Segera ku ambil dari kotak obat, thermometer untuk memastikan suhu badannya malam ini. Astagaaa ..38 derajat! Langsung ku lari kebawah untuk ambil bantal kompres untuk keningnya dan parcetamol untuk menurunkan suhu badannya. Sepanjang malam hanya minum teh hangat manis, tidak mau makan. Ku putuskan untuk tidur di samping adik malam ini.
Sampai jelang pagi ku cek kembali suhu badannya, bertambah naik 39,1 derajat. Ku ajak papa untuk diskusi agar ke dokter pagi ini juga. Ku bujuk a adik untuk kedokter, namun ia menolak sambil berteriak-teriak . :mama keluarrrr ! sementara suhu badannya naik terus mencapai 39,8 derajat. adik mengigau dalam tidurnya, sampai akhirnya ku telepone Papa agar secepatnya pulang dari kantornya untuk menemani ke dokter. Sepanjang hari itu kami tak berhasil membujuk si bungsu untuk kedokter.
Dengan berlinang air mata ku berseru : Ya ..Tuhan tolong gerakkan anak kami untuk mau ke dokter malam ini, sudah 40,1 derajat suhu badannya. Kami mencoba memanggil dokter teman kami untuk mau kerumah, namun 3 orang dokter teman kami tidak angkat teleponenya. Suami sempat keluar rumah untuk mencari dokter dari rumah sakit terdekat agar mau kerumah, namun sia-sia. Sambil menangis ku panjatkan Doa kembali: Ya Tuhan Yesus tolong anak kami lindungi sembuhkan.
Dengan mengajak si abang dan pelayan rumah bersama suami menggotong Adik dari kamarnya ke bawah menuju kedalam mobil. Setelah berdoa kami ber 4 menuju Rumah sakit terdekat dari rumah, saat itu sudah pukul 11.35 malam. Puji Tuhan Yesus Kristus tiba di Rumah sakit langsung di bawa ke UGD dengan kursi roda.
Didalam ruang UGD, adik memberontak sambil teriak-riak, sampai harus 5 orang yang pegang badannya agar bisa diam sebentar agar dapat langsung di periksa dokter untuk kemudian disuntik. Dokter memastikan adik harus dirawat. Puji Tuhan Yesus Kristus dapat kamar, karena sangat penuh saat itu, kami pun sudah tidak berpikir pakai BPJS karena Rumah sakit info harus biaya tambahan masuk kamar vip. Sebelum tidur dikamar ini, ku senandungkan lagu : “Jalan hidup tak selalu tampa kabut yang pekat, namun Kasih TUHAN nyata pada waktu yang tepat, habis hujan tampak pelangi.”
Dimulailah observasi adik malam itu, di scan kepalanya + cek darah di lab. Hasil scan aman negative di bagian kepalanya ,aman juga typus dan demam berdarah aman. Dokter info mungkin hanya panas biasa nanti juga turun normal kembali. Namun naluriku sebagai seorang Mama, sepertinya adik menderita demam berdarah, walau tak ada tanda2 demam berdarah di tubuhnya. Hari ke 3 di opname, ku minta kembali cek darah sambil memaksa dokter saat kontrol ke kamar.
Akhirnya terjawab sudah Doa ku, Adik positive demam berdarah, lega nya kami. Pengobatan segera dimulai, infuse dll. Kami pun menambah dengan pakai obat dari luar ditambah menu makannya sup B1 yang kami beli dari luar. Tapi apa daya sudah hari ke 5, adik tak mau menyentuh makanan ,hanya infus yang menemaninya di Rumah sakit . Akhirnya ku hubungi teman-teman adik agar segera ke Rumah sakit dengan berharap adik semangat makan, minum vitamin segera sembuh.
Puji Tuhan Yesus di hari ke 9 si bungsu mau makan dan banyak minum air putih. Perlahan adik turun dari ranjang tempat tidurnya untuk mau berjalan. Tepat di hari ke 12, adik diijinkan pulang kerumah. Adik harus istirahat dirumah 2 minggu, karena pernah 1 hari memaksa ke sekolah namun ia ke UKS sekolah, karena pucat dan lemas.
Selama 2 minggu ini adik rajin belajar sambil ujian praktek dari rumah. Luar biasa penyertaanMU, adik semangat belajar untuk ujian kelas 9. Malam hari kami berdoa bersama sebelum tidur, sempat ku perhatikan ibu jari kaki kanannya bertambah besar infeksi. Sudah 6 bulan adik menahan sakit. Kami putuskan besok ke Rumah sakit untuk diambil tindakan agar sembuh. Keesokan hari ditemani abangnya, kami ber-3 ke Rumah sakit. Sangat penuh orang disini. Kami menunggu hampir 5 jam.
Dengan PertolonganNya operasi di jempol ibu jari kaki berhasil. Hari itu juga adik diijinkan pulang kerumah . Setelah mengambil obat, kami pulang kerumah. Setibanya dirumah, kami ber3 langsung mandi agar Virus corona tidak hinggap di tubuh kami.
Saat ku bersantai menonton TV sore ini, ku dikejutkan kabar meninggalnya teman sekelasku di SMA karena Covid 19, biasa ku panggil Kang Iju Teman-temanku bergantian menelpon ku, bertanya kondisi ku. Lalu jawab aku sehat. 2minggu sebelum Kang Iju meninggal, kami bertemu bersama di acara reuni SMA. Berbincang lalu berfoto bersama dengan teman-teman.