Pagi itu saya lebih sibuk dari biasanya dirumah. Seperti biasa hari ini Jam 4.00 pagi saya sudah sibuk di dapur bersama si mba untuk mempersiapkan makan pagi di rumah, untuk bekal ke-2 anakku ke sekolah dan ke kampus, juga untuk kami bawa ke Rumah sakit. Hari ini jadwal suami untuk kontrol Diabetesnya dan untuk operasi mata kanannya.
Papa mata kanannya terkena efek dari penyakit diabetesnya yang sudah diderita selama lebih dari 6 tahun. Namun rasa syukur tetap ku panjatkan, karena dengan keterbatasan mata kanannya yang tinggal 15% untuk dapat melihat, namun Papa tetap berkarya sesuai jadwal waktu di kantornya.
Waktu menunjukkan pukul 05.30 pagi, kami bersiap-siap keluar rumah untuk beraktivitas. Sebelum berpisah, tak lupa kami ber-4 berDoa terlebih dahulu di ruang makan. Selesai berDoa, si abang menuju MRT untuk kemudian berganti dengan bus trans menuju kampusnya.
Sementara kami ber 3 naik mobil untuk menuju ke sekolah adik dulu untuk kemudian lanjut ke Rumah Sakit untuk mengobati mata kanan suami yang akan dioperasi hari ini. Setelah kami mengantar Adik ke sekolah, segeralah mobil yang dikemudikan suami menuju Rumah sakit yang tidak jauh lokasinya dari sekolah Adik.
Tiba di Rumah Sakit, kami tunggu di dalam mobil dulu karena masih ada waktu untuk kami mengisi perut agar tubuh kami kuat sepanjang hari ini. Tak terasa sudah pukul 06.30, kami keluar dari mobil menuju ruang pendaftaran Rumah Sakit. Seperti biasa kami harus mengantri lalu menunggu beberapa jam untuk masuk dalam ruang operasi.
Hari ini adalah tindakan ke 4 operasi di bagian kanan mata suamiku. Sejak 2019 lalu proses untuk pengobatan mata suami dilakukan. Selain operasi juga dilakukan tindakan laser mata kanan suami. Untuk tindakan laser mata sudah tahap ke 3 dan mungkin akan dilakukan di tahun 2020.
Setiap akan melakukan operasi mata kanan suami, saya mendampingi sampai ke ruang dalam. Ntah kenapa perut saya pasti mulas, seperti ketika pengalaman saya dulu melahirkan. BerDoa sudah pasti kami panjatkan, namun rasanya tetap gelisah, takut akan terjadi hal buruk pasca operasi.
Puji Tuhan Yesus Kristus operasi selesai dan kami pun segera mengambil obat di apotik Rumah sakit. Tak lama kami tinggalkan Rumah Sakit untuk pulang kerumah, karena suami harus kembali bekerja. Hasil terakhir dari dokter memberitahukan bahwa mata kanan Papa masih tetap berfungsi tinggal 15% saja, namun pendarahan di kornea mata kanannya sudah hilang.
Mendengar berita ini, kami bersyukur padaNYA, namun juga masih ada rasa khawatir karena fungsi mata kanan Papa belum berubah sudah menjalani 4 X operasi ditambah Laser mata kanan. Sore ini dirumah ku nikmati udara sejuk setelah hujan turun beberapa waktu lamanya.
Sambil melihat bunga-bunga yang indah segar dengan tetesan air hujan. Ku alihkan pandangan ku pada langit diatas sana, wow! indahnya pelangi berwarna-warni. Teringat olehku lagu : “Jalan hidup tak selalu tampak kabut yang pekat, namun kasih TUHAN nyata pada waktu yang tepat.”
Saat makan malam, kami biasanya kumpul dimeja makan, namun si bungsu tak terlihat keluar kamarnya. Ku ketuk kamarnya, namun tak ada jawaban, lalu aku masuk kekamarnya. Tampak oleh ku, adik terbaring di tempat tidurnya. Ku sapa sambil ku cium keningnya, terasa panas. Kemudian ku pegang semua tubuhnya, ternyata panas suhu badannya.
Segera ku ambil dari kotak obat, thermometer untuk memastikan suhu badannya malam ini. Astagaaa ..38 derajat! Langsung ku lari kebawah untuk ambil bantal kompres untuk keningnya dan parcetamol untuk menurunkan suhu badannya. Sepanjang malam hanya minum teh hangat manis, tidak mau makan. Ku putuskan untuk tidur di samping adik malam ini.
Sampai jelang pagi ku cek kembali suhu badannya, bertambah naik 39,1 derajat. Ku ajak papa untuk diskusi agar ke dokter pagi ini juga. Ku bujuk a adik untuk kedokter, namun ia menolak sambil berteriak-teriak . :mama keluarrrr ! sementara suhu badannya naik terus mencapai 39,8 derajat. adik mengigau dalam tidurnya, sampai akhirnya ku telepone Papa agar secepatnya pulang dari kantornya untuk menemani ke dokter. Sepanjang hari itu kami tak berhasil membujuk si bungsu untuk kedokter.
Dengan berlinang air mata ku berseru : Ya ..Tuhan tolong gerakkan anak kami untuk mau ke dokter malam ini, sudah 40,1 derajat suhu badannya. Kami mencoba memanggil dokter teman kami untuk mau kerumah, namun 3 orang dokter teman kami tidak angkat teleponenya. Suami sempat keluar rumah untuk mencari dokter dari rumah sakit terdekat agar mau kerumah, namun sia-sia. Sambil menangis ku panjatkan Doa kembali: Ya Tuhan Yesus tolong anak kami lindungi sembuhkan.
Dengan mengajak si abang dan pelayan rumah bersama suami menggotong Adik dari kamarnya ke bawah menuju kedalam mobil. Setelah berdoa kami ber 4 menuju Rumah sakit terdekat dari rumah, saat itu sudah pukul 11.35 malam. Puji Tuhan Yesus Kristus tiba di Rumah sakit langsung di bawa ke UGD dengan kursi roda.
Didalam ruang UGD, adik memberontak sambil teriak-riak, sampai harus 5 orang yang pegang badannya agar bisa diam sebentar agar dapat langsung di periksa dokter untuk kemudian disuntik. Dokter memastikan adik harus dirawat. Puji Tuhan Yesus Kristus dapat kamar, karena sangat penuh saat itu, kami pun sudah tidak berpikir pakai BPJS karena Rumah sakit info harus biaya tambahan masuk kamar vip. Sebelum tidur dikamar ini, ku senandungkan lagu : “Jalan hidup tak selalu tampa kabut yang pekat, namun Kasih TUHAN nyata pada waktu yang tepat, habis hujan tampak pelangi.”
Dimulailah observasi adik malam itu, di scan kepalanya + cek darah di lab. Hasil scan aman negative di bagian kepalanya ,aman juga typus dan demam berdarah aman. Dokter info mungkin hanya panas biasa nanti juga turun normal kembali. Namun naluriku sebagai seorang Mama, sepertinya adik menderita demam berdarah, walau tak ada tanda2 demam berdarah di tubuhnya. Hari ke 3 di opname, ku minta kembali cek darah sambil memaksa dokter saat kontrol ke kamar.
Akhirnya terjawab sudah Doa ku, Adik positive demam berdarah, lega nya kami. Pengobatan segera dimulai, infuse dll. Kami pun menambah dengan pakai obat dari luar ditambah menu makannya sup B1 yang kami beli dari luar. Tapi apa daya sudah hari ke 5, adik tak mau menyentuh makanan ,hanya infus yang menemaninya di Rumah sakit . Akhirnya ku hubungi teman-teman adik agar segera ke Rumah sakit dengan berharap adik semangat makan, minum vitamin segera sembuh.
