Mohon tunggu...
Debby Amalia King
Debby Amalia King Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Silent reader, diary writer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Empowering People Bersama Datsun Indonesia (Hari 2)

29 Januari 2016   06:02 Diperbarui: 29 Januari 2016   07:51 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Rumah Betang Panjang Desa Saham - Dok Debby Amalia King"][/caption]

"Kami dari Datsun Indonesia mengadakan acara ini salah satu tujuannya memang untuk memberikan inspirasi. Empowering people Mba, ini merupakan nilai yang dianut Datsun Indonesia. Oleh karena itu kami ingin mengunjungi berbagai tempat untuk memberikan kontribusi lebih bagi masyarakat. Jadi memajukan manusianya." Kata Mas Jagat yang merupakan tim dari Datsun yang menemani kami dalam acara Datsun Risers Expedetions Etape 3. Jawaban ini terlontar karena saya bertanya mengapa Datsun ingin mengadakan CSR (Corporate Social Responsibility) bersama anak-anak Suku Dayak di Rumah Betang Panjang Saham. Acara pada hari kedua ini cukup ditunggu oleh saya dan tim. Selain penasaran seperti apakah bentuk rumah tradisional suku Dayak tersebut, bagaimana cara mereka hidup, kami juga tidak sabar untuk bermain bersama anak-anak di sana.

[caption caption="Tim Datsun Go + Panca - Dok Debby Amalia King"]

[/caption]Kami membutuhkan waktu kira-kira 4 - 5 jam dari Pontianak sampai Rumah Betang Panjang Saham. Kami mulai berangkat jam 07.30, sebelumnya kami sarapan dan senam bersama dulu untuk mempersiapkan perjalanan kami yang cukup jauh. Ketika di perjalanan, Tim DRE terus mengingatkan kami untuk hati-hati jangan sampai menabrak binatang ternak atau peliharaan seperti babi maupun sapi karena biaya gantinya sangat mahal. Katanya jika kami menabrak seekor babi misalnya, maka mereka bukan hanya menghitung 1 ekor babi saja, namun juga berdasarkan perkiraan jumlah anak babi yang bisa dihasilkan dari babi tersebut. Waduh gawat juga ya.. Bahkan Tim DRE kerap bercanda setiap kami melewati suatu desa "Hati-hati lohh binatang peliharaan lebih berharga dibanding manusianya yaaa" he he he. Selama perjalanan, kami jarang menjadi bosan karena berbagai celotehan dan candaan dari crew DRE dan para risers lainnya melalui rig yang ada di setiap mobil. Baik dari tebak-tebakan sampai istilah-istilah lucu yang mereka buat. Truk mereka sebut babon, mobil disebut ayam, dan motor menjadi cacing. Walaupun mereka terus bercanda, namun mereka selalu memberikan informasi terkini mengenai posisi mobil dan menjaga kami agar selalu aman di sepanjang perjalanan.

Kami tiba di Rumah Betang Panjang sekitar jam 12 siang. Perjalanan selama 4 - 5 jam tidak terasa letih setelah melihat bahwa anak-anak tersebut sudah menunggu dan melambaikan tangan begitu kami memasuki lokasi Rumah Betang Panjang tersebut. Kesan pertama yang saya dapatkan adalah rumah tersebut sangat cocok dengan namanya. Panjangnya sekitar 180 cm dan ditopang dengan pasak-pasak yang tinggi. Untuk sampai ke rumah tersebut kami harus menaiki tangga terlebih dahulu. Setibanya kami di sana kami juga disambut oleh Pak Sekdes yang bernama Pak Panus. Pak Panus menjelaskan bahwa di tempat ini terdapat kurang lebih 100 orang dan mereka hidup rukun berdampingan dalam satu atap. Menurut Pak Panus rumah Betang ini sudah turun temurun. Tujuan dari bangunan yang dibuat seperti panggung ini adalah untuk alasan keamanan dari berbagai hewan buas dan juga karena lebih terbebas dari debu yang berasal dari tanah. Oh begitu toh Pak ceritanya..

Setelah mendengarkan penjelasan Pak Sekdes, Mas Jagat dari Datsun Indonesia memberikan kata sambutan serta menyerahkan sumbangan untuk anak-anak di rumah tersebut. Bukan hanya sumbangan, Tim Datsun sendiri sudah menyiapkan berbagai acara sulap yang mengundang tawa bukan hanya anak-anak kecil namun ibu dan bapak penghuni Rumah Betang tersebut. Senang rasanya melihat anak-anak itu tertawa dengan riangnya.

[caption caption="Bersama anak-anak di Rumah Betang Panjang - dok Debby Amalia King"]

[/caption]Setelah acara sulap tersebut usai, giliran kami risers yang mulai bermain dengan anak-anak tersebut. Anak-anak dibagi menjadi 5 kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 6 orang. Kami mulai bermain dengan yel-yel lalu kami mulai bertanya mengenai cita-cita dan impian mereka. Ada juga yang menceritakan profesi orang tuanya kepada saya. Melalui diskusi ini, kami berharap dapat memberikan wawasan terhadap berbagai jenis profesi dari mulai penulis, dosen, pengusaha, pencipta pesawat terbang, dan lainnya. Kami juga bermain dengan memperagakan berbagai profesi dan meminta mereka menebak apakah nama profesi tersebut. Mereka begitu bersemangat sampai berebutan dalam menjawab. Usai bermain bersama kami memberikan berbagai buku anak-anak yang telah kami bawakan khusus dari Jakarta untuk mereka. Melihat kebahagiaan dan semangat anak-anak tersebut ketika menerima buku merupakan hal yang sangat berkesan bagi saya. Harapan saya semoga anak-anak ini bisa mencapai cita-citanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun