Mohon tunggu...
Rangga Sudarma
Rangga Sudarma Mohon Tunggu... -

MANAGING BASIC EDUCATION

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pakaian Aneh

12 Juni 2012   10:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:04 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Pakaian dapat menumbuhkan rasa percaya diri seseorang. Menggunakan pakaian, orang merasakan kenyamanan, keindahan, dan terlihat lebih gaya. Pakaian termasuk satu dari tiga kebutuhan primer manusia, di samping kebutuhan pangan dan papan.

Pakaian merupakan identitas manusia sebagai mahluk yang berbudaya. Pada awalnya manusia memanfaatkan pakaian dari kulit kayu dan hewan yang tersedia di alam. Waktu itu, pakaian digunakan sebagai pelindung dari panas dan dingin. Kemudian manusia mengembangkan berbagai teknologi seperti alat pemintal kapas yang menghasilkan benang dan kemudian ditenun untuk menjadi bahan pakaian. Lama kelamaan fungsi pakaian berubah, yakni untuk memberi kenyamanan sesuai dengan jenis-jenis kebutuhan seperti; pakaian kerja, pakaian rumah, dan bahkan terlepas dari fungsi utamanya (untuk pelindung), pakaian kerap digunakan untuk bergaya.

Untuk mengetahui dan memahami karakter seseorang bukan hal mudah. Namun begitu, tanpa disadari hanya lewat cara berpakaian, kita dapat menebak karakter seseorang, mengekspresikan, dan menunjukkan jati diri, siapa dirinya sebenarnya.

Penulis pernah menjumpai wanita yang bergaya dengan pakaian yang serba tertutup. Mengenakan jilbab, baju gamis, dan rok yang panjang. Bahkan lebih aneh lagi mengenakan penutup wajah (cadar) seperti perempuan Arab. Orang-orang menganggap wanita itu aneh, kuno dan tidak dapat beradaptasi dengan keadaan. Terlepas dari tujuan baiknya untuk menutupi aurat dan menjaga kehormatan dan harga dirinya sebagai perempuan beragama.

Menjadi sebuah kenyataan, hal-hal yang tidak normatif saat sekarang sudah menjadi sesuatu yang normal di dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kita jumpai wanita yang bergaya dengan pakaian yang serba pendek. Kebiasaan mengenakan baju pendek, dan rok pendek dianggap sesuatu yang lumrah, mengikuti mode, dan sesuai dengan perkembangan zaman. Tetapi jika kita kaitkan dengan ajaran ketuhanan, agama apapun pasti sependapat bahwa wanita yang mengenakan pakaian seperti itu dianggap tidak menutup aurat dengan bajunya, sehingga dapat memunculkan rangsangan kepada kaum laki-laki yang melihatnya.

Pengaruh gaya berbusana setiap orang yang diekspresikan berbeda dari satu orang ke orang lainnya membuat luntur nilai originalitas dan dapat melemahkan identitas manusia secara personal. Para selebriti pun akan makin abadi dalam ingatan banyak orang lewat gaya mereka berpakaian ketika semakin intensnya liputan media mempertontonkan dan memperkenalkan pola kehidupannya yang glamour (mewah yang berlebihan).

Contohnya, Lady Gaga yang sering menggunakan busana yang futuristik, gaya unik, dan seksi. Akibat lemahnya kontrol diri, kurangnya kepudulian keluarga dan masyarakat sekitar membuat mode yang bertolak belakang dengan budaya timur akhirnya menjadi kiblat baru generasi muda dalam bergaya.

Berpakaian juga berkaitan dengan nilai moral dan hal itu sangat erat hubungannya dengan etika. Banyak orang berpandangan, pudarnya etika dalam berpakaian disebabkan karena UUD 1945 dan Pancasila tidak lagi dijadikan pedoman kehidupan berbangsa. Sudah lunturnya nilai-nilai esensial yang terkandung di dalamnya.

Disengaja atau tidak, kebiasaan cara berpakaian yang menyimpang dan menjadi tren melahirkan budaya-budaya baru di tengah kehidupan bermasyarakat. Salah satu contoh, ketika anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memberlakukan sebuah aturan mengenai cara berpakaian, yaitu melarang staf anggota dewan mengenakan rok mini, banyak kalangan yang menentang dan berpendapat hal itu merupakan pelanggaran terhadap hak atas integritas tubuh dan merupakan bentuk sesat berpikir (logical fallacy) para pengambil kebijakan.

Bahkan ketika disahkannya Undang-Undang Pornografi, pencekalan justru datang dari kaum perempuan. Padahal Undang-Undang itu dibuat untuk melindungi, menjaga kehormatan dan harga diri perempuan dari tindak kejahatan yang terus mengancam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun