Mohon tunggu...
Deasy Maria
Deasy Maria Mohon Tunggu... karyawan swasta -

kosong\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[FFK] Sepertinya Aku Pernah Bertemu dengannya...

18 Maret 2011   13:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:40 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13004206901550258617

Suara gemericik air sungai dan hembusan angin yang keras menyapaku. Dedaunan yang saling bergesekkan menimpali dengan iramanya yang khas. Irama ilalang menyanyikan nada-nada minor ditimpali paduan suara serangga yang berderik-derik. Ramai namun sunyi, itu yang kutangkap dari penjabaran indraku. Aku heran, bisa-bisanya aku berjalan sendiri hingga sampai ditempat ini. Sedetik aku takjub dengan alam sekitarnya. Danau itu, gunung itu, jelas-jelas aku pernah melihatnya. Duh… kenapa aku jadi ternganga heran begini? Ini khan pemandangan yang seperti didalam foto itu? Yang selalu muncul di otakku. Kenapa aku bisa berada disini? Aku memutar pandangan ke sekeliling. Sepi sekali, tidak ada rumah penduduk, tidak ada seorangpun. Wah, ternyata aku tersesat. Tiba-tiba aku merasakan hawa hangat berdesir. Ditempat yang demikian sepi, aku tidak merasakan ketakutan sama sekali. Malah merasa nyaman dan begitu begitu akrab. Aku seperti menemukan taman indahku. Tempat bermainku. Aku berlari kesana-kemari. Begitu lepas, tertawa dan menyanyi. Mmmm untungnya disini sepi, jadi tidak akan ada yang mendengar suara falsku ini pikirku. Pandanganku tertuju pada satu sosok dipinggir danau itu. Diantara pohon-pohon besar itu. Ada sesosok yang tidak asing untukku, memperhatikanku menyanyi. Dia tertawa. Aku tersipu malu, menyadari suaraku yang fals tadi. Aku berlari kearahnya karena aku begitu mengenalinya. Tapi dia malahan berlari menjauh. Aku berlari sekuat tenaga, dia semakin menjauh. Tiba-tiba aku tersandung batu besar dan..  Olala, aku terjatuh dari tempat tidurku. Sialan, ternyata aku bermimpi. Terbelit selimut dan bantal yang jatuh dimukaku, aku terbangun. Novel misteri yang sedang kubaca terbuka setengah halamannya. Aku tepekur. Siapa gerangan yang tadi muncul di dalam mimpiku? Adakah dia pria yang selalu hadir setiap pagi melintas di depan rumahku. Kucoba ingat-ingat bagaimana bentuk mukanya. Muka sosok yang hadir di dalam mimpiku, juga muka pria yang selalu melintasi pagiku dengan tergesa. Ah, dia… benar, itu dia. Pria itulah yang memang merasuki alam mimpiku. Pertanyaanku sekarang, siapa sebenarnya dia? Kulirik jam di dinding kamarku, hampir pukul tiga dinihari. Aku beranjak dari tempat tidur untuk mencuci muka. Aku teringat, tadi sebelum tertidur aku sedang membaca novel misteri yang belakangan sedang marak diperbincangkan. Aku mengikuti keingin tahuanku untuk menyibak apa sebenarnya isi novel misteri itu. Aku ingin mengetahui kenapa novel ini begitu fenomenal sehingga orang-orang ramai membicarakannya. Aku ingin tahu. Maka, aku menunda kebiasaan tidur lamaku demi menghabiskan separuh cerita novel itu. Kembali kubaca halaman demi halaman novel itu. suasana hening subuh membuat aura novel itu benar-benar mengeluarkan sisi misterinya. Bulu kudukku kadang-kadang berdiri. Namun, rasa penasaran terus menggelayuti pikirku dan mengalahkan rasa takutku. Tak terasa hampir seluruh halaman novel itu telah kulahap. Aku membalik halaman terakhir. Tertera tulisan: diangkat dari kisah nyata. Misteri meninggalnya pria muda di jalan kemangi 23. Konon katanya pria muda ini adalah penggemar rahasia seorang perempuan yang tinggal di kawasan jalan kemangi itu. Kematiannya menjadi misterius karena tak satu orang pun tahu, bagaimana cara dia menghabisi nyawanya. Dia, kadang selalu menampakkan diri terhadap perempuan yang dia cintai itu. Aku bergidik ngeri. Aku selalu melihat sosok pria yang tak pernah kulihat kecuali pagi hari. Mungkinkah pria itu adalah tokoh dari kisah yang kubaca ini? Adakah perempuan yang dia sukai itu aku? O tidak… Jalan kemangi 23 itu tak jauh dari rumahku. Dan memang, dua tahun lalu, sempat ditemukan sosok pria, meninggal bunuh diri di sebuah rumah kost yang tak jauh dari rumahku. Tiba-tiba aku bergidik ngeri. Bulu kudukku berdiri sempurna. Aku melempar novel itu dan membenamkan diriku dalam selimut. Berharap hari segera pagi. (DM/HS)

-oOo-

* Tulisan kolaborasi Hadi Samsul + Deasy (duet tak daftar),  no. 148

* Saksikan karya-karya FFK lainnya sebagaimana yang tertera pada link di sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun