Karena bnyk saudara dan kawan-kawan yg meng-sms saya dan bertanya, pilpres kali ini memilih siapa sebaiknya, maka saya merasa tergerak untuk menulis ini. Mungkin, mereka-mereka yg menanyakan karena berpikir bahwa sedikit banyak saya mengetahui perkembangan politik yg terjadi atau setidak-tidaknya pernah bersinggungan dalam dunia politik.
Sejujurnya saya katakan, saya tidak dapat mengusulkan siapa yg harus dipilih. Sy tidak ingin menyarankan sesuatu yg tdk betul-betul  saya ketahui yang konsekwensinya sy kemudian harus menanggung beban kesalahan tersebut.
Menyedihkan sesungguhnya melihat pilpres kali ini, praktis benturan-benturan yg ada antara satu sama lain bukan pada debat yg tajam dan cerdas mengenai visi, misi, program dan bagaimana Indonesia bertahan dan maju di masa depan. Tapi lebih pada kecam mengecam, tuding menuding, fitnah satu sama lain, saling menyalahkan seolah jika terjadi perbedaan, yg satu haruslah yg benar dan yg satu pastilah salah. Apa yg lebih biadab dari ini ketika kita menghadapi perbedaan?
Saya sepakat dengan Gus Mus, bahwa sebuah kampanye harus dilakukan dengan cara yg elegan, sportif dan beradab, dan sebuah persaingan utk mendapatkan kemuliaan, seharusnya dengan beradu kemuliaan. Soal kemuliaan inilah yg membuat sy tempo hari menyadari bahwa diri saya sudah memiliki kesalahan hidup terlalu dalam dan tdk pantas utk mengemban atau mengejar sebuah jabatan publik, dan itulah yg membuat sy mundur teratur dalam dunia tersebut.
Bagi kita yg cuma rakyat biasa ini, yang barangkali kelelahan melihat banyaknya energi negatif dan sihir yang ditayangkan beberapa minggu ini lewat televisi, sebenrnya sederhana saja, tdk perlu kita terjebak dengan segala energy kebencian yg berminggu2 ini coba ditanamkan ke kita. Ada logika sederhana yg bisa kita pegang dalam memilih pejabat publik : seberapa bnanyak amal politiknya dan seberapa besar dosa politiknya.  Mana yg lebih baik, itulah yg kita pilih. Jangan lupa, pilihlah dengan berdoa dan harapan, karena bisa jadi doa rakyat kecillah yg didengarkan oleh Allah. Semoga saja yg kita pilih, jika memang membawa kebaikan bagi umat akan dimenangkan oleh Allah, dan jika tidak, semoga yg dimenangkan oleh Allah lah yg akan membawa kebaikan bagi umat negri.
Selamat menimbang-nimbang calon masing-masing. Santai sajalah Mba Sis and Mas Bro. . Semoga saja Indonesia ke depan bukan hanya tersisa Jawa yang tenggelam.
Masih dipaksa juga sebut nama? Baiklah, Â untuk alasan yang sangat personal, saya pilih Messi dengan Argentinanya..
salam :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H