Allahuakbar, Allahuakbar Walillah Ilham... Kumandang takbir bersahut-sahutan pertanda Hari Idhul Fitri 1439 H/2018 M.
Setelah sebulan penuh melawan nafsu baik untuk tidak makan dan minum melalui berpuasa, umat muslim di dunia merayakan Idulfitri untuk merayakan kemenangan.
Idul Fitri diharapkan menjadi momen yang direnungkan dan diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa.
Demikian dinyatakan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, seraya mengucapkan Selamat Idul Fitri kepada seluruh umat Islam di Indonesia.
Moeldoko berharap Idulfitri adalah kondisi dimana semua kembali ke nol. Semua yang buruk kita tanggalkan, kembali bersih.
Negara ini milik kita bersama, dan bersatu menjadi kunci Indonesia untuk maju. Kita harus saling membesarkan, jangan saling mengecilkan. Ini momen kita untuk saling bersatu, bukan cerai berai, apalagi berseteru yang bersifat paradoks dari makna Idulfitri. (wartakota)
Bangsa ini sangatlah besar dengan segala keberagaman suku bangsa, budaya, dan sumber daya alamnya. Karenanya, dari semua kelebihan itu, Indonesia harusnya jaya dengan semua potensinya.
Jadi amatlah disayangkan jika semua potensi ini tergerus karena warga negaranya tak berpikiran bersatu.
Umat Islam diharapkan bisa saling mengajak saudara sesama Muslim untuk menjadikan hari raya Idulfitri sebagai momentum menjaga kohesi sosial, menjaga perdamaian, memperkuat dan mengokohkan kembali ikatan dan hubungan antar sesama.
Seharusnya bersempena dengan beberapa agenda besar hendaknya dipandang sebagai rahmad yaitu Idulfitri tahun ini dekat dengan agenda politik nasional berupa Pemilukada, Pemilihan legistatif dan Pemilihan Presiden 2019.
Dengan kata lain, Idul Fitri bisa menjadi momen bagi anak bangsa untuk mendinginkan suhu politik. Walaupun pandangan politik berbeda namun diharapkan tetap saling beriringan bukan saling membenci untuk mendapatkan pemimpin yang terbaik.