Mohon tunggu...
Deasy Maria
Deasy Maria Mohon Tunggu... karyawan swasta -

kosong\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Trend Anime-Manga di Kalangan Remaja

22 Desember 2011   20:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:53 1341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_150693" align="aligncenter" width="574" caption="Ini anime favorit penulis :D , sumber dari: www.fanpop.com"][/caption]

Meski terstatus sebagai emak-emak, sampai saat ini saya masih menyukai yang namanya anime dan manga. Setiap ada waktu saya masih menyempatkan menonton koleksi anime yang saya punyai, juga terkadang saya membongar-bongkar manga koleksi lama saya. Saat berjalan-jalan bersama keluarga, tak jarang saya juga melirik koleksi anime terbaru di penjual dvd bajakan, atau sekedar mencari-cari manga terbaru di toko buku. Kalau dihitung, koleksi anime dan manga saya baru belasan jumlahnya, tetapi anime yang saya tonton dan manga yang saya baca jauh lebih banyak dari jumlah yang saya punya. Bisa begitu karena saya saling bertukar-pinjam, dengan siapa? Dengan keponakan dan teman-temannya :D

Sebetulnya apa sih anime atau manga itu? Pastinya sudah banyak yang kenal apa itu anime, tapi bagi yang belum tahu, saya akan terangkan sedikit mengenai anime dan manga. Anime adalah sebuah film animasi khas Jepang. Diserap dari bahasa Inggris yaitu  "Animation" yang dilafalkan menjadi "Anime- Shon" Penggambaran tokohnya sangat khas dimana matanya besar, hidung mancung lancip, serta tubuh langsing dan tinggi. Padahal khan ciri-ciri ini tidak seperti ciri khas orang Jepang kebanyakan ya?  Justru malah kebalikan dari ciri-ciri tadi. Mungkin begitulah penggambaran sosok ideal yang diimajinasikan para pencipta tokoh ini.

Anime biasanya diangkat dari sebuah karya manga, yaitu sebuah komik khas Jepang. Manga juga terdiri dari beberapa macam seperti:

  • Manga yang khusus ditujukan untuk anak-anak disebut kodomo
  • Manga yang khusus ditujukan untuk (Wanita) dewasa disebut josei
  • Manga yang khusus ditujukan untuk dewasa disebut seinen
  • Manga yang khusus ditujukan untuk perempuan disebut shojo
  • Manga yang khusus ditujukan untuk laki-laki disebut shonen

Beberapa tahun lalu, stasiun televisi kita dibanjiri film-film khas Jepang. Setiap hari tersaji anime pilihan. Penontonnya adalah anak-anak sampai remaja, bahkan orang dewasapun ada. Kegemaran menonton anime ini telah menjelma menjadi identitas diri bagi sebagian besar anak dan remaja, khususnya di kota-kota besar. Dari sekedar memasang wallpaper di monitor sampai berdandan ala para tokoh yang mereka idolakan. Ada pula yang sampai menyisihkan uang jajannya untuk kursus Bahasa Jepang demi memudahkan menghafal dan menirukan lagu-lagu dari kisah-kisah kesukaan mereka. Bahkan, dibeberapa kota sudah berdiri perkumpulan-perkumpulan online pencinta anime, yang pada saat-saat tertentu mengadakan acara off line, dan tentunya dengan menggunakan kostum sesuai idola masing-masing.

Hingga sekarang, fenomena itu masih tetap ada di kalangan remaja. Ini terlihat dari makin menjamurnya buku-buku komik dalam negeri yang semodel dengan manga, artinya, gambar dan rupa sang tokoh serta cara pendeskripsian komik tersebut sangat mirip dengan manga yang asli komik Jepang. Juga semakin banyak tempat-tempat kursus atau sekolah-sekolah yang mengusung pelajaran menggambar ala manga tadi.

Di era cyber ini, kita tidak mungkin menolak serbuan budaya luar yang masuk, seperti anime dan manga ini. Walau bagaimanapun juga, tentu ada sisi positif yang bisa diambil dari kisah-kisah dalam anime dan manga. Ada semangat heroisme pada kisah-kisah kepahlawanan, sikap saling membantu yang lemah dan ada pula sikap kelembutan dari kisah-kisah perempuan Jepang. Demikian juga kalau kita menengok tingkat kreatifitas para pembuat komik, bila dilihat  dari membanjirnya komik-komik buatan anak.

Lepas dari itu semua, ada harapan yang ingin disampaikan pada pihak pemilik televisi dan penerbitan, untuk memberikan penyeimbang pada produk-produknya, dengan menghadirkan produk-produk budaya dalam negeri. Maksudnya agar tidak menjadi pengidolaan yang salah pada anak dan remaja kita. Dimana akan lebih elok kalau yang mereka idolakan adalah tokoh yang benar-benar menjadi teladan dalam kehidupan, yang bisa memimpin mereka ke kehidupan yang lebih baik serta berbudaya Indonesia.

[caption id="attachment_150694" align="aligncenter" width="614" caption="Ini juga favorit, sumber: www.mangspot.blogspot.com"][/caption]

Selamat pagi :)

_______________________________________

Diolah dari berbagai sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun