Mohon tunggu...
deborah hutaurukciracas
deborah hutaurukciracas Mohon Tunggu... Human Resources - penggemar bola, musik rock, hobby jalan kaki

SMA A1 di JKT, BSC S1 di USA, MM/ S2 di Americas dan Jakarta. Learning is a curious process to gain something or to give up something

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembentukan Sekolah PAUD/TK Butuh Perencanaan dan Modal Guru Rajin

9 September 2021   20:50 Diperbarui: 9 September 2021   20:54 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam memulai suatu PAUD baik  taman kanak-kanak (TK) atau Kelompok bermain (KB), kita tahu bahwa suatu PAUD adalah institusi di mana orangtua mempercayakan sekolah sebagai sarana belajar, bermain dan bersukaria bagi anak-anaknya di saat masa usia emas. Oleh karena itu,  suatu PAUD memerlukan keseriusan dan modal:

1. Misi dan Visi pembentukan PAUD 

2. Perencanaan infrastruktur, fasilitas, system dan dana kas, apakah kecil, sedang, besar, manual, atau mix dgn digital.

3. Model pembelajaran yang akan dilakukan di PAUD, berdasarkan kurikulum apa, nasional atau campuran dengan model dari yang terbaik di dunia

4. Kapasitas dan karakter GURU berbasis bidang

5. Passion (sepenuh hati)

6. Jenis komunikasi 

Berdasarkan pengalaman dalam membentuk tim PAUD Erlass (lokasi hub awal di Pejaten, Jakarta Selatan) pada tahun 2009, ke-enam faktor tersebut wajib disusun minimal 8 bulan -1.5 tahun sebelum memulai PAUD:

1. Misi dan VISI adalah modal dasar dalam membentuk PAUD. Yayasan harus serius benar dan jelas apa yang menjadi misi sekolah, karakter murid seperti apa lulusan sekolahnya, guru spt bagaimana, dan apa visi ke depannya, sebagai bukti kualitas lulusan menjadi institusi terpercaya bagi orangtua, guru, komunitas, Diknas, maupun sekolah dasar tujuan.

2. Perencanaan instruktur fasilitas -termasuk perpustakaan dan alat olahraga serta prakarya - dan sistem yang akan digunakan bergantung dari standar komitmen yayasan, ingin seberapa sederhana atau kompleks. Tujuannya tetap sama yaitu memberikan yang terbaik bagi siswa didik yang bergabung di sekolah tersebut.

3. Model pembelajaran dan kurikula adalah bagian dari Misi dan Visi. Lesson plan pun harus ditentukan baik yang mingguan, bulanan, serta semesteran. Model ini wajib ditentukan sebelum SEkolah dimulai, karena ini akan menjadi bahan kerja bagi para guru, instruktur, dan kepsek. Informasi ini pun wajib disampaikan kepada orangtua siswa, agar mereka clear, apakah modelnya satu arah, centered learning, open, mix antara Kurikulum Nasional dengan model pembelajaran luar atau mulok.

4. Kapasitas dan karakter guru pun harus ditentukan dari awal apakah wajib lulusan PGTK atau Sarjana Pendidikan UMUM atau Sarjama Psikologi. SEkolah wajib menentukan jumlah, karakter, dan kompetensi guru dari awal. Contoh di erlass, seluruh guru harus memiliki karakter optimis, gigih dan kreatif. Alasannya adalah karena seluruh guru TK di erlass diharapkan optimis dalam membimbing anak-anak usia dini dengan berbagai latar belakang, gigih/pantang menyerah karena yang dihadapi anak usia emas, orangtua, serta ia pun diharapkan kreatif, membuat lembar aktivitas, story telling, bernyanyi, membuat ruang kelas yang engaging, sehingga anak selalu semangat masuk kelas.

5. Kita harapkan guru bekerja passion- sepenuh hati. Komitmen membimbing anak usia emas tidaklah muda. DIperlukan kesabaran, komitmen, rasa sayang, ceria serta pantang mundur, karena setiap anak berbeda. Contoh program literasi, guru selalu membacakan story telling baik melalui gambar, buku-buku cerita, panggung boneka, musik, intonasi suara yang menyenangkan di telinga anak serta paras muka yang pas. SEmua itu memerlukan passion, agar setiap anak dalam kelompoknya bisa tertarik dan antusias berpartisipasi.

6. Jenis komunikasi yang diterapkan adalah antara sekolah dengan orangtua, guru dengan orangtua, sekolah dengan masyarakat dan sekolah dengan diknas di kecamatan/kabupaten terutama dalam pengurusan perijinan dan akreditasi. Komunikasi dibangun  bertahap, pelan tapi pasti. Kepala sekolah/ketua yayasan coba bangun komitmen ini sebagai bagian dari kepentingan siswa didik. Hubungi kecamatan dan pengawas di wilayah untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut, agar PAUD kita pun secara resmi terdaftar, bisa melalui IGTK ataupun HIMPAUDI, serta rajin bertanya dengan guru/kepsek dari sekolah lain.

Demikian sekilas modal pembentukan PAUD dari pengalaman kami. Tidaklah mudah, yang pasti guru-guru dan yayasan memang harus satu visi dan misi, gigih, berkarya dengan semangat sukacita, serta aktif dalam membimbing anak serta berkomunikasi dengan orangtua baik baik lisan (kunjungan langsung saat anak-anak sekolah) atau via telpon/surat. 

SElamat berkarya di dunia pendidikan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun