[caption caption="sumber: joni"][/caption]Rupanya masih ada yang ingin Car Free Day (CFD) jadi ajang politik, maksudnya ajang dukung mendukung seseorang dalam Pilgub DKI. Ini tergambar dari tulisan Daniel H.T berjudul “Terobsesi Ahok, Adhyaksa Dault Alami Halusinasi?”, berikut beberapa catatan saya:
1/ Penulis artikel ini yang jelas pendukung Ahok menuliskan, bahwa penantang Ahok seperti “cacing kepanasan” dan penyekatan ungkapan atau kalimat buruk lainnya. Kalimat buruk tentu tak akan keluar jika seseorang berjiwa adem. Namun berbeda jika jiwanya sebaliknya. Jadi siapa yang panik, bingung sendiri, uring-uringan, gelisah sendiri sebenarnya, he, he.
Ada ungkapan, tulisan seseorang lahir dari pikiran dan jiwa orang tersebut. Apabila pikiran dan jiwanya panik, maka tulisannya jadi ngikut deh.
2/ Membaca artikel (Daniel) ini, menegaskan ia terjebak pada ego kelompok. Ia hanya membahas sisi yang merugikan kelompoknya, tapi ia tidak membahas sisi yang diinginkan orang banyak. Sisi yang bagi si penulis dan kelompoknya dinilai merugikan diantaranya adalah soal larangan kampanye Ahok di Car Free Day.
Pada sisi lain, si penulis justru tidak membahas, apalagi mengapresiasi ajakan Adhyaksa Dault agar Car Free Day tidak dijadikan lapangan kampanye politik dukung mendukung seseorang di Car Free Day. Padahal Pak Adhyaksa sebagai warga justru membantu meneruskan pesan Pak Ahok yang juga melarang kampanye dukung mendukung di car free day.
Patut diduga, penulis ini hanya memperhatikan kepentingan kelompoknya. Padahal dengan melarang kampanye pilkada DKI di Car Free Day, kelompok pendukung Adhyaksa juga dirugikan. Karena gak bisa kampaye, sebab sebelumnya pendukung ahok pernah gunakan car free day untuk kampanye, nanti dibawah ada dijelaskan.
3/ Adhyaksa Dault sendiri menegaskan, berikut saya kutip lengkap pernyataan lengkap Adhyaksa Dault di media Tribunnews:
Adhyaksa Dault: Saya minta kepada pendukung saya, jangan pernah menjadikan Car Free Day untuk mengkampanyekan saya, masih banyak cara lain yang tidak mengganggu kenyamanan warga, kita harus kembali ke tujuan awal Car Free Day. Kalau kita pelajari sejarah Car Free Day ini, tujuannya untuk mengurangi pencemaran udara di Kota-Kota besar yang disebabkan kendaraan bermotor, kemudian ini berkembang.
Jadi isu-isu di Car Free Day ini diutamakan yang bernuansa lingkungan atau yang mengajak masyarakat melakukan kebaikan, lebih luasnya isu-isu yang terkait kepentingan nasional Indonesia, seperti keamanan, anti korupsi, pelestarian budaya, pendidikan, ajakan berkolaborasi, promosi wisata, produk lokal, promosi acara-acara komunitas dan aksi-aksi unik dari anak-anak muda, dll.
Semua pendukung kandidat Gubernur DKI pastilah berbeda pilihan, tapi semua harus bersatu dalam isu-isu anti korupsi, lingkungan hidup, pelestarian budaya, promosi pariwisata, kuliner, produk lokal dan kampanye-kampanye positif lainnya, dan itu bisa kita dapatkan di Car Free Day, kalau mau lebih seru lagi, ayo kita main musik bersama atau naik gunung bareng-bareng," papar mantan Menpora yang dikenal jago bermain musik ini.
Saya sangat suka olahraga, utamanya mendaki gunung, ini untuk keseimbangan jiwa, beda dengan di Gunung yang sepi, di Car Free Day ini seru, kita gak capek lari, karena banyak atraksi menarik dan kampanye positifnya dari anak-anak muda," jelas Adhyaksa Dault yang hingga kini sudah mendaki sekitar 60-an gunung di dalam dan luar negeri itu. Selengkapnya disini - http://goo.gl/YDn7R5