Kepentingan yang berbeda adalah tantangan lain dalam penerapan konsep fusion of horizons dalam konteks tax treaty. Para pihak yang terlibat dalam tax treaty memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kesulitan dalam mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Misalnya, dalam negosiasi tax treaty antara Indonesia dan Amerika Serikat, Indonesia mungkin ingin melindungi pendapatan dari sumber daya alamnya, sedangkan Amerika Serikat mungkin ingin melindungi investasinya di Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya perbedaan pendapat dan negosiasi yang sulit.
- Kurang waktu dan sumber daya
Proses negosiasi dan penerapan tax treaty biasanya memakan waktu dan sumber daya yang banyak. Hal ini dapat menyebabkan para pihak tidak memiliki waktu dan sumber daya yang cukup untuk menerapkan konsep fusion of horizons secara maksimal. Misalnya, dalam negosiasi tax treaty antara Indonesia dan Uni Eropa, para pihak mungkin memiliki waktu yang terbatas untuk menyelesaikan negosiasi karena mereka juga harus menangani masalah-masalah lain. Hal ini dapat menyebabkan para pihak terpaksa melakukan kompromi dan tidak dapat mencapai kesepakatan yang ideal.
Bagaimana Mengantisipasi Tantangan Penerapan Konsep Gadamer Pada Tax Treaty?
Akibat dari Perbedaan Bahasa dan budaya
Untuk mengatasi tantangan ini, para pihak yang terlibat dalam tax treaty dapat melakukan hal-hal berikut:
- Melakukan upaya untuk memahami perbedaan bahasa dan budaya. Para pihak dapat melakukan hal-hal seperti mempelajari bahasa dan budaya negara mitra, menggunakan jasa penerjemah, dan mengadakan pertemuan tatap muka.
- Memanfaatkan teknologi informasi. Teknologi informasi dapat membantu para pihak untuk berkomunikasi dan bertukar informasi secara lebih efisien.
Akibat kepentingan yang berbeda
Untuk mengatasi tantangan ini, para pihak yang terlibat dalam tax treaty dapat melakukan hal-hal berikut:
- Mencari titik temu di antara kepentingan yang berbeda. Para pihak dapat melakukan hal-hal seperti bernegosiasi secara terbuka dan jujur, dan mencari solusi yang dapat diterima oleh semua pihak.
- Membangun hubungan yang baik dengan pihak mitra. Dengan membangun hubungan yang baik, para pihak dapat lebih memahami kepentingan masing-masing pihak dan mencari solusi yang dapat menguntungkan semua pihak.
Akibat kurangnya waktu dan sumber daya
Untuk mengatasi tantangan ini, para pihak yang terlibat dalam tax treaty dapat melakukan hal-hal berikut:
- Mengelola waktu dan sumber daya secara efektif. Para pihak dapat melakukan hal-hal seperti menyusun rencana negosiasi yang realistis, dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal.
- Memprioritaskan hal-hal yang penting. Para pihak dapat melakukan hal-hal seperti fokus pada masalah-masalah yang paling penting
Bagaimana Konsep Gadamer Ini Diterapkan Pada Tax Treaty?
Menurut Gadamer dalam konsep hermeneutic, fusion of horizons dapat diterapkan dengan 2 cara, yaitu dalam sebuah dialog dan penafsiran teks. Dalam sebuah dialog, selalu ada percakapan antara satu pihak dengan pihak lain sebagai mitra dialog. Menurut Gadamer, dalam setiap percakapan, kedua belah pihak akan berbicara dalam bahasa yang sama. Dalam melihat percakapan, kita dapat dengan mudah mengatakan bahwa kita melakukan percakapan. Namun, pada dasarnya, kitalah yang "jatuh" dan terlibat dalam percakapan tersebut. Dalam proses dialog, ada proses yang disebut perpaduan cakrawala. Teks sebagai entitas yang ditafsirkan memiliki horisonnya sendiri yang dibentuk oleh tradisi teks tersebut. Ketika manusia berusaha memahami dan menafsirkan sebuah teks, maka akan terjadi peleburan antara dua horizon yang berbeda, yaitu horizon penafsir dan horizon teks.Â