Mohon tunggu...
Debora Eka
Debora Eka Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I am Indonesian and real Javanese, i love to read and writings. I love photographic thats why i always get my self to take pictures wherever i go. Especially old buildings, peoples or trees

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antri dan Sabar

17 Juli 2012   04:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:53 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jakarta=busway=antri=macet=panas=stress

Kayaknya 6 kata itu tidak bisa dipisahkan satu sama lain, gambaran yang umum ada dibenak setiap orang tentang jakarta. Tapi, jangan sedih dulu. Jakarta adalah tempat dimana semua orang bisa mewujudkan impiannya. Tidak ada tempat untuk si pemalas di kota ini. Semua orang bekerja (apapun bentuk pekerjaannya) dan semua orang bergerak hampir di waktu yang bersamaan.

Rata-rata jam masuk kerja di Jakarta adalah sekitar jam 8.30 atau jam 9.00, perbedaan waktu yang tipis dari setipa perusahaan menjadi masalah tersendiri. Antrian yang panjang di halte busway adalah pemandangan yang tidak pernah berubah setipa paginya. Tidak hanya di pagi hari tapi juga di sore hari saat memasuki jam pulang karyawan.

Saya termasuk yang beruntung mungkin, karena jarak dari kantor dan rumah saya hanya memerlukan 7 menit dengan jalan kaki, jadi sayapun tidak harus berdesak-desakan di halte. Saya tidak perlu berkeringat atau sikut-sikutan dengan penumpang lain. Tapi bukan berarti saya tidak pernah menikmati fasilitas kota jakarta seperti busway dengan tambahannya yaitu ANTRI SEPERTI ANTRI SEMBAKO.

Karena suatu hal di minggu sore nan cerah, akhirnya saya memutuskan untuk naik busway. Karena saya pikir saya tidak sedang terburu-buru jadi munculah ide untuk menikmati fasilitas busway sekaligus menghemat ongkos Taxi.  Pikiran yang tadinya saya untung karena lebih menghemat biaya transportasi malah menjadi buntung.

Sampailah saya di Harmoni dengan ratusan orang yang mengantri di koridor yang sama. Tidak ada jalan lain selain berdiri dengan sabar. Bau keringat dan panas bercampur menjadi satu dan saya hanya bisa ngelus dada "sabar yah paru-paruku".

Busway itu enak, kalau kita dapat tempat duduk dan tidak harus berdiri diantara ratusan orang yang berkeringat.

Busway itu enak kalau masing-masing orang sadar betapa ANTRI dengan tenang itu penting dan aman bagi dirinya sendiri dan juga orang lain.

Saya sangat suka naik busway tapi tidak dengan orang yang mendorong orang lain demi mendapat giliran naik. "Mas, mbak, pak, bu,,orang sabar itu rejekinya gede. nggak usah dorong-dorong juga nanti pasti dapat giliran, kalau memang sedang terburu-buru silahkan cari Taxi atau ojek"

Mungkin bukan hanya saya yang berkorban sandal saat antri busway :D mungkin masih banyak korban lain yang lebih parah dari sekedar sandal putus. Mungkin itu hanya sandal, tapi bukan itu intinya. Intinya adalah ANTRI dan SABAR tidak akan membuat kita/orang lain rugi.

:D mari kita semua membangun Jakarta menjadi maju dengan karakter penduduknya yang juga oke.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun