[caption id="attachment_176433" align="aligncenter" width="640" caption="Kompas-Kompasiana-Idkita"][/caption]
Hampir setahun yang lalu, tepatnya 9 bulan yang lalu, ada virus yang menjangkiti saya. Virus lama tetapi dalam rasa baru. Saya mengalami ketagihan membuka dan memantengi (apa sih?) dashboard, dimana jari jemari ini sudah bersiap-siap untuk menyambar setiap komen yang muncul, dengan tampang nyengenges nyengir mringis. Â Ya, saya terkena virus cengengesan. Saling berkomentar OOT dan tertawa terbahak-bahak (dalam hati) di postingan beberapa teman menjadi keseharian saya dan beberapa yang lainnya.
Gara-gara komentar-komentar yang membuat geli, serta terjadinya satu relasi yang menggelikan, bahkan tanpa disadari menjalin rasa persaudaraan dan kekeluargaan yang geli-geli tapi asyik, akhirnya terbentuklah satu komunitas yang namanya memang membuat geli. Karena kami semua hobi cengengesan, maka komunitas itu dinamakan Cengengesan Family atau Keluarga Cengengesan.
Seiring perjalanan, Cengengesan Family (CF) menjadi tempat kami tertawa, bercerita,curhat, bahkan menangis. Jarak tidak menjadikan halangan bagi kami untuk saling berkomunikasi. Bayangkan, tersebar di beberapa daerah di Indonesia, dari Medan, Padang, Prabumuli, Jakarta, Bandung, Semarang Yogya, Purwokerto, Blitar, Malang, bahkan di luar negeri (Korea, Vietnam, Jerman, dan Hongkong) tapi kami bisa cengengesan bersama setiap saat. Bukan hanya itu, karena komunikasi yang intens, kamipun memanfaatkannya sebagai ajang belajar dan berlatih, khususnya menulis untuk publikasi di Kompasiana. Banyak pembelajaran yang kami dapatkan. Dari pelajaran menulis sampai pelajaran hidup dan kehidupan (hayah! Lebay).
Lama kelamaan, karena kami ini rata-rata orang tua muda yang kreatif dan inovatif (curhatnya maksudnya hihihi), curhat selalu mengalir dan  tiba pada satu titik, bahwa kami sebagai orang tua ternyata mempunyai keprihatinan yang sama dalam menyikapi perilaku buruk remaja di internet dewasa ini. Sebagai orang tua yang khawatir dengan masa depan anak-anaknya, pembahasan ini mendorong lahirnya satu gerakan internet sehat, dimana tujuan awal gerakan ini secara sederhana ingin berbagi tulisan-tulisan seputaran dunia internet dan hubungannya dengan orang tua dan remaja, baik itu tulisan anggota CF, maupun tulisan kompasianer lainnya.
Dalam perjalanannya, Gerakan Orang Tua Peduli Internet Sehat ini ternyata dilirik pihak TV Swasta. Salah satu program acara mereka menjadikan kami dan beberapa anak remaja sebagai nara sumber (di tulisan ini). Tidak selesai sampai disana, pihak Kompasiana ternyata sangat antusias dengan gerakan ini. Tentunya kami menyadari, yang mempertemukan kami adalah Kompasiana dan bagaimana kami berbagi dalam tulisan juga melalui Kompasiana. Dari sekedar keluarga kecil ini, kami menyadari, akan melibatkan banyak pihak kompasianer lainnya, Â untuk itulah CF meleburkan diri bersama para pemerhati lainnya, menjadi Idkita Community (yang akhirnya menjadi Idkita Kompasiana). Dan selama beberapa bulan ini, Idkita sudah merancang banyak program demi mencapai tujuan awal.
Pada perkembangannya, gerakan internet sehat ini bukan melulu berkutat pada hal-hal teknis seperti  pencegahan dan penanggulangan dampak negatif penggunaan internet, privasi di dunia maya maupun netiket yang berlaku. Kami juga berupaya mencari kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan internet sebagai medianya, misalnya saja dengan menyebarkan virus gemar menulis di kalangan remaja dan lain kegiatan lainnya.
[caption id="attachment_176434" align="aligncenter" width="320" caption="Kang Pepih dari pihak Kompas, dan Mas Valentino sebagai Koordinator Idkita, disaksikan Mbak Christie, saat penandatanganan MOU"]
Dalam menunjang kegiatan-kegiatan tersebut, gerakan ini juga merangkul para orang tua, bukan hanya melulu ditujukan kepada anak-anak dan remaja saja. Bukankah gerakan internet sehat ini lahir dari keprihatinan para orang tua? Jadi, dibutuhkan peran aktif para orang tua juga sebagai filter utama bagi anak dan remajanya.
Akhirnya, setelah terjalin kesepakatan kerjasama dengan pihak Kompas.com, kami menyadari bahwa tugas kami sangat banyak, tanggung jawab kamipun tidak ringan, mengingat apa yang kami upayakan adalah untuk generasi muda, generasi penerus kami-kami yang sudah tua ini (jiaaaah.. tua? :D)
Selamat berjuang!