain, ASKOT, ASPROV, dll. Pastikan nama baik SSB.
15. Berikan pujian bagi pemain yang berhasil mencapai indikator keberhasilan tertentu. MIsalnya; pemain hadir selalu on time 100%. Pemain latihan drilling bola di rumah 50 menit sehari agar membantu motorik skill di lpgn. Pemain sering baca artikel/buku/video soal upgrade skill bola dan mempraktikkan. Pemain selalu perhatian komitmen team. DSB
TIdak mudah membangun SSB. Paling sulit merekrut pemain muda yang gigih, fisik kuat, pantang menyerah, teamworknya bagus, kreatif, dll. Memiliki coach yang mau belajar dan terus evaluasi progress pun perlu komitmen tinggi. Orangtua para pemain SSB pun harus dukung, mempercayai COACH memutuskan yang terbaik bagi team, terutama saat memilih squad line up di saat pertandingan.
Bakat bisa diasah dengan latihan. Membangun team solid perlu waktu. Mari majukan sepakbola Indonesia, dimulai dari SSB kota/daerah. KITA pasti BISA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H