Puji Tuhan Yesus di hari ke 9 si bungsu mau makan dan banyak minum air putih. Perlahan adik turun dari ranjang tempat tidurnya untuk mau berjalan. Tepat di hari ke 12, adik diijinkan pulang kerumah. Adik harus istirahat dirumah 2 minggu, karena pernah 1 hari memaksa ke sekolah namun ia ke UKS sekolah, karena pucat dan lemas.
Selama 2 minggu ini adik rajin belajar sambil ujian praktek dari rumah. Luar biasa penyertaanMU, adik semangat belajar untuk ujian kelas 9. Malam hari kami berdoa bersama sebelum tidur, sempat ku perhatikan ibu jari kaki kanannya bertambah besar infeksi. Sudah 6 bulan adik menahan sakit. Kami putuskan besok ke Rumah sakit untuk diambil tindakan agar sembuh. Keesokan hari ditemani abangnya, kami ber-3 ke Rumah sakit. Sangat penuh orang disini. Kami menunggu hampir 5 jam.
Dengan PertolonganNya operasi di jempol ibu jari kaki berhasil. Hari itu juga adik diijinkan pulang kerumah . Setelah mengambil obat, kami pulang kerumah. Setibanya dirumah, kami ber3 langsung mandi agar Virus corona tidak hinggap di tubuh kami.
Saat ku bersantai menonton TV sore ini, ku dikejutkan kabar meninggalnya teman sekelasku di SMA karena Covid 19, biasa ku panggil Kang Iju Teman-temanku bergantian menelpon ku, bertanya kondisi ku. Lalu jawab aku sehat. 2minggu sebelum Kang Iju meninggal, kami bertemu bersama di acara reuni SMA. Berbincang lalu berfoto bersama dengan teman-teman.
Saat itu kami semua tak memakai masker, karena belum kondisi bahaya menurut kami. Sebelum berpisah masih teringat oleh ku ucapan Kang Iju, jaga kesehatan ya Deb. Lalu ku jawab iya kamu juga sehat. Amin. Ternyata itu adalah pertemuan terakhir kami sebelum Kang Iju menghadap hadiratNYA . Malam itu juga Kang Iju dimakamkan di Tegal Alur khusus jenazah covid 19.
Selamat jalan kang Iju, Surga abadi menanti mu. Puji syukur Tuhan Yesus Kristus, selama bolak balik aku ke Rumah sakit sepanjang 2020, kemudian bertemu dengan sahabatku Kang Iju yang terkena covid 19, namun aku dijaga dan dilindungi selalu olehMU. Sedih kehilangan sahabat ku yang baik hati. Kembali teringat lagu “Habis Hujan Tampak Pelangi”, ku coba senandungkan lagu ini sambil meneteskan air mata .
Malam ini,tak bisa ku pejamkan ke 2 mataku, mulai lagi sakit di bagian pinggang kanan karena syaraf kejepit .Esok hari harus ku jalani kembali Fisiotherapi di Rumah sakit. Sudah 3X aku fisiotherapi ,namun belum juga sembuh, masih nyeri .Dokter menyarankan 10 x di fisiotherapi .Ada rasa takut dan kuatir saat di rumah sakit,jika melihat banyaknya pasien yang berobat, karena bahaya Virus corona menyebar di sini ,akhirnya ku putuskan untuk berhenti fisiotherapi di Rumah sakit,lalu ku lanjutkan dirumah saja pengobatannya, walau sampai saat ku tulis cerita ini,masih ku rasakan sakit. nyeri . namun ku yakin dan percaya "Habis hujan tampak pelangi "
Cerita sepanjang tahun 2020 ini ,ku alami bersama keluarga ku. Masih banyak lagi pengalaman hidup ku bersamaNYA di sepanjang 2020 yang lalu. Susah,sedih,merintih,berjuang setiap waktu akan berganti dengan bersyukur,sehat,semangat dan gembira menikmati Kasih KaruniaNYA sepanjang tahun 2021 . Amin .
30220121
00.58
D N
00:53 WIB
D. N.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H