Jakarta=busway=antri=macet=panas=stress
Kayaknya 6 kata itu tidak bisa dipisahkan satu sama lain, gambaran yang umum ada dibenak setiap orang tentang jakarta. Tapi, jangan sedih dulu. Jakarta adalah tempat dimana semua orang bisa mewujudkan impiannya. Tidak ada tempat untuk si pemalas di kota ini. Semua orang bekerja (apapun bentuk pekerjaannya) dan semua orang bergerak hampir di waktu yang bersamaan.
Rata-rata jam masuk kerja di Jakarta adalah sekitar jam 8.30 atau jam 9.00, perbedaan waktu yang tipis dari setipa perusahaan menjadi masalah tersendiri. Antrian yang panjang di halte busway adalah pemandangan yang tidak pernah berubah setipa paginya. Tidak hanya di pagi hari tapi juga di sore hari saat memasuki jam pulang karyawan.
Saya termasuk yang beruntung mungkin, karena jarak dari kantor dan rumah saya hanya memerlukan 7 menit dengan jalan kaki, jadi sayapun tidak harus berdesak-desakan di halte. Saya tidak perlu berkeringat atau sikut-sikutan dengan penumpang lain. Tapi bukan berarti saya tidak pernah menikmati fasilitas kota jakarta seperti busway dengan tambahannya yaitu ANTRI SEPERTI ANTRI SEMBAKO.
Karena suatu hal di minggu sore nan cerah, akhirnya saya memutuskan untuk naik busway. Karena saya pikir saya tidak sedang terburu-buru jadi munculah ide untuk menikmati fasilitas busway sekaligus menghemat ongkos Taxi. Pikiran yang tadinya saya untung karena lebih menghemat biaya transportasi malah menjadi buntung.
Sampailah saya di Harmoni dengan ratusan orang yang mengantri di koridor yang sama. Tidak ada jalan lain selain berdiri dengan sabar. Bau keringat dan panas bercampur menjadi satu dan saya hanya bisa ngelus dada "sabar yah paru-paruku".
Busway itu enak, kalau kita dapat tempat duduk dan tidak harus berdiri diantara ratusan orang yang berkeringat.
Busway itu enak kalau masing-masing orang sadar betapa ANTRI dengan tenang itu penting dan aman bagi dirinya sendiri dan juga orang lain.
Saya sangat suka naik busway tapi tidak dengan orang yang mendorong orang lain demi mendapat giliran naik. "Mas, mbak, pak, bu,,orang sabar itu rejekinya gede. nggak usah dorong-dorong juga nanti pasti dapat giliran, kalau memang sedang terburu-buru silahkan cari Taxi atau ojek"
Mungkin bukan hanya saya yang berkorban sandal saat antri busway :D mungkin masih banyak korban lain yang lebih parah dari sekedar sandal putus. Mungkin itu hanya sandal, tapi bukan itu intinya. Intinya adalah ANTRI dan SABAR tidak akan membuat kita/orang lain rugi.
:D mari kita semua membangun Jakarta menjadi maju dengan karakter penduduknya yang juga oke.