Mohon tunggu...
Deasy Maria
Deasy Maria Mohon Tunggu... karyawan swasta -

kosong\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu: Dua Minggu Mencari Cinta - Tamat - Versi Deasy

20 Agustus 2010   04:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:52 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Episode-episode sebelumnya dapat dilihat di sini: Rindu: Dua Minggu Mencari Cinta #1 s/d #20

[caption id="attachment_232618" align="alignleft" width="238" caption="colour-sketch-of-a-redhead by Azam Raharjo"][/caption] Pagi yang indah. Sang mentari menampakkan wajahnya dengan sedikit malu-malu. Bentangan langit biru dan guratan awan putih seakan ikut menggambarkan suasana hati dua insan manusia, dengan segala kefanaanya, begitu luas menerima segala takdir hidup. Rindu dalam balutan kebaya putih gadingnya,  siap bersanding dengan Satria di pelaminan. Impiannya tentang suasana sakral pernikahan sucinya hanya tinggal hitungan jam. Juru rias sibuk memberikan sentuhan terakhir pada riasan Rindu, dan jadilah Rindu sang Ratu sehari. Keputusan Rindu sudah bulat. Dengan sepenuh cintanya, ia memutuskan menerima Satria apa adanya. Dalam sakit dan sehat, dalam susah dan senang, Rindu tetap akan selalu mencintai Satria. Mama dan papa Rindu sudah mengetahui keadaan Satria. Mereka  menyerahkan segala keputusan di tangan Rindu.  Manusia boleh berencana, namun semua kuasa ada pada Sang Pencipta, itulah yang selalu dipegang teguh oleh Rindu. Semua orang-orang yang pernah hadir dalam hidup Rindu dan Satria menjadi saksi kebahagiaan mereka. Tidak  terkecuali Panji. "Selamat ya, akhirnya kalian menjadi suami istri." Suara Panji terdengar bergetar. Ada rasa gundah, namun hatinya bahagia demi melihat Rindu bahagia. "Terima kasih, kau sudah hadir dalam hari-hari tersulitku." Rindu tersenyum pada Panji. Satria dan Panji berjabat tangan. "Trims Bro.. for everything..." Hari itu menjadi hari terindah dalam hidup Rindu dan Satria. Dari wajah mereka terpancar sinar bahagia. *** Rindu membuka laci mejanya, dari sebuah kotak, diambilnya sebuah amplop warna putih kusam.  Sebuah surat yang tertulis pada selembar kertas yang sedikit kusut kini dihadapannya. Rindu, my lovely princess, Terima kasih untuk cinta dan pengorbananmu. Kau memilih mendampingiku walau tahu waktuku tak lama lagi. Setiap detik aku menikmati kebersamaan ini. Bersamamu aku merasa kuat. Segala sakitku hilang karena basuhan cintamu. Hatiku tentram karena siraman kasihmu. Sayangku, Tidak banyak yang bisa kutulis. Namun semua tersimpan rapi dihatiku. Semua yang ingin kuucapkan dan kulakukan, semua kenangan manis dan pahit, canda tawa bahkan tangismu, terekam abadi dalam otakku. Akan ada saatnya aku pergi. Tapi aku tak pernah meninggalkanmu. Menangislah kalau kau mau, tetapi segeralah tersenyum. Karena aku akan selalu disisimu. Jalani kembali hidupmu seakan aku tak pernah ada. Namun cintaku selalu menemanimu. -- Tak terasa air mata Rindu mengalir deras. "Mama .... " Tiba-tiba sebentuk wajah kecil mungil mengintip dari balik pintu. Rindu tersentak kaget lalu buru-buru menghapus air matanya. "Eh jagoan kecil mama ngagetin aja nih.." Rindu melipat surat itu. "Rindu, kamu sudah siap? Sudah ditunggu lho!" Mama tiba-tiba muncul disamping si kecil. "Iya Ma, sebentar lagi aku keluar.." Rindu buru-buru merapikan dandanannya. Lalu berjongkok disebelah bocah lelaki kecil tadi. "Radit mau ikut mama khan? Nanti nggak boleh nakal ya... Sekarang Radit pakai sepatu dulu, sama nenek ya.." Bocah kecil itu mengangguk dan keluar kamar bersama neneknya. Dibukanya kembali surat itu -- Mintakan maaf pada anak kita, karena papanya tak pernah sempat melihatnya menangis, saat menghirup udara kehidupan. Debar bahagia di jantungku ketika mendengar detak jantungnya menjadi lagu terindah yang pernah kudengar. Hanya itu yang bisa kurasakan dan kuceritakan sebagai pengalamanku menjadi seorang ayah. Rindu,  my lovely princess Jagalah dia, cinta kita.  Kelak dia yang akan menjagamu. Seperti aku menjagamu. - Satria- Rindu memasukkan kembali surat itu dalam amplopnya, memasukkannya dalam kotak dan menguncinya dalam laci. Hari ini adalah hari dimana 3 tahun yang lalu, ada yang hadir dan pergi dalam hidup Rindu. Satria pergi untuk selamanya, sesaat sebelum putra mereka terlahir kedunia. Isak tangis pertamanya disambut isak tangis Rindu, apalagi wajah Satria terukir jelas pada wajah bayi mungil itu. Hari ini, hari ulang tahun Radit yang ke-3. Rindu bersama Radit dijemput oleh Panji, untuk bertamasya. Sesuai janji Panji pada Radit. Rindu, Radit dan Panji, bertiga mereka menyusuri pantai senja hari. Mentari bersiap bergulir keperaduannya. Namun bila esok tiba, ia kembali bersama cintanya Membawa kehidupan baru dalam hari yang baru ...

"You're Still You"

Through the darkness

I can see your light

And you will always shine

And I can feel your heart in mine

Your face I've memorized

I idolize just you

I look up to

Everything you are

In my eyes you do no wrong

I've loved you for so long

And after all is said and done

You're still you

After all

You're still you

You walk past me

I can feel your pain

Time changes everything

One truth always stays the same

You're still you

After all

You're still you

I look up to

Everything you are

In my eyes you do no wrong

And I believe in you

Although you never asked me to

I will remember you

And what life put you through

And in this cruel and lonely world

I found one love

You're still you

After all

You're still you

-TAMAT-

***

Teriring salam untuk sahabat-sahabat tercinta yang telah mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk menulis bersama:

G, Endah Raharjo, Sari Novita, Rahmi Hafizah, Winda Krisnadefa, Indah Wd, Ria Tumimomor, Mommy, Ranti Tirta, Mariska Lubis, Bahagia Arbi, Sri Budiarti, Meliana Indie, Lia Agustina, Vira Classic, Kine Risty, Princess E Diary dan Miss Rochma

serta

Michael Gunadi Widjaya yang telah menggubah theme song untuk cerita Rindu:

Rindu the Music

Rindu #2

Rindu #3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun