Mohon tunggu...
debbyramayantii
debbyramayantii Mohon Tunggu... Lainnya - Badan Kepegawaian dan Sumber Daya Manusia Tapin

Saya mempunyai hobi menulis dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menguji Relevansi 10 Prinsip Jurnalisme di Era Digital Apakah Masih Dilaksanakan Secara Konsekuen?

17 Desember 2024   13:17 Diperbarui: 17 Desember 2024   13:17 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jurnalisme adalah pilar penting dalam menjaga keberlangsungan demokrasi dan memastikan masyarakat memiliki akses terhadap informasi yang akurat, relevan, dan terpercaya. Dalam dunia yang semakin didominasi oleh teknologi digital dan media sosial, jurnalisme menghadapi tantangan besar untuk tetap setia pada 10 prinsip utamanya. Prinsip-prinsip ini, yang meliputi komitmen pada kebenaran, independensi, loyalitas kepada masyarakat, dan akurasi, dirancang untuk menjaga kepercayaan publik dan integritas profesi jurnalis. Kini Jurnalis harus beradaptasi dengan tekanan untuk menyampaikan berita secara cepat, menghadapi arus informasi yang tidak terverifikasi, dan bersaing dengan algoritma yang menentukan popularitas konten berita. Selain itu, tekanan ekonomi dalam industri media juga dapat memengaruhi independensi jurnalis, sementara penyebaran misinformasi dan hoaks kian menjadi ancaman serius bagi kredibilitas jurnalisme. Oleh karena itu, realitas industri media saat ini memunculkan pertanyaan: apakah prinsip-prinsip tersebut masih dijalankan secara konsekuen?

1.Kebenaran: Tantangan Disinformasi dan Sensasionalisme
     Dalam era digital, prinsip pertama jurnalisme, yaitu komitmen terhadap kebenaran, menghadapi tantangan yang serius. Jurnalis dan media, yang memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan informasi yang faktual dan akurat, kini beroperasi di tengah maraknya disinformasi dan tekanan untuk menghasilkan konten sensasional. Jurnalis terkadang tergesa-gesa untuk menjadi yang pertama mempublikasikan berita tanpa verifikasi mendalam, yang membuka ruang bagi kesalahan informasi. Media berbasis algoritma juga mendorong konten sensasional yang lebih menarik perhatian, meskipun tidak selalu faktual. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan, apakah kebenaran masih menjadi prioritas utama?

2.Independensi: Terancam oleh Tekanan Ekonomi dan Politik
     Independensi menjadi salah satu prinsip yang sering kali terabaikan. Ketergantungan media pada pendapatan iklan, terutama dari platform teknologi besar, menciptakan bias editorial yang kadang-kadang memengaruhi isi berita. Prinsip independensi dalam jurnalisme menuntut para jurnalis dan media untuk tidak terpengaruh oleh tekanan ekonomi, politik, atau pihak lain yang memiliki kepentingan tertentu. Namun, di era digital, penerapan prinsip ini menghadapi tantangan besar. Ketergantungan media pada iklan digital dan algoritma platform teknologi seperti Google dan Meta menjadi salah satu ancaman terbesar bagi independensi jurnalisme. Media sering kali harus memprioritaskan konten yang dapat menarik banyak klik (clickbait) atau menyenangkan pengiklan demi mendongkrak pendapatan. Hal ini menyebabkan beberapa isi berita tidak lagi sepenuhnya berdasarkan kepentingan publik, tetapi dipengaruhi oleh tekanan ekonomi.
     Tekanan dari pihak politik juga menjadi ancaman nyata bagi independensi jurnalisme, khususnya di negara-negara dengan kebebasan pers yang masih terbatas. Banyak jurnalis menghadapi ancaman fisik, hukum, atau sanksi lainnya ketika melaporkan isu-isu yang sensitif. Independensi tetap menjadi elemen kunci dalam menjaga integritas jurnalisme. Meski tantangan era digital menguji prinsip ini, komitmen yang kuat dan langkah inovatif dapat membantu jurnalis dan media bertahan sebagai pilar demokrasi yang netral dan terpercaya.

3.Loyalitas kepada Masyarakat: Menghadapi Polarisasi
     Prinsip loyalitas kepada masyarakat kini diuji oleh realitas polarisasi sosial. Media sering kali lebih memilih untuk melayani segmen audiens tertentu daripada menyediakan informasi yang netral dan mencakup semua lapisan masyarakat. Padahal Prinsip loyalitas kepada masyarakat dalam jurnalisme menekankan bahwa media harus berpihak pada kepentingan publik secara luas, bukan pada kelompok tertentu atau kepentingan politik dan ekonomi yang sempit. Polarisasi terjadi ketika masyarakat terpecah menjadi kelompok-kelompok yang hanya mengonsumsi informasi sesuai pandangan atau afiliasi mereka. Persaingan ketat di era digital mendorong media untuk mengejar rating, klik, dan engagement, yang sering kali dilakukan dengan menonjolkan berita sensasional atau partisan.

4.Akurasi: Kebingungan Antara Fakta dan Opini
     Isu akurasi menjadi salah satu perhatian utama. Prinsip akurasi dalam jurnalisme menekankan bahwa informasi yang disampaikan harus berdasarkan fakta yang telah diverifikasi, bukan sekadar opini atau asumsi. Meski prinsip akurasi tetap relevan, era digital membawa tantangan besar berupa maraknya hoaks dan disinformasi. Media sering menyajikan opini dengan gaya editorial tanpa memberikan konteks faktual yang memadai. Hal ini menciptakan kebingungan bagi audiens tentang apa yang benar-benar terjadi.
     Di era digital, tekanan untuk menyampaikan berita secara cepat dan viral sering mengorbankan akurasi. Jurnalis atau media berlomba-lomba menjadi yang pertama dalam memberitakan suatu peristiwa, tetapi proses verifikasi fakta menjadi terabaikan. Media sosial semakin memperburuk situasi ini karena berita yang tidak akurat atau mengandung opini dapat menyebar dengan cepat tanpa penyaringan. Oleh karena itu, jurnalis harus kembali kepada prinsip dasar jurnalisme: kebenaran dan akurasi melalui verifikasi, bukan sekadar mengejar popularitas atau kecepatan.

5.Transparansi: Peluang dan Tantangan
     Era digital juga menawarkan peluang untuk meningkatkan transparansi. Media kini dapat melibatkan audiens melalui berbagai platform, seperti live streaming dan publikasi dokumen sumber. Namun, tidak semua media memanfaatkan teknologi ini secara maksimal, dan beberapa malah menyalahgunakannya untuk memanipulasi opini publik.
     Teknologi juga membuka peluang bagi audiens untuk terlibat aktif. Misalnya, publik dapat memberikan tanggapan atau klarifikasi terhadap berita yang disampaikan melalui kolom komentar atau forum diskusi. Transparansi tetap menjadi prinsip kunci dalam menjaga kepercayaan publik terhadap jurnalisme. Teknologi digital memberikan peluang besar untuk meningkatkan transparansi, tetapi tantangan seperti manipulasi informasi dan tekanan ekonomi harus diatasi. Komitmen jurnalis untuk tetap jujur dan terbuka sangat diperlukan agar transparansi benar-benar memberikan manfaat bagi publik.

6.Dampak Komersialisasi pada Jurnalisme Investigatif
     Jurnalisme investigatif merupakan salah satu pilar penting dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas publik, karena liputan mendalamnya sering mengungkap isu-isu serius seperti korupsi, pelanggaran hak asasi manusia, dan penyalahgunaan kekuasaan. Komersialisasi media mendorong perusahaan media untuk mengejar keuntungan finansial dalam waktu singkat. Hal ini membuat liputan investigatif yang sering kali memakan waktu dan biaya tinggi mulai berkurang di banyak media. Sebagai gantinya, berita-berita ringan yang lebih menarik perhatian publik menjadi prioritas. Jurnalisme investigatif memerlukan pendanaan yang signifikan, melibatkan riset mendalam, pengecekan fakta berulang, dan penugasan reporter khusus. Sayangnya, banyak media yang saat ini lebih mengutamakan efisiensi anggaran sehingga liputan investigatif sering diabaikan.  Era digital juga memunculkan perubahan pola konsumsi berita.
     Masyarakat cenderung mengonsumsi informasi yang singkat, cepat, dan mudah dicerna melalui media sosial. Ini berakibat pada rendahnya minat terhadap berita investigatif yang kompleks dan membutuhkan perhatian lebih. Dampak komersialisasi terhadap jurnalisme investigatif sangat signifikan, menyebabkan semakin berkurangnya praktik ini di media arus utama. Padahal, jurnalisme investigatif memegang peran krusial dalam menjaga fungsi kontrol sosial media sebagai pilar keempat demokrasi. Diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi media, dan masyarakat, agar jurnalisme investigatif dapat terus berjalan dan relevan di era digital.
Masih Relevankah 10 Prinsip Jurnalisme?
     Meskipun tantangan era digital besar, prinsip-prinsip jurnalisme tetap relevan. Namun, pelaksanaannya memerlukan adaptasi dan komitmen lebih kuat dari jurnalis dan media. Komitmen yang teguh membuat ijurnalisme tetap dapat menjaga relevansi dan kepercayaan publik, meski di tengah derasnya arus digital. Dengan tetap mengedepankan akurasi, verifikasi, dan keadilan, jurnalisme dapat mempertahankan kredibilitas dan relevansinya di tengah dunia yang semakin digital ini. Hal ini memerlukan kolaborasi antara jurnalis, media, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem informasi yang sehat dan kredibel.
     Selain itu teknologi digital juga seharusnya menjadi alat untuk mendukung pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut, bukan malah mengancam integritas jurnalisme. Para jurnalis dapat memanfaatkan kemajuan teknologi dengan menggunakan  alat digital untuk mendukung transparansi dan verifikasi informasi, dan menjaga keseimbangan antara kecepatan dan akurasi dalam menyampaikan berita kepada publik.

REFERENSI:
*UNESCO. (2021). Journalism, 'Fake News' and Disinformation: A Handbook for Journalism Education and Training.
*Edelman Trust Barometer. (2022). Global Report.
*Widodo, T. (2020). "Jurnalisme di Era Digital: Tantangan dan Peluang," Jurnal Ilmu Komunikasi, 18(2), 112-125.
*Kovach, B., & Rosenstiel, T. (2001). The Elements of Journalism: What Newspeople Should Know and the Public Should Expect.
*Haryanto, I. (2019). "Akurasi dalam Jurnalistik Digital: Tantangan dan Realitas," Jurnal Komunikasi dan Media, 21(1), 45-56.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun